Fimela.com, Jakarta Pola asuh akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh anak yang buruk atau bad parenting dapat memberikan dampak yang buruk bagi anak, seperti permasalahan kepribadian, permasalahan terkait kesehatan mental, hingga kesulitan bagi si kecil untuk membangun hubungan baik dengan orang lain.
Dilansir dari Healthline, bad parenting dapat memberikan anak pandangan buruk terhadap dirinya sendiri karena selalu dianggap salah oleh orangtuanya. Selain itu, anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang buruk biasanya gemar melanggar aturan karena terbiasa diatur dengan sangat ketat oleh orangtuanya.
Permasalahan emosional dan kepribadian juga menjadi salah satu dampak dari bad parenting karena orangtua sering membentak bahkan memukul yang menyebabkan anak meniru hal yang sama. Dilansir dari Parenting for Brain, berikut adalah 7 tanda dari bad parenting.
Orangtua selalu benar
Orang tua yang otoriter menginginkan sang anak untuk betul-betul mengikuti apa yang diperintahkan tanpa mempertanyakan apapun. Walaupun terkesan memiliki pribadi yang disiplin, pola asuh seperti ini bukanlah pola asuh yang efektif. Memang terdapat waktu untuk si kecil mengikuti apa yang diperintahkan, tetapi apabila orangtua selalu menginginkan sang anak untuk terus tunduk dan mengikuti apa yang diminta, maka anak-anak akan kehilangan kemampuan berpikir kritisnya dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah, termasuk orangtua. Orangtua yang baik pasti menginginkan anaknya untuk mengembangkan kemampuan mereka agar dapat membuat keputusan yang tepat, bahkan tanpa bantuan dari kedua orangtuanya. Ketika orangtua salah, anak diberikan kesempatan untuk mengoreksinya dan tidak langsung mengikuti perintahnya begitu saja. Orangtua yang baik akan mendengarkan sang anak dan menerima masukan yang ada.
Mengintimidasi agar anak disiplin
Memberikan hukuman pada anak bukanlah cara yang baik untuk mengajarkan bagaimana cara untuk disiplin pada anak. Menggunakan hukuman agar anak disiplin menunjukkan bahwa orangtuanya malas. Hukuman digunakan karena itulah hal yang paling mudah untuk menghentikan sikap buruk anak.
Mengintimidasi anak agar disiplin dapat menyebabkan anak untuk memiliki pandangan bahwa intimidasi adalah cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hukuman hanya menghentikan sikap buruk anak untuk sesaat, tetapi hal tersebut hanya akan membuat anak berusaha keras untuk tidak ketahuan dan tidak akan membuat mereka bersikap lebih baik.
Terlalu mengekang dan mengatur
Orangtua yang sangat mengatur anaknya tidak selalu berarti orangtua yang buruk. Terkadang, orangtua yang mengatur anaknya hanyalah orangtua yang terlalu khawatir. Namun, beberapa orangtua yang terlalu mengatur anaknya bisa dikatakan sebagai orangtua yang buruk karena kaku dan tidak fleksibel. Tidak ada empati yang ditunjukkan pada sang anak.
Orangtua yang seperti itu biasanya memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mengontrol apa yang anaknya lakukan. Keinginan dan kemauan anak bukanlah hal yang menjadi perhatian, tetapi apa yang terbaik menurut orangtuanya yang menjadi fokus.
Tidak memerhatikan sikap anak
Anak yang orangtuanya menerapkan pola asuh yang buruk biasanya tidak terlibat langsung ketika anaknya berbuat sebuah kesalahan. Hal tersebut disebabkan oleh orangtua yang tidak memerhatikan apa yang dilakukan oleh sang anak. Mereka tidak menerapkan batasan-batasan apapun, sehingga sang anak bebas melakukan apapun tanpa ada disiplin sama sekali. Orangtua tipe seperti ini juga tidak menunjukkan minat pada kehidupan atau prestasi sang anak.
Memilih jalan yang mudah daripada yang baik
Tidak ada salahnya untuk memilih jalan yang mudah dalam beberapa hal, tetapi tidak selamanya jalan yang mudah adalah jalan yang baik. Orangtua yang selalu memilih jalan mudah untuk mengurus anak bukanlah sesuatu yang baik. Salah satu contohnya adalah saat mereka mengurus anak yang sedang tantrum.
Orangtua yang baik akan membantu sang anak untuk meregulasikan emosinya dengan baik dan meminta sang anak untuk menyampaikan apa yang dibutuhkannya. Walaupun membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang besar, tipe pola asuh seperti ini akan berdampak baik bagi anak. Sementara itu, beberapa orangtua lain menggunakan metode hukuman agar sang anak diam. Sebuah langkah yang mudah untuk membuat anak diam, tetapi hal tersebut tidak akan membantu sang anak meregulasikan emosinya.
Tidak bertanggung jawab atas sikap anak
Berbeda dengan anak yang tumbuh dengan baik, orangtua dengan anak yang tidak tumbuh dengan baik akan dengan mudah menyangkal tanggung jawabnya. Mereka tidak menganggap bahwa sikap yang selama ini mereka lakukan pada sang anak berpengaruh pada masa depannya.
Meskipun pola asuh bukanlah satu-satunya faktor mengapa anak bisa tumbuh dengan tidak baik, tetapi pola asuh memiliki peranan yang penting. Seorang anak hadir di dunia ini tanpa mampu memilih lingkungan seperti apa yang akan membentuk mereka. Orangtua yang baik akan mengakui apa yang telah diperbuat dan mencoba memperbaiki keadaan menjadi lebih baik.
Tidak refleksi diri
Orangtua yang bertanggung jawab akan melakukan refleksi diri, tetapi tidak dengan orangtua yang tidak bertanggung jawab. Banyak orangtua yang lelah karena sikap anaknya yang tidak menghargai atau kasar. Hubungan antara orangtua dengan anak adalah sebuah hubungan yang spesial, tetapi sama seperti hubungan yang lainnya bahwa ada sebab dan ada akibat,
Jika kita berbuat buruk pada tetangga, mereka akan berhenti bicara dengan kita. Jika kita terus membentak rekan kerja, kita akan dipecat. Jika kita terus meremehkan teman, otomatis mereka akan menjauh dari kita. Sama halnya dengan anak, mungkin ada sikap dari orangtua yang membuat dirinya berlaku demikian. Cobalah untuk merefleksikan diri sendiri dan coba untuk berbuat lebih baik lagi ke depannya. Jangan pernah malu untuk berubah dan memperbaiki diri demi masa depan yang lebih baik.
Penulis: Karina Alya.
#Unlocking The Limitless