Retina Mata Robek, Bisakah Sembuh? Ini Penjelasannya

Azura Puan Khalisa diperbarui 09 Sep 2024, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Retina mata robek adalah kondisi yang memerlukan perhatian serius karena bisa mempengaruhi penglihatan. Kondisi ini terjadi ketika jaringan vitreous, cairan yang mengisi rongga bola mata, mengalami penyusutan dan menarik retina, lapisan jaringan saraf yang berada di belakang bola mata. Jika tarikan ini cukup kuat, retina bisa robek, dan ini seringkali menjadi penyebab utama masalah yang lebih serius, seperti retina lepas (ablasio retina). Kondisi ini harus segera diatasi untuk mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut atau bahkan kebutaan.

Retina sendiri berfungsi sebagai penerima cahaya yang kemudian mengirimkan sinyal ke otak untuk diproses menjadi gambar yang kita lihat. Karena fungsinya yang sangat vital, robekan pada retina menjadi masalah besar yang tidak bisa dianggap sepele. Biasanya, gejala retina robek ditandai dengan adanya kilatan cahaya yang tiba-tiba muncul di penglihatan atau munculnya floaters, yaitu bayangan seperti titik-titik hitam atau garis yang tampak mengambang di pandangan.

Dengan bertambahnya usia, vitreous di mata kita memang cenderung menyusut dan menipis. Pada sebagian besar orang, hal ini tidak menimbulkan masalah. Namun, jika vitreous ini lebih lengket, saat ia terpisah dari retina, bisa menarik retina secara tidak normal hingga menyebabkan robekan. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, cairan bisa masuk melalui robekan tersebut dan mengangkat retina, menyebabkan ablasio retina. Tapi, jangan khawatir, retina mata robek bisa disembuhkan, terutama jika ditangani sejak dini. Semakin cepat kondisi ini ditangani, semakin besar kemungkinan terhindar dari risiko kebutaan.

2 dari 3 halaman

Kenali Faktor Risiko Retina Robek

Ada beberapa faktor risiko yang perlu ketahui agar lebih waspada terhadap kesehatan mata. Foto: Freepik

Tidak ada cara pasti untuk memprediksi siapa yang akan mengalami retina robek atau kapan hal itu bisa terjadi.

Namun, ada beberapa faktor risiko yang perlu ketahui agar lebih waspada terhadap kesehatan mata:

  1. Miopia (rabun jauh) dengan derajat tinggi - Orang dengan rabun jauh parah lebih rentan mengalami robekan retina.
  2. Riwayat operasi mata - Jika Anda pernah menjalani operasi katarak, glaukoma, atau operasi mata lainnya, risiko Anda lebih tinggi.
  3. Penggunaan obat glaukoma - Beberapa obat glaukoma yang mengecilkan pupil bisa meningkatkan risiko.
  4. Cedera mata - Trauma atau cedera serius pada mata dapat menyebabkan retina robek.
  5. Riwayat keluarga - Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami ablasio retina, risiko Anda lebih tinggi.
  6. Area lemah di retina - Terkadang dokter mata bisa menemukan area lemah di retina Anda saat pemeriksaan.
  7. Usia lanjut - Proses penuaan juga meningkatkan risiko robekan retina.

Mengetahui faktor-faktor ini bisa membantu untuk lebih waspada. Jika memiliki salah satu atau lebih dari faktor risiko ini, sebaiknya lakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama jika mulai merasakan gejala yang mencurigakan. Deteksi dini sangat penting untuk menjaga kesehatan mata dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

3 dari 3 halaman

Pengobatan Retina Mata Robek: Apa Saja Pilihannya?

Ada beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan. Foto: Freepik

Jika di diagnosis dengan retina robek, berikut adalah beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan:

1. Fotokoagulasi Laser

  • Proses: Laser digunakan untuk menyegel retina yang robek ke dinding mata.
  • Tujuan: Mencegah cairan masuk melalui robekan dan menyebabkan retina terlepas.
  • Durasi: Kurang dari 15 menit dan dilakukan di poliklinik mata.

2. Kriopeksi

  • Proses: Penggunaan energi dingin yang intens untuk membekukan area di sekitar robekan retina.
  • Tujuan: Membentuk jaringan parut yang membantu retina tetap menempel pada dinding mata.
  • Durasi: Kurang dari 30 menit, dilakukan dengan anestesi lokal atau topikal untuk mengurangi ketidaknyamanan.

Kedua metode ini efektif jika dilakukan segera setelah retina robek terdeteksi. Setelah perawatan, penting untuk terus memantau kondisi mata secara rutin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

 

 

Penulis: Azura Puan Khalisa