Tekan Angka Kematian, Rumah Sakit Jantung Terpadu Ini Hadirkan Layanan Kesehatan Jantung yang Lengkap

Vinsensia Dianawanti diperbarui 31 Jul 2024, 18:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Meski dunia medis berkembang dengan begitu pesat, nyatanya Indonesia masih menghadapi tantangan dalam penanganan penyakit kronis. Salah satunya penanganan penyakit jantung yang masih membutuhkan perhatian,

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, 15 dari 1000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung. WHO pun menjelaskan serangan jantung menjadi penyebab kedua kematian tertinggi di Indonesia dengan 95,68% kasus per 100ribu penduduk.

Sayangnya, jumlah dokter maupun fasilitas pelayanan keshatan yang ada belum cukup ideal. Menurut data, jumlah dokter spesialis dan pembuluh darah (SpJP) hanya berjumlah 1.485 orang. 

Artinya, satu dokter harus melayani 250ribu orang. Padahal, satu dokter jatung idealnya melayani 100ribu orang. Tentu kondisi ini membuat pelayanan pasien jantung menjadi tidak maksimal. Sehingga mengakibatkan banyak pasien yang tidak dapat tertangani tepat waktu.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Layanan kesehatan dan jumlah dokter yang berpengalaman

Penuhi kebutuhan layanan kesehatan kardiovaskular di Heartology Cardiovascular Hospital (Heartology)

Melihat kondisi ini, Heartology Cardiovascular mendirikan rumah sakit sendiri untuk memenuhi kebutuhan pelayanan penyakit jantung yang terpadu.

“Heartology hadir bukan untuk menjadi pusat layanan kardiovaskular yang unggul. Heartology merupakan gerakan untuk jantung Indonesia yang lebih sehat dan wujud medical excellence di Indonesia. Berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan jantung di Indonesia yang berpusat kepada pasien melalui edukasi, penelitian, penerapan teknologi terbaru, dan teamwork para dokter subspesialis, kami berharap gerakan ini dapat menjadi terobosan dalam industri healthcare di Indonesia," kata Amelia Hendra, Chief Executive Officer Heartology Cardiovascular Hospital.

Tim dokter Heartology sendiri terdiri dari subspesialis dan bedah jantung berpengalaman untuk memastikan Indonesia memiliki perawatan kardiovaskular yang memadai. Dr. dr. Dafsah A. Juzar, Sp.JP(K) menjelaskan hadirnya Heartology Cardiovascular Hospital turut mendukung upaya pemerintah memperkuat sektor medical tourism di Indonesia.

"Dengan fasilitas kesehatan yang mumpuni, beban finansial dan logistik bagi keluarga yang biasanya harus berobat ke luar negeri dapat diminimalisasi, terutama dalam kondisi yang membutuhkan ketepatan waktu perawatan," tambah Dr. Dafsah.

3 dari 3 halaman

Medical Tourism

Penuhi kebutuhan layanan kesehatan kardiovaskular di Heartology Cardiovascular Hospital (Heartology)

Lebih lanjut Dr. Dafsah menjelaskan ini tidak hanya menarik wisatawan medis, tetapi juga meningkatkan citra Indonesia sebagai destinasi kesehatan global, memberikan manfaat bagi ekonomi negara, serta meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan bagi masyarakat.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, perawatan kardiovaskular jadi salah satu perawatan yang paling dicari oleh masyarakat di luar negeri. Dengan hadirnya Heartology Cardiovascular Hospital, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi melakukan medical check up rutin di luar negeri.

Lewat kampanye #SatuDetakUntukIndonesia, Heartology memberikan edukasi untuk secara aktif mendukung upaya pemerintah mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih peduli terhadap kesehatan jantung dengan menerapkan gaya hidup sehat dan rutin memeriksakan kondisi jantung mereka. Heartology berharap melalui kampanye ini perilaku kesehatan masyarakat dapat berubah menuju masa depan dimana penyakit jantung dapat dicegah dan dideteksi sejak dini 

 

 

 

 

 

 

 

Gerakan yang juga diinisiasi untuk mengajak para wanita Indonesia yang berperan sebagai pilar utama dalam keluarga. 

 

 

 

 

 

 

 

“Sebagai edukator kesehatan, saya merasa bahwa sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran tentang kondisi darurat penyakit jantung, yang kini juga banyak menyerang usia muda. Rasa takut 'divonis' harus diberantas agar kita bisa mengambil kendali atas kesehatan kita. Lebih baik mengetahui sejak dini untuk mencegah penyakit jantung daripada membiarkan rasa takut menguasai," kata

 

 

 

dr. Reisa Broto Asmoro