Fimela.com, Jakarta Anak-anak berusia 2—3 tahun sering mengalami masa tantrum, tetapi hal tersebut dapat terus terjadi sampai ia besar. Beberapa anak kehilangan kontrol atas emosinya dalam beberapa kesempatan, tetapi ada beberapa anak yang memang mengalami masa sulit ketika apa yang ia inginkan tidak tercapai.
Mengatasi tantrum yang terjadi pada anak adalah hal yang cukup sulit untuk dilakukan karena biasanya mereka juga tidak mengetahui apa yang mereka inginkan secara jelas. Orangtua harus tetap sabar dan bersikap positif saat sang anak sedang tantrum dan mengambil langkah-langkah untuk meredakannya. Dilansir dari Nemours Kids Health, simak 3 cara untuk mengatasi tantrum anak.
Bantu anak mengomunikasikan keinginannya
Anak yang tantrum adalah anak yang tidak memiliki kontrol yang baik terhadap dirinya sendiri untuk berdamai dengan rasa frustasi dan amarahnya. Jika anak sedang tantrum, Sahabat Fimela dapat membantunya untuk mencari apa yang salah. Apabila diperlukan, Sahabat Fimela dapat memberikan waktu sejenak untuknya tenang secara sendirinya atau mengingatkannya tentang peraturan yang ada.
Terus ingatkan anak untuk berbicara dengan jelas dan tidak berbicara dengan ogah-ogahan maupun secara tidak jelas. Ingatkan mereka untuk tidak berteriak, mengeluh, atau melempar barang dan minta mereka untuk menarik napas panjang. Saat anak sudah tenang, tanyakan pada mereka apa yang membuat mereka marah.
Hal tersebut dapat membantu anak untuk mengutarakan perasaannya melalui kata-kata dan membantunya mencari jalan keluar dari rasa frustasinya. Namun, jangan menekannya untuk mengutarakan perasaannya ketika ia belum tenang. Mungkin mereka membutuhkan waktu untuk dapat membicarakannya dan orangtua harus memberinya waktu sejenak.
Dengarkan dan beri respons yang baik
Ketika anak sudah mampu untuk menyampaikan apa yang ia rasa, maka orangtua harus mendengarkannya dengan baik. Jika sang anak menghadapi kesulitan untuk mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya, Sahabat Fimela dapat membantunya mencari kata-kata.
Jika ada orang yang mendengarkan dan memahaminya, biasanya anak-anak akan tenang. Namun, jangan lupa untuk ingatkan anak bahwa sikap yang buruk seperti tantrum bukanlah hal yang tepat sekalipun sedang merasakan emosi yang meledak-ledak. Ingatkan padanya bahwa semua bisa dilalui dengan cara yang baik, seperti menyampaikan perasaan secara jelas.
Jelaskan padanya bahwa rasa marah adalah hal yang normal terjadi, tetapi mengutarakan amarah dengan berteriak atau melempar barang adalah hal yang buruk. Coba bantu anak untuk berekspresi dengan cara yang aman sembari mendengarkan ceritanya.
Buat dan taati aturan yang ada
Bicarakan tentang peraturan yang ada di dalam keluarga dan apa yang kita ekspektasikan tentang mereka. Bicarakan dengan jelas dan tegas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tentu tanpa melibatkan ancaman pada anak.
Anak-anak akan mengerti peraturan yang ada apabila disampaikan dengan jelas dan sederhana. Mereka akan memahami batasan-batasan yang ada dan menyampaikan apa yang mereka inginkan. Salah satu aturan yang dapat ditekankan adalah tidak ada yang berteriak di dalam rumah, gunakan kata-kata yang jelas agar semua orang bisa memahami apa yang diinginkan.
Cara menghindarkan anak dari sikap temperamen
Pastikan anak tidur dengan cukup
Tidur sangat penting bagi sikap anak. Hubungan antara kurangnya istirahat dengan sikap anak mungkin tidak selalu jelas. Jika orang dewasa lelah, mereka akan menjadi sosok yang mudah marah atau lemas. Namun, ketika anak-anak tidak tidur dengan cukup, mereka akan memiliki sikap yang ekstrem.
Bantu anak melabeli emosi
Bantu anak terbiasa menyatakan perasaannya dan alasan yang menyertainya. Berdiskusi tentang apa yang ia rasakan dapat membantunya menjadi lebih tenang. Diskusi akan lebih berguna daripada beradu argumen. Jangan lupa untuk apresiasi anak ketika ia berani untuk membicarakannya perasaannya dengan baik.
Ajak anak untuk bergerak
Aktivitas fisik dapat membantu anak dengan temperamen tinggi. Ajak mereka untuk bermain di luar ruang atau melakukan olahraga yang mereka sukai. Karate, gulat, berlari, main badminton, hingga berenang dapat dilakukan untuk menjaga sikapnya agar tidak tantrum. Aktivitas-aktivitas fisik akan membantunya melepas stres dan juga menghabiskan energinya.
Apresiasi anak
Orangtua sering sekali kesulitan menghadapi anaknya yang memiliki emosi tidak stabil. Cobalah untuk memberikan komentar seputar bagaimana ia mengatasi situasi sulit. Coba untuk melihat hal positif walaupun anak sedang mengalami tantrum. Dengan memberikan apresiasi, maka anak-anak akan menggunakan cara tersebut untuk berurusan dengan emosinya.
Penulis: Karina Alya.
#Unlocking The Limitless