Fimela Figure: Galih Sulistyaningra Guru Muda Lulusan Universitas College London yang Peduli Akan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri

Anisha Saktian Putri diperbarui 27 Mei 2024, 12:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Masih banyak orangtua berfikir jika Pendidikan Sekolah Dasar (SD) tidak begitu penting dengan perguruan tinggi. Padahal kenyataanya, sejak SD anak akan mulai mampu mengingat dengan tajam tentang pelajaran yang diberikan entah itu formal atau non formal hingga jenjang pertama seseorang mendapatkan ilmu yang kelak akan berpengaruh pada kehidupan dewasanya.

Pentingnya pendidikan SD pun membuat perempuan muda Bernama Galih Sulistyaningra memutuskan untuk menjadi seorang guru SD yang mengajar di sekolah negeri. Pencarian ketertarikan terhadap profesinya ini dimulai Ketika keluarganya memang berkecimpung di dunia Pendidikan.

Galih bercerita kepada Fimela, jika ia dibesarkan di tengah keluarga yang berprofesi sebagai pendidik. Ayah dan Ibunya merupakan seorang guru. Hingga akhirnya, perempuan yang kini berusia 30 tahun ini memutuskan untuk mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar(PGSD) saat menempuh S1.

Setelah lulus S1, ia tak langsung menjadi seorang guru. Melainkan ia mencoba mengajar di sebuah Lembaga Pendidikan swasta untuk pelajaran tambahan di luar jam sekolah khusus untuk anak-anak sekolah internasional dengan latar belakang ekonomi kelas menengah atas.

"Profesi sebagai guru saat ini memang keluarga saat berkontribusi besar karena memang tumbuh di keluarga pendidik. Lulus S1 ngga langsung ngajar di sekolah formal hanya di Lembaga Pendidikan internasional. Hingga akhirnya berpikir untuk lanjut kuliah s2," tutur Galih Sulistyaningra, S.Pd, M.A kepada Fimela.com

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Melanjutkan Kuliah di Luar Negeri hingga Putuskan Jadi PNS Guru Negeri

Galih Sulistyaningra Guru Muda ASN. [Fimela/Galih Galih Sulistyaningra]

Setelah mencoba mengajar dari ilmu yang didapatkan di S1, Galih justru memilih untuk melanjutkan Pendidikan S2 nya. Di tahun 2018, ia mendapatkan beasiswa LPDP di University College London (UCL) dengan jurusan Education Planning, Economics, and International Development.

Jurusan yang diambil untuk s2 nya bertujuan untuk lebih mempelajari ilmu kebijakan Pendidikan. Namun setelah pulang dari studinya tersebut, Galih justru sadar jika Pendidikan yang baik dimulai dari ruang kelas. Inilah yang awal mula ketertarikannya menjadi guru SD.

"Waktu S1 itu belum punya kesempatan mengajar di sekolah formal, pas kuliah S2 aku menyadari bahwa membuat perubahan itu dimulai dari kelas-kelas dahulu. Sebagus apapun kebijakannya tapi kalau misalnya pembawa kebijakan ini seperti guru tidak berkualitas maka nggak akan maju-maju kualitas pendidikannya. Dari situ aku merasa terpanggil an saat pulang ke Indonesia dan mengabdi dulu sebagai guru SD sebelum nantinya bisa berkesempatan di bidang pendidikan lainnya," tuturnya.

Setelah menyelesaikan S2 di Inggris dan pulang ke Indonesia, Galih pun mencoba mengikuti tes CPNS. Meski tidak terlalu ambisius namun membuat Galih berhasil untuk mengabdikan dirinya menjadi guru untuk siswa/i di salah satu SD Negeri Jakarta.

Hingga akhirnya pengangkat di tahun 2020, dan pertama kali selama satu ia dipercaya menjadi guru kelas 1 SD. Dan langsung dihadapkna dengan sistem belajar secara online karena pandemi yang tentu membutuhkan adaptasi. Sudah hampir 4 tahun berjalan, Galih pun kini mengajar untuk kelas 4 SD.

"Saat keterima jadi PNS, langsung sekolah online karena pandemi. Pastinya banyak adaptasi juga apalagi untuk mengajar di sekolah negeri yang tidak semuanya memiliki gadget. Jadi saya kumpulkan siapa saja yang punya gadget nanti saat gmeet bisa barengan tapi kalau nggak ada banget gadget saya memberikan tugas yang berkaitan dengan buku pelajaran atau kecakapan di rumah," katanya.

3 dari 4 halaman

Tantangan mengajar Sekolah Dasar dan Menerapkan Pelajaran yang Menarik

Galih Sulistyaningra, Sumber: LPDP Kemenkeu.

Bagi Galih memang tidak mudah menjadi guru SD terutama SD negeri. Salah satu tantangan yang dihadapi Ketika orangtua justru benar-benar menyerahkan anaknya kepada sekolah atau guru untuk Pendidikan. Padahal, menurutnya rumahlah yang membentuk karakter anak.

Belum lagi guru SD harus bisa mengajar untuk banyak pelajaran. Dan bagaimana cara guru untuk tetap termotivasi untuk belajar.

"Meski saya mengajar SD di tengah kota Jakarta, namun masih banyak murid dengan keluarga yang kurang kesadaran terhadap Pendidikan, bukan hanya soal ekonomi saja. Namun, keberadaan orangtua. Padahal, orangtua juga harus terlibat untuk mengajarkan anak di rumah bukan hanya menyerahkan ke guru saja. Bahkan di sekolah negeri masih banyak anak yang kurang fokus, misalnya anak kelas 1 mengenal huruf masih jauh dari harapan," katanya.

Meski begitu, Galih pun tidak menyerah ia tetap membuat kelasnya nyaman dengan murid-murid yang termotivasi ingin belajar. Ia pun mengatakan jika ia menerapkan pembelajaran dengan banyak interaksi dengan murid dengan melek terhadap tren atau isu yang tengah dibicarakan khalayak banyak, lalu bisa dimasukan ke dalam materi pembelajaran.

"Jadi nggak hanya fokus terhadap buku pembelajaran, namun mendekatkan diri pada murid. Dimulai dari berbincang dengan murid, menghubungan isu yang relevan nanti digabungkan dengan materi pembelajaran seperti PKN. Jadi anak akan timbul rasa ingin tahu dan penasaran," ujarnya.

Pembelajaran ini didapatkan setelah mengimplementasikan studi di Inggris. Dari situ ia mengatakan jika Pendidikan di Indonesia lebih banyak hafalan dibandingkan diskusi yang akan membuat anak berpikir dan percaya diri. "Diskusi di kelas membuat pikiran anak lebih kreatif, out of the box, jadi nggak hanya menghafal atau mencatat saja," tuturnya.

Meski menjadi guru cukup berat karena harus mengetahui macam-macam emosi murid-muridnya. Namun, Galih mengatakan jika dari profesinya ini ia justru belajar bagaimana persiapan atau memahami anak apalagi saat ini ia sudah menjadi seorang ibu.

Galih juga menyampaikan agar tidak stress, ia banyak membuka diri dengan berdiskusi dengan guru lain yang lebih senior hingga pemanfaatan media sosial.

4 dari 4 halaman

Bekal Pendidik Bantu Calon Guru

Galih pun memiliki platform Bekal Pendidik yang dibuat sebelum menjadi guru dan masih dikerjakan hingga saat ini. Galih menjelaskan jika Bekal Pendidik dibuat untuk calon guru agar lebih siap terjun kelapangan. Dengan materi-materi yang tidak diajarkan di kampus.

"Ada hal-hal penting sebagai guru yang tidak diajarkan di bangku sekolah. Maka Bekal Pendidik hadir untuk membantu calon guru dengan memfasilitasi diskusi-diskusi tematik," paparnya.