7 Tanda Orang Berlagak Kaya tapi Sebenarnya Penuh Kepalsuan

Endah Wijayanti diperbarui 01 Sep 2024, 14:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali bertemu dengan berbagai tipe manusia, termasuk mereka yang berusaha tampil kaya namun sebenarnya hanya menyembunyikan rasa minder dan kehausan akan validasi. Orang-orang seperti ini mungkin tampak gemerlap dari luar, tetapi di balik fasad yang mereka tunjukkan, terdapat jiwa yang penuh keraguan dan ketidakpuasan.

Kali ini kita akan membahas tanda-tanda orang yang berlagak kaya namun sebenarnya penuh kepalsuan, serta bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari fenomena ini. Simak uraian dengan sudut pandang menarik berikut ini, ya Sahabat Fimela.

 

 

2 dari 8 halaman

1. Mementingkan Barang Mewah yang Dipamerkan daripada Nilai Sejati

Memandang kehidupan./Copyright freepik.com/author/pressfoto

Orang yang berpura-pura kaya sering kali terobsesi dengan barang-barang mewah yang mereka tampilkan. Mereka akan membeli produk-produk bermerek terkenal bukan karena kualitas atau fungsinya, melainkan semata-mata untuk dipamerkan kepada orang lain. Tas branded, mobil mewah, atau jam tangan mahal menjadi alat untuk menunjukkan status sosial yang mereka inginkan, meskipun sering kali barang-barang ini dibeli dengan cara berhutang atau mengorbankan kebutuhan lain.

Di balik semua kemewahan yang dipertontonkan, mereka sebenarnya haus akan validasi dan pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Mereka percaya bahwa dengan memiliki barang-barang mewah, mereka akan dihormati dan diakui sebagai orang sukses. Namun, kerap kali tindakan ini hanya menutupi rasa minder yang mendalam dan ketidakmampuan untuk menerima diri apa adanya.

 

 

3 dari 8 halaman

2. Selalu Ingin Tampil di Media Sosial dengan Gaya Hidup Glamor

Menghadapi hidup dengan mental kuat./Copyright Image by jcomp on Freepik

Salah satu tanda yang paling jelas dari orang yang berpura-pura kaya adalah kecenderungan mereka untuk terus-menerus memamerkan gaya hidup glamor di media sosial. Mereka akan memposting foto-foto saat berada di restoran mahal, liburan di tempat eksotis, atau mengenakan pakaian dan aksesori dari merek ternama. Setiap postingan dirancang dengan hati-hati untuk menciptakan kesan bahwa hidup mereka sempurna dan penuh kemewahan.

Namun, di balik setiap foto yang dipublikasikan, sering kali terdapat kekosongan emosional dan ketidakpuasan dengan kehidupan nyata. Media sosial menjadi tempat untuk mencari validasi eksternal, di mana mereka merasa mendapatkan penghargaan melalui jumlah "like" atau komentar yang mengagumi. Sebenarnya, tindakan ini adalah cara untuk menutupi rasa minder dan ketidakmampuan untuk menikmati hidup apa adanya, tanpa perlu persetujuan dari orang lain.

 

 

 

 

4 dari 8 halaman

3. Sering Membicarakan Kekayaan dengan Nada Sombong

Ilustrasi perempuan/copyright fimela/adrian putra

Orang yang berpura-pura kaya biasanya suka membicarakan kekayaan mereka dengan nada yang terkesan sombong. Mereka sering kali membanggakan penghasilan tinggi, investasi sukses, atau barang-barang mewah yang mereka miliki di hadapan orang lain. Namun, di balik semua pembicaraan ini, sebenarnya terdapat rasa takut tidak dihargai jika mereka tidak menonjolkan diri.

Kebiasaan ini sebenarnya mencerminkan ketidakpercayaan diri yang mendalam. Mereka merasa perlu untuk membuktikan nilai diri mereka melalui materi, karena mereka tidak yakin bahwa orang lain akan menghargai mereka jika mereka tidak memiliki kekayaan yang bisa dibanggakan. Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran setan di mana mereka terus-menerus merasa kurang dan selalu ingin lebih.

 

 

5 dari 8 halaman

4. Menghindari Pertemanan dengan Orang yang Tidak Sebanding

Ilustrasi perempuan/copyright fimela/adrian putra

Orang yang berlagak kaya biasanya selektif dalam memilih pertemanan. Mereka cenderung menghindari orang-orang yang dianggap tidak sebanding, baik dari segi kekayaan maupun status sosial. Mereka lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki gaya hidup serupa atau bahkan lebih tinggi, dengan harapan bisa meningkatkan status mereka sendiri melalui asosiasi.

Namun, di balik sikap ini sebenarnya terdapat rasa tidak aman dan takut akan penilaian negatif. Mereka khawatir jika bergaul dengan orang yang dianggap "di bawah" mereka, status sosial yang sudah susah payah mereka bangun akan runtuh. Padahal, pertemanan sejati seharusnya didasarkan pada kesamaan nilai dan saling menghargai, bukan pada materi atau status sosial semata.

 

 

6 dari 8 halaman

5. Kerap Memanipulasi Cerita tentang Kesuksesan

Ilustrasi perempuan/copyright fimela/adrian putra

Orang yang berusaha tampil kaya sering kali memanipulasi cerita tentang kesuksesan mereka. Mereka akan membesar-besarkan pencapaian atau mengarang cerita tentang bagaimana mereka berhasil mencapai status yang mereka miliki saat ini. Cerita-cerita ini biasanya dirancang untuk mengesankan orang lain dan membangun citra diri yang diinginkan.

Namun, di balik cerita yang dibesar-besarkan ini, sering kali terdapat perasaan minder dan ketidakpuasan dengan kenyataan hidup mereka. Mereka merasa bahwa tanpa cerita-cerita fantastis ini, mereka tidak akan mendapatkan penghargaan atau pengakuan yang mereka inginkan. Padahal, kesuksesan sejati adalah tentang bagaimana kita menghadapi tantangan dan tumbuh dari pengalaman, bukan tentang membangun citra yang tidak nyata.

 

 

7 dari 8 halaman

6. Selalu Ingin Menjadi Pusat Perhatian di Setiap Kesempatan

Ilustrasi/copyright fimela

Orang yang berpura-pura kaya sering kali ingin menjadi pusat perhatian di setiap kesempatan. Mereka cenderung tampil mencolok, baik melalui penampilan, gaya bicara, maupun cara mereka berperilaku di hadapan orang lain. Setiap tindakan mereka dirancang untuk menarik perhatian dan memastikan bahwa orang lain menyadari keberadaan mereka.

Namun, di balik kebutuhan untuk selalu menjadi pusat perhatian ini, terdapat rasa takut akan diabaikan atau dilupakan. Mereka merasa bahwa nilai diri mereka tergantung pada seberapa banyak perhatian yang mereka dapatkan dari orang lain. Padahal, perhatian yang datang dari kepalsuan tidak akan pernah memberikan kepuasan yang sejati. Hanya dengan menjadi diri sendiri dan menerima diri apa adanya, kita bisa mendapatkan penghargaan yang tulus dari orang lain.

 

 

8 dari 8 halaman

7. Merasa Gelisah dan Tidak Bahagia meski Tampak Sukses

Ilustrasi perempuan/copyright fimela/adrian putra

Meskipun tampak sukses dan hidup dalam kemewahan, orang yang berlagak kaya sering kali merasa gelisah dan tidak bahagia. Mereka mungkin memiliki semua yang diinginkan oleh banyak orang—uang, status, dan pengakuan sosial—namun dalam hati mereka, terdapat kekosongan yang sulit dijelaskan. Hal ini terjadi karena kebahagiaan sejati tidak bisa diperoleh dari harta benda atau validasi eksternal.

Kepalsuan yang mereka pertahankan hanya membuat mereka semakin jauh dari diri mereka yang sebenarnya. Mereka merasa harus terus-menerus berusaha untuk mempertahankan citra yang sudah dibangun, sehingga tidak ada ruang untuk menjadi diri sendiri. Akibatnya, mereka merasa terkekang dan kehilangan makna hidup yang sebenarnya.

Orang yang berpura-pura kaya sebenarnya adalah mereka yang paling haus akan validasi dan cenderung minder dengan diri mereka sendiri.

Mereka mungkin tampak gemerlap dari luar, tetapi di balik semua kemewahan yang ditampilkan, terdapat jiwa yang penuh dengan keraguan dan ketidakpuasan. Kehidupan yang mereka jalani adalah kehidupan yang penuh kepalsuan, di mana kebahagiaan sejati sulit untuk dicapai.

Namun, kita bisa mengambil pelajaran dari fenomena ini. Kekayaan yang sejati bukanlah tentang berapa banyak uang yang kita miliki atau seberapa mewah hidup kita, melainkan tentang bagaimana kita menerima dan menghargai diri sendiri apa adanya.

Kebahagiaan sejati datang ketika kita bisa hidup dengan jujur, tanpa perlu memalsukan diri demi mendapatkan pengakuan dari orang lain. Jadilah diri sendiri, karena hanya dengan menjadi diri sendiri kita bisa merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang sebenarnya.