Fimela.com, Jakarta Kecerdasan atau fungsi intelektual dapat diartikan sebagai kapasitas mental individu untuk berpikir, memecahkan masalah, merencanakan, mempelajari, dan memahami konsep-konsep yang kompleks. Jika seseorang mengalami kesulitan belajar dan melakukan aktivitas sehari-hari sesuai usianya, ia mungkin memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata atau IQ di bawah 70. Keterlambatan dalam perkembangan mental secara keseluruh ini disebut retardasi mental.
Retardasi mental adalah suatu kondisi perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar dan melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini berdampak pada perilaku, keterampilan sosial, dan kemampuan menjaga kebersihan serta merawat diri sendiri. Hal ini Ini sering ditemukan berkembang pada masa kanak-kanak.
Melansir dari Care Health Insurance, istilah ‘Retardasi Mental’ tidak lagi digunakan karena banyak orang menganggapnya menyinggung. Oleh karena itu, istilah ini digantikan dengan istilah ‘Intellectual Disability (ID)’ yang juga dikenal dengan Intellectual Development Disorder (IDD). Jadi, kini Sahabat Fimela tahu apa itu ID dan IDD dalam kesehatan mental.
What's On Fimela
powered by
Tingkat keparahan yang dialami
Tingkat keparahan intellectual disability dapat berkisar dari ringan, sedang, hingga berat.
1. Orang dengan tingkat keparahan ringan dapat menjalani kehidupan mandiri dengan dukungan minimal, namun mungkin mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep dan bersosialisasi.
2. Kecacatan intelektual yang parah menyebabkan keterlambatan perkembangan dan anak mungkin memiliki keterampilan komunikasi yang terbatas.
3. Tingkat keparahan yang parah mengarah pada perkembangan kondisi medis karena anak tidak dapat melakukan aktivitas fisik apa pun dan memerlukan dukungan penuh waktu.
Intellectual disability atau retardasi mental dapat didiagnosis berdasarkan 3 kategori, yaitu:
1. Tantangan intelektual dalam pembelajaran akademik dan pengalaman, penalaran, pemecahan masalah, penilaian, dan pemikiran abstrak.
2. Kesulitan dalam fungsi adaptif seperti komunikasi, keterampilan sosial, dan hidup mandiri.
3. Timbulnya gejala fungsi intelektual dan adaptif pada masa kanak-kanak atau remaja.
Penyebab dan gejala retardasi mental
Mengidentifikasi penyebab pasti dari retardasi mental pada anak mungkin sulit jika tidak melakukan konsultasi langsung kepada ahlinya. Namun, berikut ini adalah beberapa penyebab umum:
1. Komplikasi selama kehamilan.
2. Penyakit atau infeksi mempengaruhi perkembangan otak pada usia muda.
3. Faktor genetik dan faktor lingkungan.
4. Pelecehan emosional atau fisik.
5. Malnutrisi.
6. Down syndrom.
7. Cedera kepala.
8. Lahir prematur.
Gejala retardasi mental mulai terlihat pada anak usia dini, yang menunjukkan tanda-tanda berikut:
1. Kesulitan dalam berbicara dan mengikuti instruksi.
2. Terlambat belajar gerak, berjalan, berpakaian dan makan sendiri.
3. Keterampilan motorik yang tertunda.
4. Berjuang untuk mengembangkan keterampilan sosial.
5. Kesulitan dalam memecahkan masalah, mengingat sesuatu, mengekspresikan emosi.
6. Berperilaku agresif, hingga kejang.
Bagaimana cara mengatasi retardasi mental?
Intellectual disability atau retardasi mental bukanlah suatu penyakit, ini juga bukan jenis penyakit mental seperti depresi. Tidak ada obatnya. Namun, sebagian besar anak dengan retardasi mental dapat belajar melakukan banyak hal yang membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha dibandingkan anak-anak lainnya. Melansir dari Institute for Child Development, berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan sebagai pengobatan retardasi mental:
1. Terapi modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku merupakan alat yang berguna bagi orangtua dalam membantu anak-anaknya mengubah perilaku yang tidak diinginkan atau memulai perilaku yang diinginkan. Ini berguna untuk masalah perilaku umum, mengajarkan disiplin dan menciptakan lingkungan yang bersahabat.
2. Terapi okupasi
Ini mencakup pelatihan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, terapi peningkatan fungsi tangan, peningkatan tulisan tangan, dan lain sebagainya.
3. Terapi wicara
Membantu anak-anak dalam komunikasi dan perkembangan bicara, juga membantu dalam komunikasi alternatif ketika komunikasi verbal tidak memungkinkan.
4. Obat-obatan
Antipsychotics, anti-depressants, mood stabilizers termasuk obat anti-epileptic dan lithium, obat anti-anxiety digunakan secara luas di kalangan penyandang intellectual disability untuk menangani kondisi penyakitnya.
5. Pendidikan khusus
Ini membantu dalam keterampilan akademik seperti membaca, menulis, keterampilan komputer, toileting, swadaya, pemecahan masalah, dan lain sebagainya.
Penulis: Miftah DK
#Unlocking The Limitless