Ketahui Mitos dan Fakta tentang Daging Kambing, Bolehkah Dikonsumsi Anak-Anak dan Penderita Hipertensi?

Fimela Reporter diperbarui 27 Jun 2024, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Daging kambing cukup menjadi favorit banyak orang. Apalagi saat perayaan Idul Adha, sejumlah masyarakat  mengolah daging kurban menjadi hidangan sate atau masakan lainnya untuk dibagikan kepada keluarga dan tetangga. 

Meskipun populer, daging kambing juga seringkali disertai dengan berbagai mitos yang perlu kita telaah lebih jauh. Mitos-mitos ini dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap daging kambing, dari kesehatannya hingga cara memasak yang benar. Sahabat Fimela bisa memilah fakta dari mitos agar kita dapat menikmati daging kambing dengan cara yang sehat dan tepat.

Berikut mitos dan fakta seputar daging kambing yang harus kamu ketahui. Tak hanya itu, artikel ini juga akan menjawab pertanyaan “apakah anak-anak boleh makan daging kambing?” , serta memberikan tips aman bagi penderita hipertensi yang ingin menikmati daging kambing. Dilansir dari beberapa sumber.

2 dari 4 halaman

Mitos dan Fakta Daging Kambing

Mitos seputar daging kambing membuat sebagian orang enggan untuk mengkonsumsinya. (Foto: Freepik/stockking)

Dilansir dari aces.edu dan steemit.com, berikut kesalahpahaman tentang daging kambing: 

1. Kambing memakan segalanya

Salah satu mitos yang beredar adalah bahwa kambing adalah pemakan segala, padahal kambing sebenarnya pemakan yang selektif. Mereka cenderung menyukai daun, tunas lunak, biji-bijian, dan buah-buahan dari semak dan tanaman lainnya. Mereka tidak mengonsumsi benda-benda aneh seperti yang kadang-kadang digambarkan.

2. Daging kambing keras dan berbau khas

Seperti halnya dengan daging hewan lainnya, tekstur daging kambing tergantung pada faktor-faktor seperti umur hewan, cara pemeliharaan, dan cara memasaknya. Kambing yang lebih muda cenderung memiliki daging yang lebih empuk dan rasa yang lebih lembut. Daging kambing yang lebih tua mungkin terasa lebih keras dan berbau lebih kuat. Dengan memasak secara tepat, daging kambing dapat menjadi lezat dan mudah dinikmati.

3. Daging kambing menyebabkan hipertensi

Secara nutrisi, daging kambing memiliki kalori dan lemak jenuh yang lebih sedikit dibandingkan dengan daging sapi atau babi. Kadar kolesterolnya juga cenderung lebih rendah. Namun, penggunaan natrium berlebihan dalam proses memasak dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, seperti halnya dengan daging lainnya. Di akhir artikel ini akan ada tips mengomsumsi daging kambing untuk penderita hipertensi, jadi simak sampai habis ya, Sahabat Fimela. 

4. Tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil

Sebenarnya daging kambing itu sehat, boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Tapi di sini harus digarisbawahi bahwa pengolahannya harus benar. Artinya harus benar-benar matang, tidak terlalu gosong atau masih. agak mentah.

5. Dapat meningkatkan gairah seksual

Ada juga  juga mitos yang mengatakan bahwa mengonsumsi daging kambing dapat meningkatkan gairah seksual pada pria. Namun, belum ada penelitian yang secara pasti dapat membuktikan klaim ini. Meskipun daging kambing kaya akan gizi yang penting untuk pembentukan hormon seks, peningkatan libido juga dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya.

3 dari 4 halaman

Apakah Anak-Anak Boleh Makan Daging Kambing?

Anak diperbolehkan untuk makan daging kambing, tetapi harus memperhatikan beberapa hal. (Foto: Freepik)

Tidak ada larangan khusus terhadap anak-anak yang ingin memakannya. Daging kambing sendiri mengandung protein tinggi, sekitar 26-28 gram per 100 gram. Protein adalah nutrisi penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Dilansir dari Healthline  konsumsi jenis daging merah yang baik untuk bayi tidak memandang dari hewan apakah ia berasal. Baik sapi, kambing, domba, ayam, hingga kalkun pun sama baiknya untuk diberikan kepada Si Kecil. Namun, orangtua harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 

1. Pastikan daging matang sempurna

Anak-anak sebaiknya hanya mengonsumsi daging yang matang sepenuhnya. Tidak disarankan memberikan daging yang "mentah setengah matang" atau "setengah matang" karena dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri.

2. Hindari menggoreng daging

Lebih baik memilih metode memasak lain seperti dipanggang, direbus, atau dikukus daripada menggoreng, untuk menghindari penambahan lemak yang berlebihan.

3. Jangan menghangatkan ulang daging lebih dari satu kali

Untuk menjaga keamanan makanan, hindari menghangatkan ulang daging lebih dari sekali. Suhu rendah dan penghangatan ulang dapat meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri.

4. Berikan sesuai dengan takaran porsi

Pastikan porsi daging yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak. Jangan memberikan terlalu banyak, tetapi sesuaikan dengan pola makan seimbang anak.

4 dari 4 halaman

Tips Aman Mengomsumsi Daging Kambing untuk Penderita Hipertensi

Penderita hipertensi bisa mengomsumsi daging kambing asalkan dengan jumlah dan teknik memasak yang benar. (Foto: Freepik)

Selain mengonsumsi dalam jumlah yang cukup, ada beberapa teknik memasak yang perlu diperhatikan. Menurut National Health Service (NHS) di Inggris, berikut adalah tips-tipsnya:

1. Panggang daging, jangan digoreng

Sebagai contoh, steak buntut panggang tanpa lemak mengandung sekitar setengah lemak dari steak buntut yang digoreng dengan lemak. Menghindari penggunaan lemak tambahan saat memasak daging sangat penting.

2. Jangan menambahkan lemak atau minyak ekstra saat memasak daging

Sebagai gantinya, cobalah memanggang daging di rak logam di atas loyang panggang agar lemaknya bisa keluar atau jatuh. Ini membantu mengurangi kandungan lemak pada daging.

3. Gunakan daging dalam jumlah yang lebih sedikit

Untuk menjaga keseimbangan gizi, tambahkan lebih banyak porsi sayuran, kacang-kacangan, dan makanan bertepung ke dalam hidangan seperti semur, kari, atau sop. Ini tidak hanya menambah variasi dalam makanan tetapi juga membantu mengurangi konsumsi lemak jenuh yang dapat mempengaruhi tekanan darah.

 

Penulis: Naela Marcelina.

#Unlocking The Limitless