Fimela.com, Jakarta Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan membutuhkan vitamin dan mineral seperti vitamin D dan kalsium untuk membangun tulang yang kuat. Minum susu sapi utuh yang telah difortifikasi dan dipasteurisasi merupakan sumber vitamin D dan kalsium yang baik. Namun, bagaimana dengan anak yang memiliki alergi susu sapi?
Alergi susu sapi (ASS) terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Alergi susu sapi adalah alergi makanan yang paling umum pada awal masa kanak-kanak, dengan insidensi 2-3% pada tahun pertama kehidupan.
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa prevalensi alergi susu sapi pada anak Indonesia sekitar 2-7,5%, dengan protein susu sapi menjadi alergen kedua yang paling umum setelah telur. Oleh sebab itu, penanganan cepat dan tepat sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak jangka panjang alergi susu sapi dan memastikan pertumbuhan serta perkembangan anak tidak terganggu.
What's On Fimela
powered by
Gejala alergi susu sapi
Gejala alergi susu sapi pada anak dapat berbeda, tapi beberapa yang paling umum meliputi hal berikut:
1. Ruam pada kulit
Ruam merah pada kulit, terutama di area wajah seperti pipi, yang muncul beberapa saat setelah anak mengkonsumsi susu sapi.
2. Gatal-gatal
Reaksi alergi susu sapi dapat menimbulkan gatal-gatal pada kulit, dan bisa saja menimbulkan wajah yang bengkak hingga kulit yang menghitam. Hal ini disebabkan oleh pelepasan histamin yang berlebihan dalam tubuh.
3. Diare
Diare yang disebabkan oleh alergi susu sapi atau intoleransi laktosa dapat disertai dengan feses berdarah dan berair, disertai dengan sakit perut, keram, perut kembung, dan sering buang angin.
4. Masalah pernapasan yang serius
Masalah pernapasan yang serius dapat terjadi pada anak yang mengalami alergi susu sapi, sehingga menimbulkan batuk yang sulit berhenti, sesak napas, pilek, dan asma.
Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, mengatakan, “Umumnya, anak yang mengalami alergi susu sapi dapat mengatasi alergi (mengalami remisi) seiring bertambahnya usia, biasanya antara usia 3 hingga 5 tahun. Namun, ada sebagian kecil anak yang mungkin tetap memiliki alergi hingga dewasa.”
Penanganan yang cepat dan tepat, tambah Prof. Budi, sangat penting untuk mencegah dampak buruk yang lebih serius dan memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Dampak alergi susu sapi
Dampak alergi susu sapi dapat bervariasi dari ringan hingga berat, dan dapat mempengaruhi berbagai sistem dalam tubuh. Dalam jangka pendek, alergi susu memiliki dampak berikut:
1. Menyebabkan ketidaknyamanan
Anak yang mengalami alergi susu sapi dapat menunjukkan berbagai gejala yang membuatnya tidak nyaman, seperti gatal-gatal.
2. Kesulitan makan dan tidur
Reaksi dari alergi susu sapi dapat menyebabkan kesulitan makan dan tidur, karena bisa terjadi ruam kulit dan kesulitan bernapas yang mengganggunya.
Sementara dalam jangka panjang, alergi susu memiliki dampak berikut:
1. Berat badan yang tidak optimal
Hal ini disebabkan karena anak yang kesulitan memenuhi nutrisi yang seimbang. Sebaiknya anak juga dihindari mengkonsumsi produk turunan susu sapi seperti yogurt, keju, dan eskrim.
2. Malnutrisi hingga keterlambatan pertumbuhan
Berat badan anak yang alergi susu sapi tidak naik seiring waktu, sehingga dapat menjadi kekhawatiran. Gagal tumbuh adalah diagnosa yang diberikan kepada anak yang terus-menerus kekurangan berat badan, karena tidak terpenuhinya semua nutrisi yang dibutuhkan.
Selain itu, sifat alergi yang persisten dapat meningkatkan risiko perkembangan kondisi atopik lain, seperti asma atau eksim, di kemudian hari.
Tata laksana yang tepat untuk menangani anak dengan alergi susu sapi
Tata laksana dan langkah penting harus dilakukan oleh orangtua, dengan melakukan beberapa hal berikut:
1. Berkonsultasi dengan dokter
Berkonsultasi ke dokter adalah langkah penting dalam menangani anak yang mengalami alergi susu sapi. Dokter anak memberikan beberapa langkah penanganan yang sesuai dengan kondisi kesehatan anak.
2. Menghilangkan susu sapi dari diet anak dan mencari sumber nutrisi alternatif
Menghilangkan susu sapi dari diet anak, mencari sumber nutrisi alternatif yang memiliki kandungan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta kandungan gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam fase pertumbuhan anak.
3. Membaca label makanan dengan cermat
Membaca label makanan dengan cermat sangat penting untuk memahami kandungan gizi yang terkandung dalam produk makanan yang akan dikonsumsi anak.
4. Memantau pertumbuhan anak secara rutin
Memantau pertumbuhan anak secara rutin sangat penting untuk memastikan bahwa anak tumbuh sehat dan optimal.
“Strategi penanganan ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat untuk mengurangi dampak negatif alergi susu sapi, sehingga anak-anak dengan alergi susu sapi dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat dan berkembang secara optimal,” jelas Prof. Budi.
Contoh Ibu dengan anak alergi susu sapi
Dalam acara Bicara Gizi yang diselenggarakan oleh Nutricia yang berkolaborasi dengan PrimaKu, dengan tema “Tangani Alergi Susu Sapi (ASS) pada Anak dengan Cepat dan Tepat sebelum Terlambat” pada Selasa (25/6) melalui Webinar Zoom Meeting, Bunga Lenanta (Mom influencer dan Ibu dengan anak alergi susu sapi) berbagai pengalamannya saat menghadapi dan mengatasi anak dengan alergi susu sapi.
Bunga Lenanta, menyampaikan, “Sebagai seorang Ibu dengan anak yang memiliki alergi susu sapi, tentunya saya ingin anak saya tumbuh dan berkembang dengan optimal sesuai usianya. Ketika muncul gejala-gejala alergi, saya segera berkonsultasi dengan dokter anak. Setelah menjalani beberapa tes, dokter memastikan bahwa anak saya memang alergi susu sapi. Sejak saat itu, kami rutin berkonsultasi dengan dokter, melakukan manajemen diet harian yang tepat, dan memastikan anak saya mendapatkan nutrisi yang cukup dan diperlukan untuk tumbuh kembangnya.”
Dalam fokus pemenuhan gizi pada tahap awal kehidupan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan perkembangan anak melalui nutrisi yang optimal, Nutricia, berinvestasi dalam riset dan pengembangan dengan berbagai mitra global, termasuk orangtua, praktisi kesehatan, universitas, dan lembaga pemerintah.
“Nutricia menyadari bahwa alergi susu sapi menjadi alergen makanan kedua dan paling umum yang dialami oleh anak Indonesia, sehingga penanganannya harus dilakukan secepat dan setepat mungkin untuk menghindari dampak yang terjadi di kemudian hari,” papar Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia.
Sesuai komitmen Nutricia, tambah Arif, Nutricia berkolaborasi dengan PrimaKu hadir untuk memberikan edukasi kepada para orangtua mengenai pentingnya nutrisi dan pola asuh untuk mendukung tumbuh kembang optimal anak Indonesia.
Penulis: Miftah DK
#Unlocking The Limitless