Fimela.com, Jakarta Menganggap anak sendiri seperti putri dari dongeng bisa menjadi sumber kebahagiaan dan kebanggaan yang besar. Namun, terlalu sering memberikan perlakuan istimewa dan memenuhi hampir semua permintaan mereka bisa membawa konsekuensi yang tidak diinginkan. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah princess syndrome.
Princess Syndrome, yang populer diidentifikasi oleh Jennifer L Hardstein, seorang psikolog anak, dalam bukunya "Princess Recovery", menggambarkan bagaimana kisah-kisah tentang putri sering kali memberikan pesan bahwa hanya kecantikan luar dan kepemilikan barang-barang mewah yang akan mendatangkan cinta dan popularitas, dapat membentuk persepsi yang salah tentang dunia bagi anak-anak.
Dampak sindrom ini cukup serius jika tidak ditangani lebih cepat. Anak perempuan jadi terbiasa dengan pandangan bahwa kecantikan dan kemewahan adalah segalanya. Selain itu, ketika mereka dihadapkan pada tantangan atau kegagalan, mereka mungkin cenderung mudah putus asa, karena tidak terbiasa menghadapi rintangan dan hambatan. Dilansir dari Dr. Nancy Irwin, Sahabat Fimela akan mengenal apa itu princess syndrome, ciri-ciri, dampak, dan cara agar anak tidak mengidap princess syndrome di masa depan.
What's On Fimela
powered by
Apa itu Princess Syndrome?
Princess syndrome merupakan suatu sikap di mana individu percaya bahwa mereka tidak bisa bertahan tanpa "ksatria berbaju baja" yang akan menyelamatkan mereka dari segala kesulitan. Sikap ini bisa memiliki dampak negatif pada hubungan di masa depan karena individu dengan sindrom ini memiliki harapan yang tidak realistis dan merasa bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan istimewa. Mereka cenderung menjadi manipulatif, menggunakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan bahkan menolak perempuan lain sebagai lebih rendah karena status atau daya tarik mereka.
Penyebab Princess Syndrome
Princess Syndrome bisa timbul dari beberapa faktor. Pertama, pesan dari media, buku, dan film yang menggambarkan hidup sempurna sebagai seorang putri. Kedua, pola asuh yang memanjakan anak dan memenuhi semua permintaannya tanpa pertimbangan matang. Anak mungkin mengalami sindrom ini karena dianggap seperti putri oleh orang tua dan terpengaruh oleh iklan media yang menempatkan anak perempuan sebagai "princess". Hal-hal ini bisa membuat anak salah mengerti tentang dirinya dan kurang bisa mengatasi realitas di luar sana.
Tanda-tanda Anak terkena Princess Syndrome
Sahabat Fimela bisa mengenali kehadiran sindrom ini pada si kecil melalui beberapa tanda.
- Egosentrisme yang sangat kental, di mana anak selalu memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri. Anak dengan sindrom ini cenderung sulit menahan hasratnya dan mengira bahwa semua orang memiliki perasaan dan pikiran yang sama dengan dirinya.
- Mereka akan bersikap arogan, gemar memerintah, dan menganggap kenyamanan serta kemewahan sebagai sesuatu yang harus dimilikinya, misalnya hanya mau menggunakan pakaian yang indah-indah.
- Tumbuh menjadi seseorang yang kurang menghargai aturan, karena menganggap dirinyalah yang berkuasa dan boleh-boleh saja melanggar aturan yang ada. Hal ini sangat disayangkan karena akan membuat anak dijauhi di dalam suatu kelompok.
Dampak Princess Syndrome
Princess syndrome adalah fenomena psikologis yang cukup sering terjadi pada anak perempuan dan bisa menyebabkan berbagai masalah psikologis. Anak dengan princess syndrome sering merasa kecewa ketika keinginan mereka tidak terpenuhi, sulit menjalin hubungan yang sehat, dan kurang menghargai aturan karena merasa berkuasa. Hal ini bisa mengisolasi mereka dari lingkungan sosial. Selain itu mereka menjadi cengeng, sulit untuk berbagi atau berkompromi, dan bahkan bisa kehilangan keaslian dalam kepribadian mereka.
Cara Meghindari Princess Syndrome pada Anak
- Pujilah anak atas kerja keras, bakat, kecerdasan, dan penampilannya, tetapi jangan berlebihan dalam memuji kecantikannya.
- Hindari menggunakan istilah-istilah penuh kasih sayang seperti Putri, Bidadari, Dewi, atau Diva, dan proses pesan media dan stereotip tentang perempuan.
- Biarkan anak perempuan menemukan jati diri dan nilai intrinsik mereka, ajarkan cara berpakaian/berdandan yang tepat, dan contohkan rasa hormat kepada semua perempuan dari segala usia, tipe tubuh, dan kecantikan dari dalam.
Pengaruh orang tua terhadap citra diri dan pola hubungan anak perempuan mereka sama dengan pengaruh sosial mereka, dan mereka membutuhkan batasan untuk mendukung mereka. Jangan biarkan mereka tumbuh menjadi seorang putri. Itulah beberapa cara agar anak Sahabat Fimela tidak menjadi seorang Princess Syndrome.