Fimela.com, Jakarta Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN), institusi yang berada di bawah naungan salah satu perusahaan periklanan ternama di Jepang, Hakuhodo Inc., mengumumkan hasil temuan dari riset terbarunya. Pada acara HILL ASEAN FORUM 2024 yang dilaksanakan di Soehanna Hall, SCBD, Jakarta, pada (26/6/2024), HILL ASEAN memaparkan hasil riset terkait perubahan sikap dan perilaku masyarakat berkeluarga.
Devi Attamimi, Institute Director HILL ASEAN dan Direktur Hakuhodo International Indonesia, mengungkapkan riset ini dilakukan untuk merayakan 10 tahun berdirinya HILL ASEAN sekaligus membantu perusahaan-perusahaan di ASEAN khususnya di Indonesia dalam menerapkan strategi pemasarannya.
“HILL ASEAN merasa dalam 10 tahun terakhir itu ada banyak sekali perubahan yang terjadi di tengah masyarakat, dan keluarga itu kan inti dari masyarakat. Jadi penting banget kita paham sejauh mana adanya transformasi, dan kenapa brand harus tau? Karena brand kan membentuk persepsi ya, kalau brand sendiri tidak paham apa yang terjadi di keluarga, tentunya persepsi yang mereka akan bikin akan salah. Jadi itu dasarnya kami membuat riset tentang keluarga,” ujar Devi.
Mengusung tema 'Keluarga ASEAN', yang sebelumnya juga diangkat pada HILL ASEAN 2014, riset ini menunjukkan bahwa selama satu dekade terakhir, keluarga di ASEAN terus memprioritaskan keluarga sebagai fondasi utama. Mereka mengadopsi nilai-nilai baru dari informasi dan perspektif global, sembari memperkuat nilai-nilai tradisional yang khas ASEAN, terutama Indonesia.
Penelitian yang dilakukan secara komprehensif ini meliputi survei kuantitatif serta survei dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah yang dilaksanakan di enam negara ASEAN seperti Thailand, Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Singapura.
Hasil temuan HILL ASEAN mengungkap emerging values atau nilai-nilai baru dari sei-katsu-sha keluarga di ASEAN sebagai berikut:
Nilai-nilai baru yang muncul di keluarga ASEAN (Diadopsi melalui paparan informasi dan nilai-nilai global)
1. Dari Always-on Connection ke Sharing-on-Demand.
Sepuluh tahun lalu, kemajuan teknologi seperti media sosial dan panggilan video memungkinkan keluarga yang tinggal berjauhan untuk tetap terhubung secara terus-menerus. Namun, koneksi yang terhubung 24/7 (always-on connection) kini justru menjadi beban. Sebaliknya, anggota keluarga sekarang lebih memilih untuk berbagi informasi sesuai permintaan, memilih waktu dan topik yang paling relevan (sharing-on-demand). Perubahan ini telah memperkuat, bukan melemahkan, ikatan keluarga karena mereka memanfaatkan platform seperti media sosial untuk saling memberi kabar terbaru.
2. We-nique family; "Keluarga Kami" yang unik.
Anak-anak merupakan simbol untuk mewujudkan nilai serta kreativitas keluarga. Keunikan mereka adalah hal yang penting bagi keluarga ASEAN karena dijadikan panutan bagi keluarga lain. Untuk menjadi unik, keluarga akan memanfaatkan berbagai platform, memilih aktivitas yang berbeda dari yang umum, hingga menyesuaikan tradisi guna menampilkan keunikan keluarga mereka.
3. Me in We; Ada aku dalam kita.
Seiring dengan berkembangnya ekonomi ASEAN dan berkembangnya individualisme, terdapat peningkatan yang nyata dalam penghormatan terhadap privasi dan otonomi di masyarakat.
Perubahan ini telah membuat orang tua di ASEAN saat ini lebih memprioritaskan mengajarkan anak-anak mereka berpikir kritis dan memberi mereka kebebasan yang lebih besar. Dengan melakukan itu, mereka mewujudkan aspirasi generasi orang tua yang sebelumnya tidak tercapai.
4. Parenting 2.0: Tumbuh kembang diri, kebahagiaan, dan bimbingan.
Berbeda dengan pengasuhan ketat di masa lalu, keluarga di ASEAN saat ini dipandang bukan hanya sebagai investasi atau asuransi untuk masa depan, tetapi lebih sebagai sumber pertumbuhan dan kebahagiaan. Pola pengasuhan menghadirkan rasa terbimbing dan kebijaksanaan bagi anggota keluarga.
Nilai-Nilai Tradisional dalam Keluarga ASEAN (Diperoleh dari sudut pandang lain terhadap aspek tradisional)
1. Keluarga: jaminan yang paling dapat diandalkan secara finansial dan emosional.
Di wilayah ASEAN, keluarga dianggap sebagai kekayaan sejati, terutama dalam menghadapi tantangan yang tak terduga. Keluarga memberikan tidak hanya stabilitas finansial, tetapi juga cinta serta kebahagiaan. Anggota keluarga dapat selal bergantung satu sama lain, baik sekarang
2. Hubungan keluarga sebagai paspor sosial.
Orang-orang di ASEAN sangat menghargai tradisi dan prinsip keluarga mereka, melihatnya sebagai kunci untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang kuat dalam hidup serta menerapkannya kepada generasi berikutnya. Keyakinan ini membuat mereka berpikir bahwa individu berkeluarga dipersepsikan memiliki karakter yang baik dan lebih diterima oleh masyarakat.
3. Fleksibilitas dalam peran demi keharmonisan keluarga.
Di ASEAN, mayoritas masyarakat percaya bahwa dinamika keluarga didasarkan pada kesetaraan. Ini bukan tentang pembagian peran 50/50 tetapi lebih tentang fleksibilitas, memungkinkan setiap anggota memberikan kontribusi sesuai dengan kekuatan mereka dan merasa dihargai karenanya. Keseimbangan kekuasaan ini membantu menjaga keharmonisan dalam keluarga.
84 Persen Orang Indonesia Percaya Pendidikan Agama Adalah Kunci Menjadi Orang Baik
Pada keluarga Indonesia, ditemukan beberapa hal yang unik dan mencolok dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Indonesia menjadi negara dengan persentase tertinggi di ASEAN (84%) yang mempercayai bahwa pendidikan agama atau kepercayaan religius merupakan kunci untuk menjadi orang yang baik dan berbudi luhur. Selain itu, di Indonesia, orang tua menerapkan "experimental syncretic parenting" atau gaya pengasuhan progresif, di mana mereka menciptakan gaya pengasuhan sendiri, namun tetap menjunjung tinggi tradisi serta kepercayaan religius.
"Penelitian ini menemukan bahwa keluarga Indonesia dikenal sebagai 'The Devoted Weaver', mereka menekankan keseimbangan antara aspek modern dan keyakinan tradisional. Berdedikasi kepada agama atau keyakinan dan kepada generasi serta keluarga,” kata Irfan Chairman of Hakuhodo International Indonesia.
Orang tua memegang peran kunci dalam kehidupan keluarga, memberikan kebebasan bagi anggota keluarga untuk membentuk gaya hidup dan pandangan hidup mereka. Penelitian HILL ASEAN mengindikasikan bahwa keluarga-keluarga di ASEAN terus berpegang pada nilai-nilai tradisional sambil mengadopsi nilai-nilai baru, menciptakan struktur keluarga yang tangguh dan adaptif yang mampu menghadapi kompleksitas kehidupan modern sambil tetap setia pada akar budaya mereka. Hakuhodo International Indonesia dan Hakuhodo di seluruh dunia beroperasi berdasarkan filosofi 'sei-katsu-sha.
Irfan menegaskan bahwa sebagai pemimpin industri, Hakuhodo menyadari pentingnya dinamika keluarga sebagai fondasi kuat dalam membentuk karakter, kepribadian, dan pengambilan keputusan individu.
"HILL ASEAN percaya bahwa konsumen ASEAN menunjukkan fleksibilitas tinggi dalam merekonstruksi nilai, menilai ulang nilai-nilai tradisional sambil merangkul konsep-konsep baru. Keluarga Indonesia berkomitmen pada agama, generasi masa depan, dan keluarga, dengan memprediksi bahwa tren penggabungan nilai-nilai baru dan tradisional dalam keluarga ASEAN akan terus berlanjut," tutup Irfan.
Rincian lebih lanjut dari temuan riset yang diumumkan di ASEAN Sei-katsu-sha Forum 2024 dapat ditemukan di website HILL ASEAN: https://hillasean.com/