Keindahan Indonesia Ditampilkan dalam Buku Louis Vuitton

Hilda Irach diperbarui 31 Agu 2024, 19:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Louis Vuitton kembali mengajak penggemar mode untuk melakukan petualangan visual melalui video dan visual terbaru Louis Vuitton Librarie, yang memamerkan Indonesia travel book karya seniman Jerman, Atak Georg Barber atau ATAK.

Indonesia travel book yang diilustrasikan oleh ATAK, memukau dengan palet warna cerah yang memikat. Seniman multitalenta yang juga merupakan seorang DJ, illustrator desain grafis, pencipta komik, dan karya anak-anak ini memfokuskan bakatnya yang mewah dan penuh warna pada kepulauan terbesar di dunia, Indonesia. Menggambarkan kekayaan budaya dan alam Indonesia melalui karya seni penuh warna dan detail.

Menyusul peluncuran Indonesia travel book oleh ATAK pada bulan Mei lalu, video dan visual ini dipersembahkan Louis Vuitton dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. 

 
What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Indonesia by ATAK Travel Book

Menyusul peluncuran Buku Travel Indonesia oleh ATAK pada bulan Mei lalu, video dan visual ini dipersembahkan Louis Vuitton dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. [Dok/Louis Vuitton].

Untuk diketahui, pada Mei lalu Louis Vuitton meluncurkan buku travel bertajuk Indonesia by ATAK Travel Book. Buku ini merupakan seri ke-29, melengkapi seri Louis Vuitton Travel Book yang dibuat pertama kali pada 2010.

Dicetak dalam tiga bahasa: Prancis, Inggris dan Indonesia, buku perjalanan setebal 160 halaman ini dicetak terbatas hanya 1.000 eksemplar dan dijual di butik Louis Vuitton di seluruh dunia.

Sejak pertama kali diluncurkan, koleksi buku travel Louis Vuitton menggandeng para seniman dari penjuru dunia untuk menjelajahi tempat-tempat di berbagai penjuru dunia, pedesaan, perkotaan, atau alam liar yang belum pernah mereka kunjungi. Buku travel menjadi kumpulan pengalaman ini yang diabadikan dalam seni. Setiap buku sketsa menjadi kisah tentang dua perjalanan: perjalanan melalui geografi dan perjalanan melalui seni, oleh gambar-gambar itu sendiri, mengikuti naluri para seniman yang tercermin di setiap halaman yang penuh dengan pensil, cat, atau goresan.