Tidak Berselera Makan? Waspadai Malnutrisi dan Begini Cara Mencegahnya

Nadya Aufia diperbarui 06 Okt 2024, 21:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Merasa lemas atau tidak berselera untuk makan? Berbagai penyakit yang dirasa sederhana kini mengelilingi hidup kita. Gaya hidup modern yang serba cepat dan penuh tekanan seringkali membuat kita mengabaikan kesehatan diri sendiri. Padahal, gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius.

Mulai dari penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, hingga penyakit jantung, semuanya dapat dipicu oleh kebiasaan buruk yang kita lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk lebih memperhatikan pola hidup kita dan melakukan perubahan-perubahan kecil yang dapat membawa dampak besar bagi kesehatan jangka panjang.

Seringkali kita berpikir bahwa menjaga pola hidup sehat itu sulit dan membutuhkan banyak usaha. Sebenarnya, hal-hal sederhana seperti makan makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup dapat membawa perubahan besar dalam hidup kita. Bahkan, diri kita yang akan merasakan sendiri dampaknya dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Dalam melakukan perubahan pola hidup sehat, banyak orang yang membebani diri dengan aturan-aturan yang terlalu ketat. Akibatnya, kita justru merasa tertekan dan sulit untuk mempertahankan kebiasaan baru.

Padahal, keberhasilan tersebut dapat dengan mudah dicapai dengan konsistensi, bukan perfeksionisme. Kita tidak perlu langsung mengubah semua kebiasaan buruk dalam semalam. Mulailah dengan langkah-langkah kecil dan bertahap tingkatkan intensitasnya.

Saat ini, malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak dan ibu hamil. Terlihat dari hasil Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen.

Selain itu, berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO) kasus malnutrisi di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara. Malnutrisi pada anak adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan upaya bersama, terutama di 1000 hari pertama kehidupan anak. Lantas bagaimanakah langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk mencegah malnutrisi sejak dini?

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Cegah malnutrisi sejak dini

Memastikan asupan nutrisi terpenuhi mencegah hadirnya malnutrisi (Foto: Freepik.com)

Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA) telah berusaha dan berpartisipasi memerangi malnutrisi dengan melakukan berbagai kegiatan dengan menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017.  Tahun 2024 ini, MAW dilaksanakan pada tanggal 16 - 20 September dengan melakukan kegiatan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi didukung oleh Nutricia Sarihusada dengan tema ‘Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini’.

“Perlu diketahui, riset dari Center for Indonesian Studies (CIPS) menyebutkan bahwa 21 juta masyarakat atau setara 7 persen dari total populasi penduduk Indonesia, kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan yang sebesar 2.100 kkal. Malnutrisi, jika tidak dikenali dan diobati, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu, terutama mereka yang berisiko seperti orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi. Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi.” papar Presiden INA (Indonesian Nutrition Association/Perhimpunan Nutrisi Indonesia), Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K).

Lebih lagi, beliau menekankan pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi, serta pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia memahami dan dapat menerapkan pola makan dengan gizi seimbang agar kesadaran masyarakat tentang malnutrisi dapat meningkat secara lebih luas, sehingga tercipta generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan.

Pencegahan malnutrisi

1. Para Ibu menjaga nutrisi

Menjaga nutrisi tidak hanya perlu dijaga oleh para Ibu. Namun, penting bagi Ibu atau calon Ibu untuk menjaga nutrisi, memastikan keseimbangan gizi sebelum memutuskan untuk memiliki bayi atau menjadi seorang Ibu hamil.  Agar bayi lahir sehat dan kuat, ibu hamil harus memastikan asupan nutrisinya terpenuhi, sehingga mencegah hadirnya malnutrisi hingga stunting bagi para anak yang akan lahir.

2. Periksa kesehatan secara rutin

Sebelum menemukan tanda-tanda malnutrisi, Ibu hamil, anak, maupun kita semua yang ingin menjaga kesehatan, sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan dalam diri agar bisa menjaga konsistensi kesehatan tubuh kita.

3. Menjaga Makanan

Makanan yang kini beragam memang sangat menarik. Sulit rasanya membenahi pola makan sehat, namun, dengan sederhana tanpa harus mencari bahan paling mahal, makanan seperti sayur dan buah akan membantu menyeimbangkan gizi.  Sayur dan buah lebih baik daripada vitamin tambahan. Protein hewani sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. 

4. Pantau pertumbuhan berat badan anak

Cara paling mudah untuk mengetahui apakah anak tumbuh dengan baik adalah dengan memantau berat badannya secara teratur.

3 dari 3 halaman

Memulai hidup sehat

Kesadaran dalam mengentaskan malnutrisi dengan hidup sehat (Foto: Freepik.com)

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai salah satu pelopor pendidikan kesehatan di Indonesia turut menyumbangkan perspektifnya dari sisi akademisi terkait pencegahan serta penanganan malnutrisi di Indonesia. Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB memaparkan bahwa malnutrisi bukan hanya kekurangan gizi.

"Pengertian Malnutrisi menurut WHO adalah kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan biologi pada orang yang mengalami malnutrisi. Malnutrisi sering kali terjadi underdiagnosis, sehingga penanganan menjadi terlambat dan ini berdampak pada kegagalan dalam proses penyembuhan dan berujung pada peningkatan morbiditas dan kematian." jelas Prof. Ari.

Sesuai dengan target pemerintah dalam menuju Indonesia Emas 2045, dibutuhkan kesadaran dalam mengentaskan malnutrisi dalam mempersiapkan “Generasi Emas”  yang sehat, berkualitas dan berdaya saing. Upaya ini perlu keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, tenaga kesehatan, serta masyarakat umum, guna bersama-sama menggalakkan edukasi dan intervensi gizi. Sebagai salah satu perusahaan yang berkecimpung di bidang nutrisi, Nutricia Sarihusada berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai inisiatif untuk mencegah malnutrisi, karena gizi memainkan peran penting untuk membawa perubahan positif pada kesehatan dan kualitas hidup manusia. 

Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menyampaikan bahwa pencegahan malnutrisi merupakan langkah krusial untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak, serta menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan. “Namun, untuk menghadapi permasalahan ini diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. Nutricia Sarihusada, sebagai perusahaan yang fokus pada nutrisi, berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai produk nutrisi, riset dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” papar dr. Ray.

Penulis: Nadya Aufia

#Unlocking the Limitless