Pagelaran Trilogi Tari di Surakarta Menampilkan Kebudayaan Tradisional yang Menakjubkan

Naela Marcelina diperbarui 12 Mei 2024, 17:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Era globalisasi menjadi tantangan yang cukup berat terhadap kebudayaan tradisional, tak terkecuali seni tari. Menurut survei BPS tahun 2021, hanya 8,2% masyarakat Indonesia pernah menonton pertunjukan tari. 

Oleh karenanya, dalam rangka memperingati dan merayakan Adeging Mangkunegaran ke-267 dan Hari Tari Dunia yang jatuh pada 29 April, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI melalui Direktur Jenderal Kebudayaan bersinergi dengan Pura Mangkunegaran, menyelenggarakan gelaran trilogi tari dalam rangka merayakan Hari Tari Dunia dan memperingati Adeging Mangkunegaran ke-267, pada 27-29 April 2024 di Surakarta, Jawa Tengah. Hal ini menjadi identitas keberagaman seni tari tradisional Indonesia. 

Acara ini melambangkan kelahiran dan energi berkelanjutan untuk generasi mendatang. Dengan tujuan untuk menyambungkan kembali masyarakat modern dengan akar budaya mereka, perayaan seni tari yang mendalam dan penuh makna dijadikan sebagai medium utama. Lebih lanjut simak mengenai kolaborasi  Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan Pura Mangkunegaran serta ragam acara dari pagelaran Trilogi Tari.

2 dari 3 halaman

Kolaborasi Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan Pura Mangkunegaran, untuk Acara Trilogi Tari

Trilogi Tari dirancang untuk memperkuat kebudayaan di gempuran era globalisasi. (Foto: Dokumen Evlogia Advisory//Pagelaran Trilogi Tari)

Direktorat Jenderal Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bawah kepemimpinan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menegaskan komitmennya untuk memperkuat identitas nasional melalui kebudayaan, dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai pusat keunggulan seni dan budaya secara global. Salah satu aspek utamanya adalah seni tari tradisional yang dianggap sebagai representasi warisan masa lalu dan juga cerminan dari kehidupan masa kini. Dalam kerja sama yang kolaboratif dengan Pura Mangkunegaran, mereka tidak hanya akan menonjolkan keindahan seni tari, tetapi juga bertujuan untuk menghubungkan kembali masyarakat modern dengan akar budaya mereka yang mendalam.

Upaya tersebut mencerminkan dorongan untuk menggabungkan tradisi dan modernitas. Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Pura Mangkunegaran berperan tidak hanya sebagai pelindung warisan budaya, tetapi juga sebagai dua pilar kekuatan yang mendukung pengembangan dan pelestarian kebudayaan di Indonesia. Melalui kolaborasi yang sinergis, keduanya menjadi simbol kekuatan yang mempertemukan masa lalu dan masa kini, serta mengangkat nilai-nilai kebudayaan yang menjadi fondasi identitas nasional. 

Pemimpin Pura Mangkunegaran Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X mengatakan “Pura Mangkunegaran sebagai salah satu institusi kerajaan tradisional di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus berupaya agar kebudayaan tidak sekadar menjadi warisan masa lalu. Untuk melestarikan kebudayaan di tengah zaman yang terus berubah, beragam upaya pengembangan dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.”  Selain itu, ia uga mengungkapkan kebahagiaannya atas kolaborasi ini dan berharap bisa bermanfaat untuk masyarakat, seniman, budayawan, dan semua pihak.

3 dari 3 halaman

Ragam Acara dalam Gelaran Trilogi Tari

Terdapat rangkaian acara yang menampilkan kebudayaan tradisional yang merupakan warisan berharga. (Foto: Dokumen Evlogia Advisory//Pagelaran Trilogi Tari)

Terdapat 3 acara dari gelaran trilogi tari ini yang saling terkait dan memperkuat makna satu sama lain. Setiap acara menyajikan simbolisme yang mendalam dan nilai budaya yang kaya dalam merayakan kesuburan akan dirangkai sebagai berikut:

1. Workshop dan Tarian Solah Bowo di Candi Sukuh 

Di Candi Sukuh yang sarat dengan simbolisme kesuburan, workshop dan pertunjukan tarian Solah Bowo dikelola oleh Melati Suryodarmo. Acara ini bertujuan untuk mengeksplorasi tema kesuburan melalui gerakan tarian, sambil mengajak peserta untuk meningkatkan keterampilan fisik mereka. Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk memperkuat hubungan peserta dengan warisan budaya mereka dengan merangkai identitas budaya melalui tarian.

2. Pagelaran Tari Bedhaya Senapaten Diradameta

Bertempat di Pura Mangkunegara yang merupakan Tarian Bedhaya Senapaten Diradameta, sebagai simbol warisan dan keberanian, dipertunjukkan kembali. Melambangkan kemenangan dalam pertempuran Rembang pada tahun 1756, tarian ini melibatkan tujuh pejuang pria yang menggunakan trisula dan busur sebagai simbol heroisme. Inspirasi dari kekuatan tarian ini mendorong Rama Soeprapto untuk memulai inisiatif menciptakan ruang baru dalam seni tari masa depan. Dia mengajak tiga koreografer profesional dengan latar belakang yang berbeda, yaitu Arco Renz, Rianto, dan Danang Pamungkas, untuk mengembangkan seni tari kontemporer. Kolaborasi mereka membawa proses inovasi dalam dunia tari.

3. Perhelatan 24 Jam Menari di ISI Surakarta

Perhelatan ini dipimpin oleh Eko Supriyanti yan berlangsung non-stop selama 24 jam di ISI Surakarta. Melambangkan kelahiran dan energi berkelanjutan. Para penari dan koreografer menjelajahi batas kreativitas dalam suasana modern.

Malam sebelumnya (27/8), puluhan seniman tari nasional dan Direktorat Jenderal kebudayaan juga tengah melakukan dialog terkait dengan pengembangan kebudayaan di Indonesia. Melalui dialog, kolaborasi, dan pertukaran budaya yang berkesinambungan,diharapkan bahwa seni tari Indonesia tidak hanya akan dikenal secara luas, tetapi juga dihargai sebagai bagian yang penting dari warisan budaya dunia.  Hilmar Farid, yang merupakan Direktur Jenderal Kebudayaan, juga menekankan pentingnya pengelolaan yang lebih baik dalam memastikan pertumbuhan dan kelangsungan seni tari. Menurutnya, lembaga-lembaga terkait diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan seni tari di Indonesia, serta memberikan platform yang lebih luas bagi para seniman untuk bereksperimen, berinovasi, dan berkolaborasi.

Sebagai penutup, Hilmar menegaskan, "Langkah berikutnya adalah menjadikan inisiatif ini sebagai formula keberhasilan bagi generasi mendatang, mendorong mereka untuk melanjutkan pembaharuan dan pemberdayaan seni tari. Kami siap  memfasilitasi," sebutnya menggarisbawahi pentingnya peran aktif setiap individu dalam memajukan dan melestarikan budaya tari.

 

Penulis: Naela Marcelina 

#Unlocking The Limitless