Perbedaan Kritis dan Apatis yang Sering Disalahartikan

Oktavia Manuela diperbarui 12 Sep 2024, 15:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar dua istilah yang sering kali dianggap serupa, padahal berbeda jauh, yaitu kritis dan apatis. Meski keduanya berbicara tentang cara kita merespons situasi, penting untuk memahami perbedaan mendasar di antara keduanya.

Penasaran kan apa saja perbedaannya? Yuk, kita telusuri lebih dalam!

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Kritis, Mengedepankan Analisis dan Pemikiran

Ilustrasi berpikir positif, kritis. (Image by jcomp on Freepik)

Kritis adalah sikap yang menunjukkan kemampuan berpikir secara mendalam, menganalisis, dan mencari solusi. Orang yang kritis tidak hanya menerima informasi begitu saja, melainkan menelaahnya dengan seksama. Mereka cenderung mempertanyakan berbagai aspek dan berusaha memahami hal-hal di balik suatu kejadian atau masalah.

Sikap kritis sangat diperlukan, terutama dalam menghadapi informasi yang berlimpah di era digital. Dengan bersikap kritis, kita dapat memilih dan memilah informasi yang valid serta menghindari terjerumus dalam hoaks. Selain itu, kritis juga mendorong perubahan positif karena melibatkan aksi setelah melalui analisis yang mendalam.

Contoh nyata dari sikap kritis adalah ketika seseorang menelaah kebijakan pemerintah. Alih-alih menerima begitu saja, mereka akan mempertanyakan dampak jangka panjangnya, siapa yang diuntungkan, dan bagaimana implementasinya dapat ditingkatkan.

3 dari 4 halaman

Apatis, Sikap Acuh Tak Acuh

Perbedaan Kritis dan Apatis yang Sering Disalahartikan copyright/freepik

Sebaliknya, apatis adalah sikap tidak peduli atau acuh tak acuh terhadap situasi di sekitar. Orang yang apatis cenderung menghindar dari keterlibatan atau mengambil tindakan, bahkan ketika dihadapkan dengan isu-isu penting. Mereka mungkin merasa bahwa kontribusinya tidak berarti atau bahwa masalah tersebut bukan urusan mereka.

Sikap apatis sering muncul sebagai bentuk ketidakpuasan atau frustrasi terhadap situasi yang dirasa tidak bisa diubah. Namun, apatis justru bisa memperburuk keadaan karena kurangnya partisipasi dalam mencari solusi atau perubahan. Dalam konteks sosial dan politik, apatisme dapat menyebabkan stagnasi karena masyarakat tidak lagi terlibat dalam proses perubahan.

Misalnya, ketika ada isu lingkungan yang membutuhkan perhatian, sikap apatis akan terlihat dari mereka yang memilih untuk tidak peduli, meskipun mengetahui dampaknya.

4 dari 4 halaman

Mengapa Penting Memahami Perbedaannya?

Perbedaan Kritis dan Apatis yang Sering Disalahartikan copyright/freepik/katemangostar

Memahami perbedaan antara kritis dan apatis membantu kita menjadi individu yang lebih sadar dalam merespons situasi. Bersikap kritis mengajak kita untuk aktif dan berpikir solutif, sementara apatis hanya mengarahkan pada ketidakpedulian yang akhirnya merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dalam konteks sosial, generasi muda seperti Gen-Z diharapkan dapat lebih kritis terhadap berbagai isu seperti lingkungan, politik, dan teknologi. Dengan bersikap kritis, kita bisa menjadi agen perubahan. Namun, berhati-hatilah agar tidak terjebak dalam apatisme yang justru menjauhkan kita dari peluang untuk membuat perbedaan.

Kritis dan apatis adalah dua sikap yang sangat berbeda dalam merespons keadaan. Kritis melibatkan analisis, pertanyaan, dan aksi, sedangkan apatis mencerminkan sikap acuh tak acuh yang bisa berbahaya bagi kemajuan masyarakat. Jadi, yuk, mulai berlatih menjadi individu yang kritis dan peduli, karena perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang kita ambil.