Fimela.com, Jakarta Pernah mendengar istilah sindrom MRKH? Sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH) merupakan kondisi langka yang memengaruhi sistem reproduksi wanita. Sindrom ini pertama kali digambarkan pada abad ke-20 yang ditandai dengan perkembangan yang tidak lengkap dari organ reproduksi wanita, khususnya rahim di bagian atas vagina. Sindrom ini tidak dapat disembuhkan, sehingga hanya dapat dilakukan penanganan berupa perawatan.
Gejala Klinis
Mengutip Jurnal Kedokteran Syiah Kuala berjudul Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser syndrome, gejala klinis pada sindrom MRKH biasanya ditandai dengan tidak menstruasi (amenore primer), gangguan hubungan seksual dan infertilitas. Berikut lebih lengkapnya :
- Ketiadaan menstruasi: Wanita yang mengidap sindrom MRKH ketika sudah memasuki usia pubertas tidak terlihat tanda-tanda menstruasi dan berlangsung hingga dewasa.
- Tidak memiliki rahim: Kondisi sindrom MRKH seringkali menjadi penyebab rahim tidak terbentuk secara sempurna atau bahkan tidak ada sama sekali.
- Vagina pendek atau tidak lengkap: Vagina berkembang tidak secara penuh dan memiliki panjang yang lebih pendek dibandingkan dari ukuran normal.
- Kesehatan umum baik: Meski demikian, para pemilik sindrom MRKH diketahui secara umum memiliki kesehatan fisik yang baik dan tidak memberi pengaruh pada organ lainnya dalam tubuh.
Diagnosis Sindrom MRKH
Karena tidak terlihat secara fisik oleh mata telanjang, kondisi ini perlu serangkaian pemeriksaan medis untuk mendiagnoasnya. Pemeriksaan fisik oleh dokter dilakukan dengan menanyakan riwayat media untuk menilai gejala yang mungkin timbul. Kemudian akan dilakukan USG untuk mengevaluasi keberadaan rahim dan organ reproduksi lainnya dalam tubuh. Jika dibutuhkan tim medis akan melakukan CT Scan atau MRI untuk menilai struktur internal dan mengidentifikasi adanya kelainan struktural. Prosedur laparoskopi juga mungkin dilakukan pada beberapa kasus untuk melihat kondisi organ secara langsung.
Penanganan dan Perawatan
Meski tidak dapat disembuhkan, perawatan yang tepat dapat dilakukan dapat membantu mengelola sindrom langka satu ini. Para pemilik sindrom ini dapat melakukan penyuluhan dan dukung psikologis melalui konseling. Konseling atau terapi sangat bermanfaat untuk membantu wanita beradaptasi dengan kondisinya, serta mengontrol emosi yang tidak stabil pada dirinya. Pada wanita usia menikah dapat dilakukan rekonstruksi vagina, yang mana melakukan prosedur bedah untuk membentuk vagina. Prosedur ini dimaksudkan agar aktivitas seksual dan fungsi seksual tetap terjaga. Namun, harus tetap atas rekomendasi dokter terkait. Jika tidak berniat melakukan bedah, ada alat khusus yang dapat memperluas dan memodifikasi ukuran vagina agar lebih nyaman. Alat tersebut bernama Dilator Vagina.
Meski wanita dengan sindrom MRKH tidak dapat hamil secara alami, bukan berarti meluruhkan identitasnya sebagai perempuan sesungguhnya. Ada banyak opsi yang dapat dipilih seperti teknologi reproduksi berbandu, sewa rahim, atau donor sel telur.
Kepada seluruh wanita di luar sana yang memiliki sindrom MRKH, kalian tetap berharga dan tetap semangat menjalani hari-hari penuh kebahagiaan, ya!