Fimela.com, Jakarta Setiap orang memiliki kisah suksesnya masing-masing, seperti yang terjadi pada Irawati Puteri yang berhasil lewati lika-liku kehidupan untuk mencapai mimpinya. Irawati Puteri pernah menjalani hari-hari sebagai SPG chicken nugget hingga guru les untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun ia terus mengedepankan pendidikan meskipun ia harus berjuang untuk biaya pendidikan.
Hingga suatu hari datanglah kesempatan dan membawa ia sebagai satu-satunya orang Indonesia pertama yang berhasil diterima di Stanford Graduate School of Education dan Stanford Law School sekaligus. Pada akhirnya tanggal 16 Juni kemarin ia berhasil lulus dengan mencetak beragam prestasi dan mengharumkan nama Indonesia.
1. Pencapaian
Sebagai satu-satunya perwakilan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan di Stanford tahun ini, Irawati Puteri lulus pada 16 Juni 2024 dengan meraih Highest Pro Bono Distinction Award dan dilantik sebagai Class Marshal satu-satunya dari latar belakang mahasiswa dan perempuan, untuk mewakili Stanford Law School dalam prosesi wisuda tingkat universitas di Stanford University. Ia juga lulus sebagai satu-satunya mahasiswa dari jenjang Masters yang mendapatkan PhD Minor untuk program Feminist and Gender studies dari departemen Stanford Humanities and Science, di antara rekan-rekannya yang berjenjang PhD.
Ira berhasil meraih Highest Pro Bono Distinction - satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang pernah mendapatkan penghargaan ini atas dedikasinya mengalokasikan waktu 300 jam untuk pelayanan hukum gratis untuk masyarakat marjinal. Irawati Puteri bekerja bersama National Association of Criminal Defense Lawyers sebagai Reproductive Justice Pro Bono Fellow untuk menhimpun kasus kriminalisasi aborsi dari berbagai negara bagian Amerika Serikat.
2. Karir selanjutnya
Sebelum lulus dari Stanford Law School, Irawati Puteri berhasil mendapuk tawaran untuk menjadi Partner dari salah satu lawfirm terkemuka dan terbaik di Jakarta, Rahayu and Partners (https://rahayuandpartners.com/people/leaders-partners/irawati-puteri-sh/). Irawati juga akan melanjutkan karir sebagai dosen dan sedang menjajaki pengaturan kolaborasi sebagai dosen di Universitas Tarumanegara, Universitas Prasetya Mulya, dan President University. Mata kuliah yang akan diajar antara lain Hukum dan Teknologi, Net Neutrality, dan Introduction to American Law dengan harapan dapat memperkenalkan materi dan kurikulum kelas dunia yang diterimanya dari Professor-Professor di Stanford Law School.
Dalam jangka panjang, ia ingin menjadi advokat di bidang feminis legal untuk bisa memperjuangkan, mengadvokasikan, dan memajukan hak-hak perempuan. Untuk mencapai tujuan ini, ia berharap dapat segera menempuh pendidikan doktoralnya di Amerika Serikat.
3. Impact sosial selanjutnya
Setelah berhasil menyelenggarakan Beasiswa Irawati Puteri atas ungkapan rasa syukurnya diterima di Stanford dan membiayai 5 orang anak Indonesia dan ibu rumah tangga yang membutuhkan, https://sejutacita.id/beasiswaira, Ira bermaksud menyelenggarakan program serupa dalam waktu dekat. Ia juga tengah mengeksplorasi kemungkinan mendirikan perusahaan di bidang teknologi dan kecerdasan artifisial untuk dapat memperluas dampaknya di bidang sosial dan pendidikan.
#Unlocking The Limitless