Fimela.com, Jakarta Factitious disorder, atau yang dikenal juga sebagai gangguan buatan, merupakan salah satu gangguan mental yang cukup langka dan sering kali sulit dipahami. Gangguan ini ditandai dengan perilaku seseorang yang dengan sengaja berpura-pura sakit atau melebih-lebihkan gejala penyakit dengan tujuan mendapatkan perhatian atau simpati.
Berbeda dengan malingering, di mana seseorang berpura-pura sakit untuk mendapatkan keuntungan eksternal seperti uang atau menghindari tanggung jawab, penderita factitious disorder lebih terdorong oleh kebutuhan psikologis yang mendalam.
Apa Itu Factitious Disorder?
Factitious disorder adalah gangguan mental di mana seseorang dengan sengaja menciptakan atau memalsukan gejala penyakit pada dirinya sendiri atau orang lain. Kondisi ini bisa sangat kompleks dan sulit dideteksi karena penderita sering kali memiliki pengetahuan medis yang cukup untuk membuat gejalanya tampak meyakinkan. Dalam beberapa kasus, penderita bahkan bersedia menjalani prosedur medis yang berisiko atau menyakitkan hanya untuk mempertahankan kebohongannya.
Gangguan ini terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu Factitious Disorder Imposed on Self (Munchausen Syndrome) dan Factitious Disorder Imposed on Another (Munchausen Syndrome by Proxy).
Seseorang dengan gangguan Factitious Disorder Imposed on Self akan membuat dirinya terlihat sakit dengan cara menciptakan atau memalsukan gejala penyakit. Mereka mungkin melukai diri sendiri, meminum obat tertentu untuk menimbulkan efek samping, atau mengarang cerita medis yang rumit untuk meyakinkan tenaga medis bahwa mereka benar-benar sakit. Factitious Disorder Imposed on Another adalah kondisi di mana seseorang, biasanya orang tua atau pengasuh, membuat atau memalsukan gejala penyakit pada orang lain, biasanya anak-anak, untuk mendapatkan perhatian sebagai "pahlawan" yang merawat orang yang sakit. Ini adalah bentuk penyalahgunaan yang serius dan bisa berdampak sangat buruk pada kesehatan korban.
Penyebab dan Faktor Risiko
Penyebab pasti factitious disorder masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, beberapa faktor risiko yang mungkin berperan termasuk:
Riwayat Trauma atau Penyalahgunaan
Banyak penderita factitious disorder memiliki riwayat trauma, kekerasan, atau penelantaran di masa kecil. Mereka mungkin mencari perhatian atau perawatan yang tidak mereka dapatkan sebelumnya melalui perilaku ini.
Pengalaman dalam Dunia Medis
Penderita sering kali memiliki pengetahuan medis yang cukup atau pernah bekerja di lingkungan medis. Pengalaman ini bisa membuat mereka lebih mampu meniru gejala penyakit dengan cara yang sulit dikenali sebagai palsu.
Gangguan Kepribadian
Banyak penderita factitious disorder juga memiliki gangguan kepribadian lain, seperti borderline personality disorder, yang dapat memengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Tanda-tanda Factitious Disorder
Mendeteksi factitious disorder bisa sangat menantang karena penderita biasanya sangat lihai dalam menyembunyikan kebohongannya. Namun, ada beberapa tanda yang bisa diwaspadai, antara lain:
Riwayat medis yang tidak konsisten
Seseorang dengan factitious disorder sering kali memiliki riwayat medis yang penuh dengan perawatan atau penyakit yang tidak konsisten, tidak jelas, atau sulit dijelaskan.
Ketergantungan pada rumah sakit
Mereka mungkin sering pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain atau menemui banyak dokter berbeda untuk menghindari kecurigaan.
Gejala yang hilang ketika tidak diawasi
Gejala yang mereka keluhkan mungkin tiba-tiba membaik ketika tidak diawasi atau saat berada di luar lingkungan medis.
Pengetahuan medis yang luas
Mereka sering kali memiliki pengetahuan yang luar biasa tentang kondisi medis yang mereka klaim menderita, terkadang lebih banyak daripada orang awam.
Penanganan dan Pengobatan
Penanganan factitious disorder sangat kompleks dan sering kali memerlukan pendekatan multidisiplin. Terapi psikologis adalah metode utama untuk mengatasi gangguan ini, namun motivasi penderita untuk terlibat dalam terapi sering kali rendah karena mereka tidak mengakui adanya masalah. Pendekatan yang empatik dan tidak menghakimi sangat penting untuk membangun hubungan kepercayaan dengan penderita.
Selain itu, penting juga untuk melibatkan keluarga dan orang-orang terdekat dalam proses penyembuhan. Pemahaman dan dukungan mereka bisa menjadi kunci dalam membantu penderita factitious disorder mengatasi gangguan ini.
Pentingnya Kesadaran dan Edukasi
Factitious disorder sering kali kurang mendapatkan perhatian karena kerumitannya dan sifatnya yang tersembunyi. Kesadaran dan edukasi yang lebih luas tentang gangguan ini sangat penting, baik di kalangan tenaga medis maupun masyarakat umum, untuk mencegah dan mengidentifikasi kasus-kasus yang mungkin terabaikan.
Memahami factitious disorder bukanlah hal yang mudah, namun dengan pengetahuan dan empati, kita bisa lebih peka terhadap tanda-tanda gangguan ini dan membantu mereka yang membutuhkan. Sahabat Fimela, jika Anda merasa mengenal seseorang yang mungkin menderita gangguan ini, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Tindakan pencegahan dan intervensi dini bisa sangat membantu dalam mengatasi masalah ini.