Fimela.com, Jakarta Fimela Figure berkesempatan berkenalan dengan salah satu pendongeng dewasa, Emmanuella Mila, yang juga merupakan founder dari Rumah Dongeng Pelangi. Perempuan yang akrab dipanggil Mila ini menceritakan bagaimana awal mula dirinya begitu mencintai dongeng dan melanjutkan kebiasaan tersebut, tidak hanya pada anaknya, tapi juga anak-anak bangsa.
Di tahun 2010, Mila keluar dari pekerjaannya untuk fokus mengurus anaknya yang masih bayi. Ia berkeinginan melihat dan terlibat langsung pada tumbuh kembang sang anak.
Mila tumbuh sebagai anak yang sering didongengi oleh sang ayah, maka kebiasaan mendongeng ini kemudian ia lanjutkan dan lakukan kepada anaknya. Melalui interview yang dilakukan FIMELA lewat live IG beberapa Waktu lalu, Mila bercerita dengan semangat tentang kecintaannya terhadap dongeng.
"Aku tumbuh dengan didongengi oleh ayahku. Walaupun ceritanya diulang-ulang, tapi rasanya senang sekali Waktu itu. Nah, pengalaman inilah yang ingin aku ulang kepada anakku, karena aku percaya dengan mendengar dongeng, anak bisa memiliki kosa kata yang baik, kemudian berkemampuan menyusunnya menjadi kata-kata," cerita Mila.
Ternyata, kecintaan Mila terhadap dongeng tak hanya ia salurkan kepada anaknya saja, tapi meluas menjadi lebih banyak anak, seperti di panti asuhan, anak jalanan, dan anak disabilitas. Menarik, karena kemudian Mila merasakan tantangan berbeda, yang sebelumnya tak dirasakannya saat mendongeng kepada anaknya sendiri.
"Setelah berhasil mendongeng ke anak sendiri, aku coba untuk mendongeng ke anak orang lain, ke lebih banyak anak dan di sini aku sadar bahwa dongeng itu bisa menembus batas dari berbagai hal. Tapi ya tantangannya lebih seru lagi, karena aku biasanya mendongeng untuk anak-anak kecil, untuk mendapatkan perhatian mereka itu kita usahanya harus mati-matian."
Rumah Dongeng Pelangi kemudian tercipta sebagai sebuah komunitas dongeng
Rumah Dongeng Pelangi kemudian tercipta sebagai sebuah komunitas dongeng. Di masa media sosial belum terlalu ramai tersebut, Mila sudah mulai rutin mengunggah aktivitas mendongengnya di Facebook, yang kemudian menarik banyak orang untuk ikut serta.
Ada pengalaman tak terlupakan bagi Mila saat dirinya mulai mendongeng untuk lebih banyak anak. Pengalaman pertama adalah saat dirinya pertama kali mendongeng untuk anak-anak autis.
"Awalnya aku bingung bagaimana agar pesan dari dongeng yang aku bawakan bisa sampai ke mereka. Tapi lalu, aku pakai caraku sendiri. Ini mengharukan, karena ketika berhadapan dengan mereka, aku langsung paham bahwa mereka memang harus disentuh, ditatap, ritme berceritaku kupelankan, dan mereka paham. Mereka tertawa dan tertawa ini bahasa yang kuterjemahkan menjadi bahwa mereka paham apa yang aku sampaikan."
Pengalaman kedua, adalah ketika Mila mendongeng untuk anak-anak jalanan. Saat itu, Mila tak berekspektasi banyak, baginya, ada anak-anak yang mau bertahan sampai ia selesai mendongeng saja sudah bagus.
"Aku mendongeng mengikuti gaya bertutur ayahku, lalu aku belajar lagi dengan mengikuti berbagai workshop dari dalam, maupun luar negeri. Dan aku suka sekali melihat Pak Raden, beliau adalah salah satu pendongeng yang hebat menurutku."
Saat ini, relawan yang aktif di Rumah Dongeng Pelangi ada 20 orang. Tidak semua orang yang awalnya ingin bergabung dengan Rumah Dongeng Pelangi, memiliki kemampuan mendongeng.
"Awalnya, mereka akan dibiarkan untuk melihat kakak-kakak di Rumah Dongeng Pelangi atau aku mendongeng dulu. Setelah itu, kita biarkan mereka mendongeng, nanti ada evaluasinya. Dan kita juga punya workshop yang sangat basic mengajarkan bagaimana untuk bercerita. Pendongeng harus terlatih, apalagi pendongeng dewasa, karena kita berhadapan dengan banyak anak."
Pentingnya mendongeng bagi anak di rentang golden age mereka
Mila juga sangat menganjurkan para orangtua untuk kembali membiasakan diri mendongeng untuk anak. Mendongeng memiliki banyak manfaat baik bagi anak.
"Kalau tidak terbiasa mendongeng, mulailah dari membaca buku. Mendongeng itu bisa dimulai dari ibu mengandung, karena anak dalam kandungan itu sudah bisa mendengar suara ibu, jadi ketika lahir, sudah terjadi bonding antara ibu dan anak, karena anak mengenali suara ibu. Anak yang tumbuh dengan didongengi itu seperti bejana, kita isi dengan banyak kosa kata melalui dongeng. Walaupun kita pikir mereka nggak ngerti, tapi mereka merekam. Nanti saat dewasa, isi bejana tadi keluar menjadi kosa kata dan rangkaian kata yang baik."
Untuk orangtua yang baru belajar untuk mendongengi anak, Mila memiliki beberapa tips yang bisa dilakukan. Mulailah dengan membaca buku dongeng dengan kisah yang disukai oleh anak.
Menurut Mila, anak-anak paling suka dongeng yang berkisah tentang hewan. Semasa hidupnya, mulai dari lahir, anak hanya mengenali bentuk ayah dan ibunya, sehingga ketika mendengarkan dongeng tentang hewan, rasa penasaran anak muncul, karena bentuknya berbeda dengan manusia.
"Sadari dulu pentingnya mendongeng untuk anak, karena kalau sudah sadar, pasti orangtua akan melakukannya secara tulus. Dan yang terpenting dari mendongeng itu bondingnya, jadi jangan takut meluangkan waktu setiap sebelum tidur membacakan buku. Jangan mikirin hal-hal yang teknis dulu, jadikan kebiasaan, karena setelah terbiasa, biasanya akan nagih."
Tantangan terbesar mendongeng untuk anak-anak usia dini adalah mendapatkan perhatian penuh mereka. Menurut Mila, rentang perhatian anak-anak usia dini adalah sekitar 3 sampai 5 menit.
"Mendongeng untuk anak-anak usia dunia jangan panjang-panjang. Mereka bisa fokus dengerin kita selama 3 menit aja itu udah bagus banget. Biasanya mereka lalu akan sibuk sendiri dan bosen. Ini kenapa biasanya aku juga bikin ice breaking untuk mendapatkan perhatian mereka di awal dan hiburan di tengah-tengah, misalnya mengajak mereka bernyanyi."
Mila juga menegaskan tentang pentingnya mendongeng untuk anak-anak di masa golden age mareka. Mendongeng masih menjadi satu cara terbaik mendidik anak sejak dini, yang bisa menembus era apapun, termasuk AI sekalipun.
"Mendongeng itu nggak tergantikan karena bonding yang diciptakan antara orangtua dan anak. Lewat dongeng, kita menyentuh anak, kita menatap mereka langsung, jadi aku salut banget sama orangtua sekarang yang masih bisa dan mau meluangkan waktu mendongeng untuk anak setiap hari, di tengah kesibukan mereka bekerja."
Harapan Mila, akan semakin banyak orang yang mau mendongeng, karena lewat dongeng, kita belajar untuk mengajari anak tanpa menggurui. Apa kamu juga terbiasa mendongeng untuk anak, Sahabat FIMELA?