Mengeksplorasi Kreativitas Karya Seniman Perempuan yang Menakjubkan di Selasar Sunaryo Art Space

Naela Marcelina diperbarui 07 Jun 2024, 07:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian seni dan kebudayaan visual di Indonesia. 

Pada tanggal 17 Mei sampai dengan 28 Juli 2024 bertempat di Ruang Sayap. Terdapat penampilan karya seni dari seniman perempuan yang bisa Sahabat Fimela lihat dan meresapi maknanya. 

Melalui instalasi seni dan perfom, para seniman ini menemukan ruang untuk mengekspresikan diri dan mengangkat isu-isu penting yang sering kali terabaikan dalam masyarakat. Sahabat Fimela bisa melihat dan meresapi makna dari karya-karya yang dipamerkan. 

Titicara: Meruah adalah bagian terbaru dari seri pameran khusus perempuan perupa, Titicara. Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 17 Mei hingga 28 Juli 2024 di Selasar Sunaryo Art Space (SSAS). Dikuratori oleh Yosefa Aulia, pameran ini menampilkan sembilan perempuan perupa lintas generasi: Dian Suci Rahmawati, Fiametta Gabriela, Hildawati Soemantri, Ipeh Nur, Kei Imazu, Liza Markus, Melati Suryodarmo, Nadya Jiwa Saraswati, dan Ratu R. Saraswati.

2 dari 3 halaman

Awal Mula Titicara

Pertunjukkan Titicara tahun 2024 ini mengangkat tentang proses penciptaan karya. (Foto: Dokumen Selasar Sunaryo Art Space/Meruah)

Titicara bermula dari inisiatif antara ISA Art and Design dan Selasar Sunaryo Art Space pada tahun 2022. Dua pameran yang diadakan pada tahun tersebut, "Selected Women Artists by Syagini Ratna Wulan" di Jakarta dan "Melihat Lebih Dekat Perempuan Perupa" di Bandung, menjadi cikal bakal terwujudnya Titicara sebagai pameran yang fokus pada karya dan praktik perempuan perupa. Titicara: Meruah melanjutkan tradisi ini dengan menampilkan karya-karya yang mendalam dan reflektif dari berbagai generasi perempuan perupa.

Subjudul perfom ini dipilih sebagai hasil refleksi terhadap proses penciptaan karya seni.  Mencipta adalah sebuah proses menjadi (becoming) yang tidak harus terjadi secara linear, mengakar tunggang, transparan, dan bersifat menyimpulkan.

Sebaliknya, ia bisa saja bersifat privat, menyebar, acak, dan juga mampu berangkat dan kembali di waktu yang bersamaan maupun berlainan. Proses ini berbeda bagi setiap perupa. Sebuah perjalanan menjadi memiliki rute, tikungan, dan jalan buntunya masing-masing. Ia juga memiliki bentuk, bau, kepadatan, kerinduan, dan keterasingan yang bermacam-macam. 

 

 

3 dari 3 halaman

Pertunjukan

Di Balik Kepatuhan berkonsep tentang sikap kepatuhan yang lekat dengan diri perempuan. (Foto: Dokumen Selasar Sunaryo Art Space/Di Balik Kepatuhan)

Bentuk Pertunjukkan Karya-karya yang terdapat dalam pameran ini berangkat dari keyakinan akan kompleksitas perjalanan kekaryaan tiap perupa yang berbeda-beda, yang tak mungkin untuk direduksi menjadi sesuatu yang baku. Relasi antara ruang dan waktu dalam pameran ini diwujudkan melalui berbagai bentuk ekspresi seperti instalasi, performans, bunyi, dan citra.

Karya tersebut menjadi semacam monumen yang menandai titik perhentian dari perjalanan kreatif yang bercabang. Serta merekam proses eksplorasi internal dan eksternal dalam mencari, menemukan, menghapus, mengamati jejak, merusak, dan menyembuhkan. Meruah juga menghadirkan Ibrahim Soetomo dan Syafiatudina, dua penulis yang akan melakukan proses pembacaan yang menyeluruh terhadap pameran ini.

Renitta Karuna Dharani merupakan perempuan kelahiran tahun 2002 yang menghadirkan pertunjukkan “ Di Balik Kepatuhan atau On The Guise of Docility” yang merupakan sebuah trilogi. Karya ini mengeksplorasi konsep 'Docility', yang berasal dari kata Latin 'docēre' yang berarti 'mengajar'. Dalam konteks ini, 'docile' menyiratkan kesiapan untuk menerima kontrol atau panduan. Oleh karena itu, istilah 'Kepatuhan' dipilih sebagai padanan dari 'Docility'. Renitta secara khusus menjelajahi bagaimana konsep kepatuhan ini sering kali dikaitkan dengan perempuan, baik secara eksplisit maupun implisit. Trilogi ini disajikan dalam tiga bagian yang dipertunjukkan dalam periode waktu yang berbeda.

Bagian pertama, Perlakuan atau Ancaman?

Ditujukan sebagai lemparan perkara yang akan diinterogasi kembali pada bagian selanjutnya. Jadwal presentasi karya ini adalah 17 Meri 2024.

Bagian kedua, Tautologia

Didasari oleh penelusuran yang bersifat retrospektif. Pada performans ini perupa akan menjelajahi kembali memori dan pengalamannya melalui arsip personal berupa foto masa kecil. Bagi yang ingin menyaksikannya, bisa menyiapkan hari pada tanggal 14 Juni 2024.

Bagian ketiga, Citra yang Patuh

Melibatkan pengunjung sebagai partisipan dalam karya, membuka kesempatan interpretasi secara lebih luas. Catat! Perform bagian ketiga ini akan dipresentasikan pada tanggal 19 Juli 2024. 

Karya ini menuntut kehadiran dan partisipasi aktif dari pengamat, menjadikan pengalaman perupa sebagai situs pemikiran kolektif. Meskipun ketiga bagian memiliki urutan tertentu, fokus utama dari setiap bagian adalah eksplorasi masalah yang spesifik, seringkali mencakup sifat-sifat yang terputus-putus.

Renitta memiliki latar belakang studiakademik di bidang seni intermedia. Ia telah mengeksplorasi berbagai medium seni, termasuk karya-karya konseptual dan instalatif. Namun, minat pribadinya yang paling kuat adalah dalam mengeksplorasi tubuh sebagai media untuk menyampaikan gagasan melalui karya seni performansinya.

Penulis: Naela Marcelina 

#Unlocking The Limitless