7 Tips Adu Argumen secara Sehat dengan Pasangan Agar Tidak Menimbulkan Pertengkaran

Miftah DK diperbarui 31 Jul 2024, 21:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Begitu banyak dari kita yang diajari bahwa berdebat itu salah, seperti berdebat dengan pasangan itu tandanya mungkin Sahabat Fimela tidak cocok satu sama lain. Namun sebenarnya, pertengkaran adalah hal yang normal terjadi ketika dua orang dari latar belakang berbeda, dengan keinginan dan cita-cita, tujuan dan impian yang berbeda, menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yang pasti berbeda pendapat dalam hal-hal tertentu.

Pertengkar dengan pasangan adalah hal yang normal, sehat, dan sebenarnya bisa menjadi tanda hubungan yang solid. Tentu saja, ada argumen yang sehat dan ada pula argumen yang tidak sehat. Pertengkaran yang sehat adalah ketika kedua pasangan mengkomunikasikan keinginan dan batasan mereka tanpa berusaha menjatuhkan pihak lain.

Hal ini tampaknya sedikit abstrak, namun beruntungnya ada beberapa langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengarahkan perselisihan menuju titik temu dengan cara yang sehat. Melansir dari Jessica Yaffa Coaching Institute, di bawah ini adalah tips adu argumen yang sehat dengan pasangan.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

1. Berbicara secara bergiliran

Berbicara secara bergiliran saat bertengkar. (Foto: Freepik/miss_ty)

Pertengkaran yang sehat hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak mempunyai kesempatan untuk mengatakan apa yang ingin mereka katakan. Jika Sahabat Fimela adalah orang yang cenderung lebih banyak bicara, cobalah memberikan lebih banyak waktu bagi pasangan untuk berbicara. Jika kamu cenderung pendiam, gunakan kesempatan ini untuk berlatih mengomunikasikan apa yang kamu inginkan, pikirkan, dan rasakan.

2. Hormati volumenya

Tidak ada volume yang “tepat”, kecuali volume yang kamu dan pasangan merasa nyaman. Seringkali, Sahabat Fimela dapat menentukan apakah kamu terlalu berisik dengan memperhatikan isyarat non-verbal. Apakah pasanganmu tersentak saat berkomunikasi di saat yang panas? Apakah mereka melangkah mundur dan mungkin menyilangkan tangan di depan tubuh? 

Tanda-tanda ini mungkin memberi tahu bahwa pasanganmu merasa terancam dan diperlukan suara yang lebih lembut. Begitu pula, apakah memperhatikan tanda-tanda ini pada dirimu saat pasangan sedang berkomunikasi? Perhatikan respons dan beri tahu pasangan jika kamu ingin dia merendahkan suaranya.

3 dari 4 halaman

3. Berlatih mendengarkan

Berlatih mendengarkan pasangan. (Foto: EyeEM)

Saat bertengkar, wajar jika kamu ingin orang lain mengetahui posisimu, dan pemahaman dalam suatu hubungan adalah hal yang penting. Dalam perdebatan yang sehat, mendengarkan sama pentingnya dengan berbicara. Sahabat Fimela mungkin merasa tidak ingin mendengarkan saat sedang kesal, namun untuk benar-benar menyelesaikan masalah dengan cara yang sehat, kedua belah pihak perlu mendengarkan. Mendengarkan dengan baik adalah keterampilan yang memerlukan latihan.

4. Gunakan pernyataan “Aku”

Menggunakan pernyataan “Aku” memungkinkan Sahabat Fimela mengekspresikan pengalaman tanpa mempermalukan, menghakimi, atau berasumsi. Misalnya, “Kamu selalu lupa menelepon, kamu tidak peduli!” bisa diganti dengan, “Kalau kamu tidak menelepon, aku merasa kamu tidak peduli.” Pernyataan kedua membahas masalah tersebut, sekaligus mengungkapkan perasaan, tanpa merendahkan pasanganmu. Hal ini memungkinkan lebih banyak ruang untuk bekerja menuju jalan tengah tanpa meningkatkan pertahanan.

5. Simpan tanganmu untuk diri sendiri

Tentu saja hal ini merupakan elemen terpenting dalam argumen yang sehat. Pertengkaran yang sehat tidak akan berujung pada pertengkaran fisik. Jika kamu dan pasangan mendapati bahwa pertengkaran cenderung meningkat menjadi agresi fisik, ini mungkin pertanda sesuatu yang lebih serius dari pada perselisihan yang memanas.

Setiap orang mempunyai hak untuk berbeda pendapat tanpa takut akan cedera fisik dan kedua belah pihak bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ruangan tersebut aman. Karena argumen yang sehat juga akan menghindari kerusakan emosional dan verbal yang disengaja.

4 dari 4 halaman

6. Fokus pada situasi saat ini

Fokus pada situasi pertengkaran. (Foto: Freepik/cookie_studio)

Saat sedang kesal dan mengkomunikasikan rasa sakit hati, kamu mungkin tergoda untuk mengungkit konflik di masa lalu. Demikian pula, jika selama ini menyimpan kebencian, kamu juga tergoda untuk menyampaikan semua keluhan yang telah dikumpulkan. Meskipun ada saat-saat di mana rasa sakit di masa lalu dan keluhan yang tidak terekspresikan berhubungan langsung dengan permasalahan yang ada, argumen yang sehat akan mampu mengatasi permasalahan yang ada saat ini. 

Jika ada permasalahan yang belum terselesaikan dan tidak berkaitan dengan topik yang sedang diperdebatkan, mungkin yang terbaik adalah menyimpannya sampai kamu menyelesaikan permasalahan yang ada. Jangan salah paham, permasalahan yang belum terselesaikan penting untuk diatasi, namun Sahabat Fimela tidak perlu membebani situasi yang ada.

7. Beristirahatlah bila diperlukan

Tidak semua argumen dapat diselesaikan dengan rapi pada waktu yang tepat. Apakah Sahabat Fimela merasa tidak berhasil, terlalu kesal untuk berbicara, membutuhkan ruang untuk menenangkan pikiran, atau memiliki alasan lain sehingga kamu tidak dapat menerima argumen saat ini, sertakan ruang untuk istirahat.

Pastikan untuk menyampaikan kepada pasangan bahwa kamu membutuhkan ruang, dan bersiaplah untuk memenuhi permintaan yang sama jika itu datang dari mereka. Dalam situasi seperti ini, kita berusaha untuk tidak bersikap dingin, dan sebaliknya, mintalah waktu istirahat agar dapat kembali berdiskusi dengan kondisi tubuh yang lebih baik.

 

 

 

Penulis: Miftah DK

#Unlocking The Limitless