7 Sikap Mengelola Emosi di Usia Dewasa agar Hidup Lebih Tenang

Endah Wijayanti diperbarui 13 Sep 2024, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Pada usia dewasa, tantangan hidup seringkali bertambah kompleks. Tanggung jawab pekerjaan, hubungan sosial, serta harapan-harapan dari diri sendiri maupun orang lain bisa menjadi sumber stres yang tak terelakkan. Namun, meskipun kita tidak bisa mengendalikan semua situasi yang ada di luar diri kita, kita memiliki kendali penuh terhadap cara kita merespons berbagai situasi tersebut. Salah satu kunci untuk menjalani hidup yang lebih tenang di usia dewasa adalah dengan belajar mengelola emosi secara bijaksana.

Emosi pada dasarnya adalah bagian alami dari kehidupan. Namun, tanpa kemampuan untuk mengelolanya dengan baik, emosi bisa menjadi sumber konflik, kecemasan, bahkan ketidakbahagiaan yang berkelanjutan. Berikut adalah tujuh sikap yang bisa diterapkan untuk membantu mengelola emosi dengan lebih baik, agar hidup terasa lebih damai dan bermakna. Selengkapnya, simak uraiannya di bawah ini, ya Sahabat Fimela.

 

 

 

What's On Fimela
2 dari 8 halaman

1. Menerima dan Mengakui Emosi dengan Jujur

Memikirkan./Copyright Fimela - Adrian Utama Putra

Langkah pertama dalam mengelola emosi adalah dengan menerima dan mengakui emosi tersebut. Sering kali, orang cenderung menekan atau mengabaikan perasaan mereka karena takut terlihat lemah atau merasa bahwa emosi tersebut tidak valid. Namun, menghindari emosi hanya akan menumpuknya di dalam diri, dan pada akhirnya dapat meledak dalam bentuk kemarahan, frustasi, atau kesedihan yang berlebihan.

Sikap yang bijaksana adalah berani menghadapi emosi tersebut. Ketika kamu merasa marah, cemas, atau sedih, beri ruang bagi diri kamu untuk merasakan emosi tersebut tanpa menghakimi diri sendiri. Sadari bahwa perasaan ini adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Dengan menerima emosi, kamu bisa lebih memahami apa yang sedang kamu alami dan meresponnya dengan lebih sehat.

 

 

 

3 dari 8 halaman

2. Berlatih Menunda Reaksi Emosional

Menyikapi hidup./Copyright freepik.com/author/benzoix

Sering kali, saat dihadapkan pada situasi yang memicu emosi negatif, kita langsung bereaksi tanpa berpikir panjang. Ini adalah respon alami tubuh yang dikenal sebagai respon “fight or flight”. Namun, reaksi spontan ini sering kali justru memperburuk keadaan dan menyebabkan penyesalan di kemudian hari. Di sinilah pentingnya kemampuan untuk menunda reaksi emosional.

Cobalah untuk berlatih menunda respons kamu, terutama ketika merasa marah atau tersinggung. Ambil napas dalam, hitung hingga sepuluh, atau bahkan tinggalkan situasi untuk sementara waktu jika perlu. Memberi diri waktu untuk berpikir akan membantu kamu merespons situasi dengan lebih bijaksana dan terukur, alih-alih reaktif.

 

 

4 dari 8 halaman

3. Memahami Pemicu Emosi Pribadi

Hidup kuat./Copyright freepik.com/author/lookstudio

Setiap orang memiliki pemicu emosi yang berbeda-beda. Ada yang mudah tersinggung saat dikritik, ada juga yang cepat merasa cemas ketika menghadapi situasi yang tidak pasti. Mengenali apa saja hal-hal yang memicu emosi kamu adalah langkah penting dalam mengelolanya.

Buatlah daftar atau jurnal mengenai situasi yang sering memicu emosi negatif dalam diri kamu. Apakah itu tekanan pekerjaan, komentar dari orang lain, atau situasi tertentu dalam kehidupan pribadi? Dengan mengetahui pemicu-pemicu tersebut, kamu bisa lebih mempersiapkan diri ketika hal itu terjadi lagi. Ini juga memberi kamu kesempatan untuk menyusun strategi dalam menghadapi situasi serupa di masa depan.

 

 

5 dari 8 halaman

4. Mengelola Stres dengan Baik

Hidup baik./Copyright Fimela - Adrian Utama Putra

Stres adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dewasa, tetapi bagaimana kita mengelola stres tersebut yang menentukan kualitas hidup kita. Salah satu cara terbaik untuk mengelola emosi negatif adalah dengan mengelola stres secara efektif. Ketika stres bisa dikendalikan, emosi pun cenderung lebih stabil.

Mulailah dengan menemukan teknik relaksasi yang cocok untuk kamu. Beberapa orang menemukan ketenangan dengan meditasi atau yoga, sementara yang lain merasa lebih rileks setelah berolahraga atau sekadar berjalan-jalan di alam. Istirahat yang cukup, mengatur prioritas, dan memiliki waktu untuk diri sendiri juga merupakan kunci penting dalam mengelola stres. Dengan tubuh dan pikiran yang lebih rileks, kamu akan lebih mudah mengontrol emosi.

 

 

6 dari 8 halaman

5. Mengasah Kemampuan Komunikasi yang Sehat

Ilustrasi perempuan./Copyright freepik.com/author/benzoix

Banyak emosi negatif muncul karena kurangnya komunikasi yang baik. Di usia dewasa, kemampuan untuk menyampaikan perasaan dan pikiran dengan cara yang sehat dan efektif sangatlah penting. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan emosi dengan baik sering kali menyebabkan kesalahpahaman, konflik, dan perasaan frustrasi.

Belajarlah untuk mengkomunikasikan emosi kamu secara jelas dan tenang. Jika kamu merasa marah atau kecewa, hindari menyalahkan atau menyerang orang lain. Sebaliknya, gunakan pernyataan "saya" untuk mengungkapkan bagaimana perasaan kamu. Misalnya, "Saya merasa tidak nyaman ketika..." atau "Saya merasa sedih karena...". Cara ini membantu kamu untuk menyampaikan perasaan tanpa menimbulkan konflik lebih lanjut.

 

 

7 dari 8 halaman

6. Mengembangkan Empati dan Pengertian

Hidup bahagia./Copyright freepik.com/author/jcomp

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Sikap empati tidak hanya membantu kamu dalam hubungan sosial, tetapi juga membantu kamu dalam mengelola emosi pribadi. Dengan mengembangkan empati, kamu akan lebih mampu melihat suatu situasi dari perspektif orang lain, yang pada akhirnya bisa mengurangi rasa marah, tersinggung, atau frustasi.

Cobalah untuk melatih diri melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. Ketika seseorang bersikap tidak menyenangkan kepada kamu, tanyakan pada diri sendiri, "Apakah ada sesuatu yang mungkin sedang dia alami?" atau "Bagaimana saya bisa membantu memperbaiki situasi ini?" Dengan bersikap lebih pengertian, kamu akan lebih jarang merasa terganggu oleh tindakan orang lain dan bisa lebih tenang menghadapi berbagai situasi.

 

 

8 dari 8 halaman

7. Menerapkan Pola Hidup Sehat

Tampak berkelas./Copyright Fimela - Adrian Utama Putra

Emosi kita sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik. Pola makan yang buruk, kurang tidur, dan kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat memperburuk suasana hati dan meningkatkan tingkat stres. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pola hidup sehat sebagai bagian dari upaya mengelola emosi.

Pastikan kamu mendapatkan nutrisi yang cukup, tidur dengan waktu yang memadai, dan rutin berolahraga. Aktivitas fisik tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga membantu melepaskan endorfin, hormon yang dapat meningkatkan suasana hati. Dengan tubuh yang sehat, kamu akan lebih mudah menghadapi stres dan emosi negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Mengelola Emosi dengan Bijaksana

Mengelola emosi di usia dewasa memang bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan menerapkan sikap-sikap yang telah dibahas di atas, kamu akan lebih siap menghadapi tantangan emosional yang muncul.

Sahabat Fimela, pahamilah bahwa proses ini membutuhkan kesabaran dan latihan. Setiap langkah kecil yang kamu ambil untuk mengelola emosi dengan lebih baik akan membawa kamu menuju kehidupan yang lebih tenang, bahagia, dan bermakna.

Mengelola emosi bukan berarti menekan atau menghilangkan perasaan negatif, tetapi lebih kepada bagaimana kamu menghadapi dan merespons emosi tersebut dengan cara yang sehat dan konstruktif.

Dengan begitu, kamu tidak hanya akan merasa lebih tenang, tetapi juga akan mampu menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan penuh kedamaian.