Asupan Susu dan Telur Selama 100 Hari Jadi Upaya Menekan Angka Stunting pada Anak

Vinsensia Dianawanti diperbarui 19 Jul 2024, 09:26 WIB

Fimela.com, Jakarta Seiring dengan banyaknya upaya dan edukasi yang dilakukan untuk menekankan stunting di Indonesia kian membuahkan hasil. Terbukti selama dua tahun terakhir, angka stunting di Indonesia mengalami penurunan yang cukup baik.

Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2023 menyatakan prevalensi stunting di Indonesia menurutn dari 24,4% menjadi 21,6% pada 2022. Meski demikian, angka ini masih berada di ambang batas dari target pemerintah, yakni 14%.

Oleh karena itu, masih dibutuhkan berbagai upaya untuk terus menekan angka stunting pada anak di Indonesia. Salah satunya melakukan kolaborasi lintas sektor yang dilakukan Nestle Indonesia melalui program 100 Hari Pendampingan Gizi. Program ini dibuat sekaligus dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional.

“Sejalan dengan inisiatif global Nestlé Dukung Anak Lebih Sehat yang bertujuan mendukung 50 juta anak menjalani hidup yang lebih sehat pada 2030, kami berupaya untuk terus menginspirasi masyarakat Indonesia menjalani hidup yang lebih sehat maupun membangun, berbagi dan menerapkan pengetahuan gizi. Penyelenggaraan program 100 Hari Pendampingan Gizi merupakan inisiatif yang kami hadirkan untuk bersama-sama dengan pemangku kepentingan lainnya ambil bagian dalam mengatasi isu stunting di Indonesia," kata Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia Samer Chedid.

 

2 dari 3 halaman

100 Hari Pendampingan Gizi

Menekan angka stunting di Indonesia dengan asupan susu dan telur selama 100 hari (Nestle Indonesia)

Program 100 Hari Pendampingan Gizi ialah intervensi gizi kepada anak stunting usia 12 hingga 60 bulan, melalui pemberian satu gelas susu terfortifikasi dan satu butir telur setiap hari selama 100 hari untuk menambah asupan protein dan zat gizi mikro guna mendukung peningkatkan kualitas asupan gizi sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan status gizi anak. Program ini telah menjangkau lebih dari 600 anak di delapan provinsi.

Selain pemberian sumber protein hewani, kegiatan yang tidak kalah pentingnya ialah sesi edukasi bagi para kader dan orang tua mengenai pentingnya gizi, tumbuh kembang, pola asuh, dan pola hidup bersih sebagai dukungan untuk memberikan lingkungan yang baik untuk dukung tumbuh kembang anak.

Guru Besar Pangan dan Gizi IPB Prof. Ali Khomsan menjelaskan, “Mengacu pada studi-studi pemberian makanan tambahan pada target anak stunting, pemberian makanan tambahan (dapat berupa sumber protein seperti susu dan telur) selama jangka waktu tertentu dapat memberikan dampak positif terhadap status gizi anak. Pun upaya peningkatan pengetahuan gizi bagi orang tua dan kader dapat mendukung upaya perbaikan status gizi. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh dari program 100 hari pendampingan gizi.”

 

3 dari 3 halaman

Pemantauan dan edukasi

Menekan angka stunting di Indonesia dengan asupan susu dan telur selama 100 hari (Nestle Indonesia)

Secara berkala, Nestle Indonesia akan memonitor dan mengevaluasi setiap tahapan dari rangkaian kegiatan program 100 Hari Pendampingan Gizi. Hasil evaluasi di tiga wilayah utama intervensi yaitu di Kabupaten Batang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Karawang. Ketiga wilayah ini diketahui terjadi penurunan secara signifikan angka stunting berat sebesar 28%.

Untuk mendukung upaya percepatan penurunan stunting, hingga tahun 2023, Nestlé Indonesia telah melakukan edukasi tentang gizi dan kesehatan terhadap lebih dari 12.000 kader dan 200.000 orang tua dan ibu hamil sebagai komitmen untuk mendukung kesehatan keluarga Indonesia dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan. Lebih lanjut, PT Nestlé Indonesia melakukan fortifikasi pada produk-produk dengan mikronutrien penting seperti vitamin A, Zat Besi, Zink, Yodium dan Vitamin D. Pada 2023, sebanyak 3,3 miliar sajian produk telah difortifikasi.