Fimela.com, Jakarta Indonesia memiliki pancasila sebagai ideologi negara. Sila kelima berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Namun, realitanya tidak seperti itu. Hal ini dirasakan oleh perempuan tuli yang jauh dari keadilan sosial kerap kali mendapatkan diskriminasi bahkan kekerasan seksual.
Menyambut Hari Lahir Pancasila, komunitas FeminisThemis meluncurkan “FeminisThemis Academy 2024”; program edukasi mengenai kekerasan seksual dan kesetaraan gender khususnya pada dunia tuli, yang didukung penuh oleh Komisi Nasional Disabilitas RI dan Unilever Indonesia.
Menandai peluncuran progam, digelar diskusi bertema “Pancasila dan Keadilan Sosial Bagi Perempuan Tuli”untuk mendorong kolaborasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu keadilan sosial bagi perempuan Tuli sekaligus mendukung hak mereka mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi. Perayaan hari lahirnya pancasila menjadi pengingat bahwa semua warga negara memiliki hak asasi untuk mendapatkan keadilan sosial, baik dalam kesetaraan, kesejahteraan, dan perlindungan.
Cita-Cita Keadilan, Apakah Sudah Terpenuhi Untuk Penyandang Disabilitas?
Berbicara mengenai pemenuhan hak penyandang disabilitas, Halili Hasan, Direktur Eksekutif SETARA Institute yang hadir dalam diskusi menyampaikan fakta, “Laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023 menunjukkan bahwa sejumlah variabel seperti Hak Sipil termasuk hak memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, dan kebebasan berekspresi ataupun berpendapa, serta Hak Sosial antara lain hak atas kesehatan
dan pendidikan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tantangan ini secara nyata dirasakan teman-teman penyandang disabilitas, mereka kerap mengalami diskriminasi, ketidakadilan, hingga keterbatasan dalam berekspresi, mendapatkan akses informasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.”
Kembali lagi, padahal sila kelima Pancasila sangat menjunjung keadilan sosial. Namun, hal ini masih belum terpenuhi. Banyak hal diskriminatif yang terjadi pada penyandang disabilitas perempuan. Komnas Perempuan melaporkan di 2023 terdapat 105 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas, 33 di antaranya dialami penyandang disabilitas sensorik termasuk perempuan Tuli.
Selain itu, Yayasan SAPDA melalui CATAHU Kekerasan Berbasis Gender dan Disabilitas (KBGD) 2022 melaporkan 81 KBGD sepanjang tahun, dimana perempuan Tuli adalah penyintas terbanyak, yaitu 31 kasus, disusul penyandang disabilitas mental sebanyak 22 kasus. Hal ini seharusnya harus disadari bersama-sama karena sudah kewajiban sebagai warga negara untuk menjunjung tinggi nilai keadilan.
Aksi Komunitas FeminisThemis Menyuarakan Keadilan Bagi Perempuan Tuli
Tindak diskriminatif bagi penyandang disabilitas yang masih cukup tinggi, mendorong Nissi Taruli Felicia dan teman-temannya untuk mendirikan komunitas FeminisThemis sejak 2021 dengan misi menciptakan komunitas feminis yang inklusif dan edukatif bagi individu Tuli sehingga mereka mampu melawan ketidakadilan serta memperjuangkan kesetaraan gender.
“Beberapa tantangan yang masih dihadapi teman-teman perempuan Tuli antara lain adalah tidak terpenuhinya hak Bahasa Isyarat sehingga mereka jadi terbatas untuk berkomunikasi/berekspresi, mengakses informasi, layanan, hingga keadilan. Selain itu, mereka juga memiliki keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, terutama yang bersifat pribadi seperti mengenai hak tubuh, hak kesehatan seksual, dan reproduksi. Yang tak kalah menantang, ada pula kecenderungan victim blaming dimana banyak masyarakat masih menyalahkan pihak penyintas saat mereka melaporkan kekerasan seksual sehingga membuat penyintas lainnya memilih untuk diam.” Ungkap Nissi Taruli Felicia selaku Co-Founder dan Direktur Eksekutif FeminisThemis.
FeminisThemis Academy 2024
FeminisThemis yang dipimpin oleh Nissi, merupakan salah satu pemenang program 'Every U Does Good Heroes 2021'. Peluncuran “FeminisThemis Academy 2024” merupakan program yang bertujuan untuk mencapai pemenuhan hak keadilan sosial bagi perempuan tuli. Karena setiap orang berhak untuk mendapatkan keadilan sosial seperti yang tertanam di Pancasila sila ke-5.
Awalnya, Nissi mengadakan kelas bahasa isyarat untuk karyawan Unilever Indonesia dan memberikan masukan berharga untuk membantu perusahaan menciptakan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. Dari sini, muncul keinginan untuk terus membantu teman Tuli mendapatkan keadilan. Upaya ini pun didukung oleh Unilever.
“Kami sangat bersemangat melanjutkan kolaborasi ini, dan berharap program ini dapat membantu teman-teman perempuan Tuli memperoleh hak hidup yang aman, adil, dan setara, serta mendapatkan pengetahuan yang memadai tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi,” ujar Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia.
Pelaksanaan FeminisThemis Academy 2024
Program “FeminisThemis Academy 2024” akan berlangsung dari Juni hingga September secara hybrid, dan akan ditutup pada Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diperingati setiap 23 September. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan, termasuk Training of Trainers untuk fasilitator Tuli, workshop offline di tiga kota, yakni Bandung, Malang, dan Yogyakarta, serta rangkaian webinar.
Rangkaian Kegiatan FeminisThemis Academy 2024
Rifka Dyah Safitri, Program Manager FeminisThemis menjelaskan, “Di dalamworkshop offline, kami akan menghadirkan berbagai materi seperti PengenalanAnatomi Tubuh dan Organ Reproduksi, Pengenalan Pubertas, Hak Kesehatan Seksualdan Reproduksi Dasar, Pentingnya Consent dan Hak Batasan Tubuh, Risiko di RuangDigital terkait Consent, serta Psychology First Aid atau PFA untuk membantumemulihkan beban atau trauma yang mungkin dirasakan para perempuan Tuli.Sementara pada webinar, materi yang diangkat adalah, Menjaga Data Pribadi dalamRuang Digital, Mitos-Fakta di Ranah Digital terkait Hak Kesehatan Seksual danReproduksi, Kualitas Sanitasi Pada Kesehatan Reproduksi Perempuan, PengenalanKonsep Consent, Mengenal Victim Blaming dan Dampaknya, dan lainnnya.”
Apresiasi Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI dan Dukungan Penuh dari Unilever Terhadap “FeminisThemis Academy”
Apresiasi FeminisThemis Academy oleh Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI
Dr. Dante Rigmalia, M.Pd., Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI memberikan apresiasinya pada kegiatan ini. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini agar semua dapat memahami siapa penyandang disabilitas dan apa hak-hak mereka.”
Lalu, Dr. Dante menjelaskan fungsi dari lembaga pemerintah dalam mendorong keadilan bagi penyandang disabilitas, yakni pemantauan,
evaluasi serta advokasi atas upaya penghormatan dan perlindungan dari pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas. Selanjutnya ia menjelaskan bawah lembaga negara perlu saling bekerja bersama dalam memenuhi hak mereka. Kolaborasi semua pihak termasuk pihak swasta seperti Unilever yang mendukung FeminisThemis untuk menyelenggarakan kegiatan yang mengarusutamakan gender dan isu disabilitas ini menjadi hal yang sangat penting.
Dukungan Penuh dari Unilever
Selain mendapatkan apresiasi dan dukungan dari Ketua Komisi Nasional Disabilitas RI, FeminisThemis Academy juga mendapat dukungan penuh dari Unilever Indonesia. Hal ini disebabkan karena tujuan program ini selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh Unilever.
“Kolaborasi Unilever Indonesia dengan FeminisThemis berlandaskan pada misi bersama untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil, beragam, dan inklusif. Terlebih lagi, tujuan dari penyelenggaraan program ‘FeminisThemis Academy’ juga sangat sejalan dengan tiga fokus Equity, Diversity & Inclusion yang kami jalankan, yaitu: keadilan Gender, Keadilan untuk Penyandang Disabilitas dan Penghapusan Diskriminasi dan Stigma.” Ungkap Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia.
Tips Belajar Bahasa Isyarat
Bagi Sahabat Fimela yang ingin belajar Bahasa Isyarat Nissi membagikan tipsnya. “Belajar bahasa isyarat sih tidak harus di lembaga, tetapi bisa dari lingkungan sekitar, kalau kita kenal dengan orang tuli , maka kita bertemu dan belajar dengan orang tersebut. Yang terpenting orang yang mengajarkan adalah tuli, jika belajar dari youtube atau media sosial itu semua belum tentu benar dan kemungkinan salah,” Ungkap Nissi.
Upaya yang Bisa Teman Dengar untuk Membantu Memenuhi Hak-Hak Teman Tuli
Nissi menyarankan beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh teman dengar untuk membantu memenuhi hak-hak teman Tuli. Langkah pertama adalah membebaskan pikiran dari stigma yang ada. Banyak teman dengar merasa ketakutan saat bertemu dengan teman Tuli, sehingga penting untuk menghilangkan ketakutan tersebut terlebih dahulu.
Saat bertemu dengan orang Tuli, tanyakan kepada mereka bantuan apa yang diperlukan. Selain itu, tanyakan cara komunikasi yang nyaman bagi mereka. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi teman Tuli.
Penulis: Naela Marcelina
#Unlocking The Limitless