Mengenal Maria Montessori, Penemu Metode Montessori: Anak Punya Motivasi Intrinsik untuk Belajar

Endah Wijayanti diperbarui 07 Sep 2024, 09:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada banyak metode pendidikan dan pembelajaran yang bisa dipilih untuk mengoptimalkan kecerdasan serta tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah metode Montessori. Dalam pendekatan Montessori, kita melihat anak sebagai seseorang yang memiliki jalan uniknya sendiri. Metodologi ini ditemukan dan dicetuskan oleh seorang doktor perempuan pertama di Italia yang hidup pada akhir 1800-an bernama Maria Montessori.

Dr. Maria Montessori lahir di Italia pada tanggal 31 Agustus 1870. Pada tahun 1876, Maria mendaftar di sekolah negeri, dan seiring kemajuan pendidikannya, dia memecahkan banyak hambatan yang dihadapi oleh perempuan pada saat itu. Mengutip laman kdcollegeprep.com, setelah lulus, Montessori bertekad untuk menjadi seorang dokter. Ayahnya menentang hal ini karena kedokteran adalah bidang yang seluruhnya laki-laki. Dia ditolak masuk tetapi tidak menyerah.

Pada tahun 1890, ia mendaftar di Universitas Roma untuk belajar fisika, matematika, dan ilmu alam. Melalui kursus ini, ia memperoleh gelar doktor, yang membuatnya memenuhi syarat untuk masuk sekolah kedokteran pada tahun 1893.

 

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Dokter Perempuan Pertama di Italia

Montessori./Copyright shutterstock.com/g/rusak

Di sekolah kedokteran, dia menghadapi diskriminasi karena menjadi seorang perempuan. Dianggap tidak pantas baginya untuk memeriksa tubuh laki-laki di kelas, jadi dia bekerja sendirian di malam hari, hanya berlatih menggunakan mayat setelah jam pelajaran normal. Pada tahun 1896, ia memperoleh gelar doktor kedokteran, menjadi salah satu dokter wanita pertama di Italia.

Pada tahun 1896, Montessori bekerja sebagai asisten bedah di Rumah Sakit Santo Spirito di Roma. Sebagian besar pekerjaannya adalah menangani orang miskin dan pasien mereka. Dia dipuji oleh banyak orang karena kebaikannya.

 

 

3 dari 4 halaman

Membentuk Metode Pembelajaran Otomatis

Metode Montessori./Copyright shutterstock.com/g/myboys-me

Pengalamannya di rumah sakit jiwa di Roma membantu membentuk metode pengajarannya ketika dia membuka sekolahnya sendiri. Dia mendirikan “Casa dei Bambini” pertamanya yang berarti Rumah Anak-anak. Metode pengajarannya membantu siswa tetap terlibat dan belajar sendiri. Montessori menciptakan istilah “pembelajaran otomatis” untuk menggambarkan metodenya. Sekolahnya sukses luar biasa, dan tak lama kemudian anak-anak berusia lima tahun sudah bisa membaca dan menulis. Pada tahun 1908, dia telah membuka lima sekolah di seluruh Roma dan Milan.

Setelah keberhasilan ini, Montessori memutuskan untuk membawa ajarannya ke India. Dia mengajar banyak siswa baru di Madras. Bersama putranya Mario, mereka melatih lebih dari 1500 guru India dan menginspirasi banyak orang lainnya. Sebagai hasil karyanya, ia menerima nominasi Hadiah Nobel Perdamaian. Selama berada di India, ia bertemu dengan pemimpin berpengaruh Mahatma Gandhi, mantan perdana menteri India Jawaharlal Nehru, dan penyair Rabindranath Tagore.

Dia menghabiskan sisa hidupnya menyebarkan ajarannya ke negara-negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat. Saat ini, siswa di seluruh dunia masih mendapat manfaat dari filosofi inovatif Montessori.

 

 

4 dari 4 halaman

Sejarah Singkat Montessori

Metodologi Montessori./Copyright shutterstock.com/g/SUKJAI+PHOTO

"Kita mungkin bisa mengatakannya seperti ini: kecerdasan anak bisa berkembang hingga tingkat tertentu tanpa bantuan tangan. Namun, jika kecerdasan tersebut dikembangkan dengan tangannya sendiri, tingkatan yang dicapai bisa lebih tinggi, dan karakter anak menjadi lebih kuat." (Dr. Maria Montessori, The Absorbent Mind)

Mengutip buku The Montessori Toddler, Dr. Montessori tidak memulai dengan metodologi yang sudah dikenal. Alih-alih, dia menerapkan praktik pengamatan ilmiah dan objektif dari pelatihan medisnya untuk melihat apa yang menarik minat anak-anak dan untuk memahami cara mereka belajar serta bagaimana dia bisa memfasilitasi pembelajaran mereka.

Dr. Montessori membenamkan dirinya dalam filosofi, psikologi, dan antropologi pendidikan, melakukan percobaan dan merumuskan materi pendidikan untuk anak-anak tersebut. Pada akhirnya, mayoritas anak-anak tersebut lulus ujian negara dengan nilai yang lebih tinggi daripada anak-anak tanpa disabilitas. Dr. Montessori dianggap sebagai pembuat keajaiban.

Dalam tulisannya, Dr. Montessori menegaskan bahwa tujuan Pendidikan Montessori bukanlah menjejali seorang anak dengan fakta-fakta, melainkan memupuk keinginan alami mereka untuk belajar.

Dr. Montessori menyadari bahwa anak-anak mempunyai motivasi intrinsik untuk belajar. Material di kelas Montessori disiapkan dengan cantik dan menarik sehingga anak tertarik menggunakan material tersebut untuk membuat penemuan mereka sendiri, dengan tangan mereka.