Fimela.com, Jakarta Bagi kamu pecinta kerajinan tangan mungkin tidak asing dengan Du Anyam. Berdiri sejak 2014, Du Anyam telah menghasilkan berbagai macam produk kerajinan tangan anyaman yang kekinian dan dicintai oleh berbagai kalangan. Namun di balik produk etnik kontemporer yang dihasilkan, Du Anyam juga telah menjadikan banyak perempuan di pelosok desa menjadi lebih mandiri secara finansial.
Perjalanan Du Anyam berawal justru sebagai side hustle dari tiga sahabat bernama Azalea Ayuningtyas, Melia Winata, dan Hanna Keraf. Bercerita kepada Fimela dalam Fimela Talks, Melia Winata selaku CEO Du Anyam mengaku Du Anyam berangkat dari tingginya masalah sosial ekonomi yang berdampak pada angka malnutrisi pada ibu dan anak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Kala itu, Melia dan dua sahabatnya melihat biaya kebutuhan jadi sebuah tantangan tersendiri bagi masyarakat desa. Mereka harus menunggu masa panen untuk memperoleh pendapatan sehingga tidak memiliki tabungan yang cukup untuk melakukan perencanaan keuangan. Akhirnya berdampak pada tingginya angka malnutrisi karena masyarakat tidak mampu membeli kebutuhan pokok yang bergizi.
"Dari situ coba suatu konsep bagaimana caranya bisa memberdayakan perempuan secara sustainable. Kita ngga mau charity saja tapi memikirkan bisa membuat bisnis berkelanjutan. Kita mengidentifikasi kegiatan atau skill yang dikuasi ibu-ibu di sana, yakni menganyam," jelas Melia Winata.
What's On Fimela
powered by
Awal perjalanan Du Anyam
Kegiatan menganyam di desa sudah menjadi tradisi secara turun menurun. Hampir seluruh perempuan di desa punya keahlian menganyam karena mereka menganyam untuk kebutuhan rumah tangga atau upacara adat. Sehingga tidak bisa melihat potensi pasar di daerah sekitarnya. Oleh karena itu, Du Anyam hadir untuk memberdayakan kemampuan ibu-ibu sehingga memiliki nilai ekonomi.
Setelah melakukan pematangan konsep, Melia dan dua sahabatnya memutuskan untuk membuat sebuah proyek social enterprise dengan nama Du Anyam. Berasal dari kata Du'a yang berarti ibu dalam bahasa Sika dan Anyam yang berarti menganyam. Ketiga sahabat ini terjun langsung dengan datang ke Flores untuk melakukan pendekatan dengan ibu-ibu di desa. Melia sendiri mengakui tidak mudah menarik kepercayaan dan hati ibu-ibu di desa untuk bisa terlibat di Du Anyam.
Keberadaan Du Anyam semakin menjadi nyata bersama delapan ibu-ibu di desa yang memulai perjalanan proyek membangun ekonomi lokal dari kegiatan menganyam. Mereka pun didapuk dengan ambassador untuk mengajak semakin banyak ibu-ibu di desa menganyam. Du Anyam membina ibu-ibu yang tergabung dengan memberikan pelatihan dan mencarikan pasar untuk produk kerajinan tangan yang dihasilkan. Kini, sudah 1600 perempuan yang sudah dilatih Du Anyam di lebih dari 54 desa di wilayah NTT, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Dalam proses produksinya, Du Anyam memberi keleluasan bagi ibu-ibu menganyam di waktu luang mereka. Hal ini karena Du Anyam melihat peran perempuan di desa begitu kompleks dengan tanggung jawabnya sebagai istri, ibu, sekaligus kepala rumah tangga ketika suami merantau ke kota. Sehingga Du Anyam menjadi pendapatan sampingan dari keterampilan yang mereka miliki.
"Belajar harus me-manage risikonya. Karena kita bekerja sama dengan ibu-ibu yang sangat fleksibel waktunya. Collective freedom dengan memberikan pelatihan desain dan peningkatan kualitas produk sehingga market tidak hanya beli karena kasian," kata Melia.
Pelatihan secara berkala
Untuk bisa menyeimbangkan kapasitas produksi dan permintaan, Du Anyam akhirnya berjalan dengan membuat stok produk. Sekaligus mencoba mengedukasi pasar perihal durasi produksi serta menyederhanakan produk yang dihasilkan. Produk anyaman yang dihasilkan ibu-ibu tidak langsung menjadi produk siap jual, melainkan dibuat dalam lembaran. Dari lembaran tersebut akan dipola berdasarkan produk yang dipesan kemudian dipotong lalu dijahit.
Beriringan dengan proses produksi, Du Anyam turut mengasah soft skill ibu-ibu di desa dengan memberikan pelatihan secara berkala. Mulai dari cara berkomunikasi, tergabung di organisasi, literasi digital dan keuangan, hingga kesadaran akan pentingnya nutrisi pada anak. Dari pelatihan tersebut, Du Anyam memastikan program pemberdayaan ini punya dampak sosial yang semakin meluas. Termasuk masalah keuangan, pendidikan, dan nutrisi yang banyak dialami masyarakat di pedesaan.
Secara ekonomi, keberadaan Du Anyam memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perempuan di desa. Setidaknya, pendapatan perempuan di desa meningkat 40%.
"Ibu-ibu ini sendiri dengan menganyam, mereka bisa menjadi perempuan yang mandiri berkarya. Sebagian penghasilan dari Du Anyam digunakan ibu-ibu untuk tabungan. Ini membuka satu lapisan baru, di mana dengan adanya additional income, ternyata mereka bisa lebih melek tabungan untuk edukasi dan kesehatan anak-anak. Selain itu, memiliki kesempatan untuk decision making dalam keluarga," cerita Melia.
Dampak ekonomi hingga pendidikan
Lebih dari itu, Du Anyam juga telah mendistribusikan lebih dari 5000 paket kebutuhan dasar sebagai aksi membangun pemahaman pentingnya nutrisi bagi masyarakat desa. Anak-anak di desa pun serta memberikan beasiswa pendidikan kepada 665 anak.
Sejak 2017, Du Anyam merambah pasar global dengan melakukan ekspor ke beberapa negara di Eropa, Amerika, dan Asia. Meski memiliki karakteristik yang berbeda dari konsumen di Indonesia, ketertarikan konsumen di luar negeri didominasi dengan produk home decor. Seperti keranjang bahu, vas bunga, dan masih banyak lagi.
Sementara, pasar domestik lebih didominasi dengan produk corporate gifts, seperti dompet kartu, lanyard, hingga tas laptop. Meski memiliki produk yang terbilang etnik, peminat Du Anyam lebih banyak datang dari generasi muda berkisar usia 20-40 tahun. Oleh karena itu, Du Anyam membuat produk yang lebih modern kontemporer sehingga bisa masuk ke semua segmen pasar.
Pencapaian yang diraih Du Anyam ini merupakan buah dari perjalanan 10 tahunnya berkarya. Melia mengungkapkan Du Anyam ingin menjadi sebuah brand yang dapat memberikan dampak semakin besar bagi masyakat melalui pilar pemberdayaan perempuan, kesejahteraan masyarakat, dan budaya yang dilestarikan. Mendatang, Du Anyam bakal menghadirkan produk yang memiliki dampak lingkungan untuk mengurangi foot carbon.