Fimela.com, Jakarta Pola asuh orangtua memainkan peran penting dalam perkembangan emosional dan psikologis anak. Namun, tidak semua metode pengasuhan memberikan dampak positif. Pola asuh yang keras, seperti sering membentak, membandingkan, dan memaksa anak untuk menuruti kemauan orangtua, bisa menyebabkan anak merasa tidak bahagia dan mengalami trauma. Perlu orangtua ketahui, pola asuh yang dikira paling baik dan sudah tepat, tak menutup kemungkinan justru kurang tepat bagi anak. Yang ada, pola asuh ini ternyata menyebabkan anak merasa sangat kecewa, sedih hingga trauma.
Berikut adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak, mungkin tidak bahagia dan mengalami trauma akibat pola asuh yang tidak sehat dari orangtuanya selama ini.
Perubahan Perilaku
Anak yang tidak bahagia dan trauma sering menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan. Mereka mungkin menjadi lebih pendiam, menarik diri dari lingkungan sosial, atau sebaliknya, menjadi lebih agresif dan mudah marah. Perubahan ini merupakan cara anak untuk mengekspresikan ketidaknyamanan dan stres yang mereka rasakan. Ini juga sebagai cara anak mengungkapkan apa yang ia rasakan tanpa harus berkata-kata atau mengungkapkannya ke orangtua.
Anak Mengalami Penurunan Prestasi Akademik
Anak yang mengalami trauma sering kali kesulitan berkonsentrasi dan fokus pada pelajaran di sekolah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik. Mereka mungkin juga sering bolos atau menunjukkan ketidaktertarikan pada kegiatan sekolah. Ketidakbahagiaan yang dirasakan anak, cenderung membuatnya malas untuk belajar dan mencari pengatahuan baru.
Anak Mengalami Gangguan Tidur
Trauma dan ketidakbahagiaan dapat mempengaruhi pola tidur anak. Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur, mimpi buruk, atau sering terbangun di malam hari. Gangguan tidur ini bisa menjadi indikasi bahwa anak merasa tidak aman atau cemas. Ini juga sebagai indikasi anak merasakan sesuatu yang kurang nyaman dari pola asuh orangtuanya selama ini.
Anak Mengalami Masalah Kesehatan Fisik
Stres dan trauma dapat berdampak pada kesehatan fisik anak. Mereka mungkin sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau mengalami gangguan pencernaan. Kondisi ini sering kali tidak memiliki penyebab medis yang jelas dan lebih berkaitan dengan kondisi emosional anak.
Menurunnya Rasa Percaya Diri
Anak yang sering dibandingkan dengan orang lain atau dipaksa menuruti kemauan orangtua cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah. Mereka mungkin merasa tidak cukup baik atau tidak mampu memenuhi harapan orangtua, yang dapat berdampak negatif pada citra diri mereka. Anak yang kerap dibentak dan mendapat pola asuh keras, cenderung rendah diri apalagi di hadapan orang lain yang lemah lembut serta penuh kasih sayang.
Anak Rentan Mengalami Ketakutan yang Berlebihan
Anak yang sering dibentak atau dihukum dengan keras mungkin menunjukkan ketakutan berlebihan terhadap orangtua atau situasi tertentu. Mereka mungkin menjadi sangat patuh atau sebaliknya, sangat menentang, sebagai bentuk perlindungan diri.
Anak Kesulitan dalam Membentuk Hubungan dengan Orang Lain
Trauma dan ketidakbahagiaan dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk membentuk hubungan yang sehat dengan teman sebaya dan orang dewasa lainnya. Mereka mungkin merasa sulit untuk mempercayai orang lain atau menunjukkan kasih sayang. Ini lantas membuatnya menutup diri, introvert dan nyaman tanpa menjadi pusat perhatian dari sekitarnya.
Nah Mom, itulah sekian tanda anak mengalami trauma dan mungkin tak bahagia dengan hidupnya karena pola asuh yang didapat dari orangtuanya. Jika Mom mengenali tanda-tanda ini pada anak, penting untuk segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah tersebut. Jangan ragu untuk meminta bantuan profesional jika memang hal tersebut dibutuhkan. Penting juga untuk mengubah pola asuh menjadi lebih baik, sabar dan penuh kasih sayang. Semoga informasi ini bermanfaat.