Fimela.com, Jakarta Kesadaran akan kesehatan mental telah meningkat belakangan ini. Salah satunya karena adanya kampanye dan upaya dari berbagai lembaga dan organisasi untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental. Selain itu, semakin banyaknya informasi dan sumber daya yang tersedia, membuat makin banyak orang yang mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan mental dan cara untuk merawatnya.
Bukan itu saja, pengaruh media sosial juga dapat memainkan peran dalam meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Banyak orang yang berbagi pengalaman pribadi mereka tentang kesehatan mental, termasuk tantangan dan upaya pemulihan mereka. Hal ini dapat membantu mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental dan mendorong orang lain untuk mencari perawatan dan dukungan.
Dampak bagus dari kesadaran mental ini membuat banyak orang paham beberapa istilah yang terkait dengan hal tersebut. Termasuk di antaranya adalah delusi dan halusinasi yang biasanya dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental. Hanya saja, beberapa orang masih salah mengartikan kedua istilah tersebut, padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Biar kamu lebih paham, berikut beda delusi dan halusinasi.
Delusi Disebut Juga Sebagai Waham
Delusi atau waham adalah kondisi ketika seseorang mempercayai sesuatu yang keliru atau tidak sesuai dengan kenyataan. Waham sering kali merupakan gejala dari gangguan psikotik, seperti skizofrenia atau gangguan waham menetap. Ada beberapa jenis waham yang umum dijumpai.
1. Waham kejar
Seseorang yang mengalami waham kejar percaya bahwa ada orang atau kelompok tertentu yang menguntit, mengawasi, atau berencana mencelakainya. Orang yang mengalami waham kejar mungkin merasa paranoid, cemas, dan takut akan ancaman yang diduga ada.
2. Waham somatik
Waham somatik terjadi ketika seseorang meyakini bahwa dirinya menderita penyakit tertentu atau mengalami kecacatan di tubuhnya. Contohnya adalah kepercayaan bahwa ada parasit yang menginfeksi tubuh atau bahwa tubuh mengeluarkan bau yang tidak sedap.
3. Waham erotomania
Penderita erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut tidak mengenal atau belum pernah bertemu dengan penderita. Biasanya, objek delusi tersebut adalah seseorang dengan status sosial yang lebih tinggi atau terkenal.
4. Waham nihilistik
Waham nihilistik adalah pemikiran keliru yang membuat seseorang percaya bahwa dirinya sudah meninggal dunia atau bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada artinya. Waham ini melibatkan keyakinan yang kuat bahwa dirinya atau dunia sekitarnya tidak nyata atau sudah berakhir.
5. Waham rujukan
Penderita waham rujukan mungkin merasa bahwa orang-orang di sekitarnya sedang berbicara tentang mereka atau memberikan isyarat tersembunyi yang ditujukan kepada mereka. Mereka mungkin juga merasa bahwa pesan-pesan dalam media massa atau acara televisi ditujukan secara khusus kepada mereka.
Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi psikodinamika, dapat membantu seseorang yang mengalami waham. Terapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi pola pikir yang keliru serta membantu orang tersebut mengembangkan strategi untuk mengelola waham yang dialami. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai.
Halusinasi Lebih Ke Pengalaman Sensorik
Adapun halusinasi adalah pengalaman sensorik yang terjadi ketika seseorang melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau mengalami sesuatu yang sebenarnya tidak ada dalam kenyataan. Halusinasi dapat terjadi pada salah satu atau beberapa indera, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, atau pengecapan. Ada beberapa jenis halusinasi yang umum dijumpai, yaitu:
1. Halusinasi pendengaran
Seseorang mendengar suara-suara yang tidak ada, seperti percakapan, instruksi, musik, atau suara-suara lainnya. Halusinasi pendengaran sering terjadi pada gangguan mental seperti skizofrenia, gangguan bipolar, atau demensia.
2. Halusinasi visual
Seseorang melihat objek, pola visual, manusia, atau cahaya yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk gangguan mental dan penyakit fisik yang berkaitan dengan kelainan saraf.
3. Halusinasi penciuman
Seseorang mencium bau yang tidak ada dalam lingkungan sekitarnya. Halusinasi penciuman dapat terjadi pada beberapa kondisi, seperti migrain, epilepsi, atau gangguan penciuman.
4. Halusinasi perabaan
Seseorang merasakan sensasi yang sebenarnya tidak ada, seperti sentuhan, getaran, atau sensasi lainnya pada tubuhnya. Halusinasi perabaan dapat terjadi pada beberapa kondisi, termasuk gangguan saraf perifer atau gangguan sistem saraf pusat.
5. Halusinasi pengecapan
Seseorang mengalami sensasi rasa yang sebenarnya tidak ada pada lidahnya. Halusinasi pengecapan dapat terjadi pada beberapa kondisi, seperti gangguan penciuman atau gangguan sistem saraf pusat.
Penyebab halusinasi dapat bervariasi, mulai dari gangguan mental seperti skizofrenia, depresi, atau gangguan bipolar, hingga penyakit fisik seperti demensia, tumor otak, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Maka dari itu, penting untuk mencari evaluasi medis jika kamu mengalami halusinasi, karena dapat menjadi gejala dari kondisi yang membutuhkan perawatan.
Halusinasi biasanya diatasi dengan terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif, dapat membantu seseorang dalam mengelola dan mengurangi dampak halusinasi. Selain itu, pengobatan medis juga mungkin diperlukan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan halusinasi yang dialami.
Itulah beda delusi dan halusinasi yang kerap dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental. Apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah ke delusi maupun halusinasi, jangan melakukan diagnosa sendiri, tetapi datanglah ke profesional yang terkait dengan kesehatan mental, seperti psikolog dan psikiater agar bisa mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat.