9 Pola Asuh Orangtua yang Bisa Menyakiti Hati Anak

Mimi Rohmitriasih diperbarui 10 Sep 2024, 15:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Pola asuh orangtua memiliki pengaruh besar dalam perkembangan emosional dan mental anak. Meski setiap orangtua tentu memiliki niat baik dalam mendidik anak-anak mereka, tak jarang pola asuh tertentu secara tidak sadar justru dapat menyakiti hati anak. Tindakan atau perilaku yang dilakukan secara terus-menerus bisa mempengaruhi cara anak memandang diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitarnya.

Berikut adalah beberapa pola asuh yang bisa menyakiti hati anak dan dampak jangka panjang yang bisa ditimbulkan.

2 dari 10 halaman

Pola Asuh Otoriter

Ilustrasi ibu dan anak | Copyright unsplash.com/Kelly Sikkema

Pola asuh otoriter ditandai dengan aturan yang sangat ketat dan sedikit ruang untuk diskusi atau kompromi. Orangtua otoriter menuntut ketaatan mutlak dari anak-anak mereka tanpa memberikan penjelasan mengenai alasan di balik aturan tersebut. Dalam pola asuh ini, orangtua sering kali menghukum anak ketika aturan dilanggar, namun jarang memberikan dukungan emosional atau pujian.

3 dari 10 halaman

Perbandingan dengan Orang Lain

(unsplash/Caleb Woods)

Membandingkan anak dengan teman, saudara, atau orang lain adalah salah satu bentuk pola asuh yang sangat menyakitkan bagi anak. Hal ini dapat mengikis rasa percaya diri mereka dan membuat anak merasa tidak berharga. Anak-anak yang sering dibanding-bandingkan bisa tumbuh dengan perasaan bahwa mereka tidak pernah cukup baik.

4 dari 10 halaman

Kritik yang Berlebihan

Anak sedih jika dimarahi/copyright: unsplash/janko ferlic

Kritik yang berlebihan, terutama yang disampaikan dengan nada kasar atau mengejek, dapat sangat merusak harga diri anak. Orangtua yang terlalu kritis sering kali fokus pada kesalahan anak tanpa mengakui usaha atau pencapaian mereka. Ini membuat anak merasa bahwa tidak peduli seberapa keras mereka mencoba, itu tidak akan pernah cukup.

5 dari 10 halaman

Kurangnya Dukungan Emosional

Ilustrasi anak sedih dan tidak percaya diri/copyright freepik.com

Anak-anak membutuhkan dukungan emosional dari orangtua, termasuk rasa kasih sayang, empati, dan pengertian. Ketika orangtua mengabaikan kebutuhan emosional anak, atau bahkan cenderung bersikap dingin dan tidak peduli, anak akan merasa kesepian dan terabaikan. Mereka mungkin belajar untuk menekan emosi mereka karena merasa tidak ada tempat yang aman untuk mengekspresikan perasaan mereka.

6 dari 10 halaman

Terlalu Melindungi (Overprotective)

Ilustrasi anak yang mengalami perubahan sikap karena jadi korban bullying | copyright freepik.com/pvproductions

Orangtua yang terlalu melindungi anak, meskipun dengan niat baik, bisa membatasi kebebasan dan kemandirian anak. Anak-anak yang terus-menerus diawasi dan dibatasi ruang geraknya sering kali tidak memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka sendiri. Hal ini bisa menghambat perkembangan keterampilan mereka untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan yang baik.

7 dari 10 halaman

Ekspektasi yang Terlalu Tinggi

Ilustrasi anak sedih | copyright freepik.com

Menetapkan harapan dan standar yang tinggi untuk anak adalah hal yang wajar, tetapi jika ekspektasi tersebut tidak realistis atau terlalu membebani, hal ini bisa menyebabkan anak merasa tertekan. Anak-anak yang dibebani dengan ekspektasi yang berlebihan sering kali merasa cemas dan takut tidak bisa memenuhi harapan orangtua mereka.

8 dari 10 halaman

Mengabaikan Pendapat Anak

Ilustrasi Anak Kecil Sedih Menangis Kecewa / Freepik by 8Photo

Mengabaikan pendapat atau perasaan anak bisa membuat mereka merasa tidak dihargai dan tidak penting. Orangtua yang sering kali mengesampingkan atau meremehkan pandangan anak menciptakan kesan bahwa apa yang dirasakan atau dipikirkan anak tidak memiliki nilai.

9 dari 10 halaman

Sikap Tidak Konsisten

Akui perasaan anak ketika merasa sedih. (Foto: Freepik)

Ketidakjelasan dalam aturan dan harapan dapat membingungkan anak. Orangtua yang memiliki pola asuh tidak konsisten, misalnya berubah-ubah antara tegas dan longgar, akan membuat anak kesulitan memahami apa yang diharapkan dari mereka. Hal ini bisa menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian emosional.

10 dari 10 halaman

Tidak Memberikan Contoh yang Baik

ilustrasi anak sedih/photo created by freepik - www.freepik.com

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, dan orangtua adalah contoh utama dalam hidup mereka. Ketika orangtua mengatakan satu hal, tetapi melakukan hal yang berlawanan, anak akan menerima pesan yang membingungkan. Misalnya, orangtua yang menuntut anak untuk selalu jujur tetapi sering berbohong di depan anak bisa menciptakan dilema moral bagi anak.

Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Namun, penting untuk menyadari bahwa pola asuh yang tidak tepat dapat menyakiti hati dan mempengaruhi perkembangan emosional anak. Yuk Mom, lebih bijak lagi dalam mengasuh buah hati.