Mengenal Fearful Avoidant Attachment, Keinginan Menjalin Hubungan Cinta Tapi Takut Berkomitmen

Naela Marcelina diperbarui 10 Mei 2024, 20:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap orang memiliki gayanya masing-masing dalam menjalin hubungan dengan orang lain, teori ini  disebut attachment style. Sebagai makhluk sosial, alaminya Sahabat Fimela berusaha membangun kedekatan dengan sesama, bahkan ingin menjalin ikatan cinta dengan orang tersayang. 

Namun, sayangnya ada beberapa gaya keterikatan yang perlu perhatian khusus. Namanya fearful avoidant attachment, dimana seseorang ingin mempercayai orang lain tetapi merasa takut untuk melakukannya. Akhirnya, orang dengan gaya ini menghindari dari hubungan yang sebelumnya dibangun. 

Gaya keterikatan ini berkembang selama masa anak-anak melalui interaksi dengan orangtua, dan kemudian tercermin dalam hubungan dengan pasangan saat dewasa. Mari simak penjelasan mendalam mengenai fearful avoidant attachment, ciri-ciri, dan cara mengatasinya, dilansir dari Medical News Today.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Mengenal Lebih dalam Mengenai Fearful Avoidant Attachment

Fearful Avoidant Attachment mempunyai ketakutan yang cukup besar, tetapi enggan mengungkapkannya. (Foto: Freepik/freepik)

Fearful avoidant attachment adalah gabungan dari anxious dan avoidant attachment style. Individu dengan tipe ini umumnya menginginkan kasih sayang dan hubungan romantis, tetapi enggan untuk terikat dalam sebuah komitmen. Gaya ini mencakup aspek keterikatan yang cemas, di mana seseorang merasa khawatir akan diabaikan atau ditinggalkan. Mereka mungkin berusaha untuk merasa aman dan nyaman dalam hubungan dengan terus-menerus mendekatkan diri dan mengungkapkan perasaan secara berlebihan.

Selain itu, dalam fearful avoidant attachment, terdapat juga aspek keterikatan yang menghindar. Individu dengan gaya ini cenderung memiliki pandangan negatif terhadap orang lain, dengan anggapan bahwa mereka tidak dapat diandalkan atau dipercaya saat dibutuhkan. Untuk merasa aman dalam hubungan, individu dengan gaya keterikatan ini mungkin akan menjauhkan diri untuk menciptakan rasa independensi. Namun, dalam waktu yang sama, mereka tetap membutuhkan dan sangat tergantung pada dukungan dari orang lain.

Fearful avoidant attachment dalam hubungan asmara dapat mengakibatkan kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang stabil dan memuaskan. Orang dengan gaya ini mungkin mengalami konflik internal antara keinginan untuk dekat dengan pasangan dan ketakutan akan keterikatan yang dalam. Hal ini dapat mengarah pada sikap ambivalen, di mana mereka bersikeras dalam mencari hubungan tetapi juga merasa takut untuk sepenuhnya terlibat.

3 dari 5 halaman

Ciri-Ciri Fearful Avoidant Attachment

Orang yang memiliki Fearful Avoidant Attachment selalu berpikiran negatif dan sulit mengatur emosi. (Foto: Freepik/freepik)

Seseorang dengan fearful avoidant attachment mungkin sangat menginginkan kedekatan dan jaminan dari pasangan mereka, tetapi cukup takut bahwa mereka akan ditinggalkan. Di sisi lain, mereka mungkin mulai merasa terjebak dengan seberapa dekatnya hubungan mereka dengan pasangan dan berusaha menjauh. Seseorang dengan Fearful Avoidant Attachment mungkin menunjukkan beberapa ciri, yakni:

  • Kesulitan untuk membuka diri kepada orang lain dan membicarakan perasaan mereka.
  • Kesulitan untuk percaya kepada orang lain.
  • Pandangan negatif terhadap orang lain.
  • Pandangan negatif terhadap diri sendiri.
  • Kesulitan dalam mengatur emosi mereka.
  • Kurangnya strategi penanganan yang sehat untuk stres.
  • Menarik diri dalam momen kedekatan dan keintiman.
4 dari 5 halaman

Penyebab Fearful Avoidant Attachment

Fearful Avoidant Attachment disebabkan oleh asuhan saat masih anak-anak. (Foto: Freepik/freepik)

Penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan fearful avoidant mungkin telah mengalami trauma masa kanak-kanak atau sikap dan perilaku negatif yang berkelanjutan dari pengasuh mereka. Beberapa pengalaman yang mungkin dialami seseorang yang memengaruhi  fearful avoidant attachment termasuk:

  • Memiliki pengasuh saat kecil dengan trauma yang belum terselesaikan.
  • Kelemahan sosial atau ekonomi yang menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan penuh stres.
  • Kurangnya stabilitas atau rutinitas, seperti ditinggalkan sendirian untuk jangka waktu yang lama.
  • Memiliki pengasuh dengan sikap yang terlalu kritis.
  • Memiliki pengasuh yang tidak menunjukkan kasih sayang.
5 dari 5 halaman

Bagaimana Cara Mengatasi Fearful Avoidant Attachment?

Evaluasi diri dan berusahalah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan bebas dari Fearful Avoidant Attachment. (Foto: Freepik/lookstudio)

Jika sahabat Fimela mengalami fearful avoidant pada masa kecil, maka hal tersebut mungkin memengaruhi hubungan dan kehidupan sehari-harin saat ini, termasuk urusan asmara. Namun, tenang saja, terdapat cara untuk menghadapi dan menyembuhkan gaya ini dan Sahabat fimela bisa belajar bagaimana menjaga hubungan yang sehat dan penuh cinta. 

1. Tingkatkan pengetahuan

Edukasi diri tentang gaya lampiran fearful avoidant dan bagaimana hal itu mempengaruhi hubungan saat ini. Menjadi lebih sadar kapan gaya lampiran ini mengganggu hubungan.

2. Cari validasi dari dalam

Berhenti mencari persetujuan dan validasi dari luar diri. Belajar mencintai diri sendiri dari dalam dan kurangi ketergantungan pada persetujuan orang lain, meskipun hal itu memerlukan waktu.

3. Tetapkan batasan pribadi

Banyak orang dengan gaya lampiran fearful avoidant memiliki kesulitan dengan batasan. Tentukan di mana batasan Sahabat Fimela berada dan apa yang dibutuhkan dalam hubungan untuk merasa nyaman.

4. Komunikasikan kebutuhan diri sendiri. 

Daripada menunggu orang lain menunjukkan kasih sayang, sampaikan apa yang Sahabat Fimela butuhkan untuk merasa dihargai dalam hubungan.

5. Pelajari keterampilan regulasi diri

Identifikasi dan atasi emosi yang menyakitkan saat Anda merasa diabaikan dalam hubungan. Belajarlah untuk menenangkan diri sendiri.

6. Kembangkan keterampilan resolusi konflik

Berikan kesempatan kedua pada orang-orang dalam hidup dan gunakan keterampilan komunikasi yang sehat untuk menyelesaikan konflik, daripada menarik diri.

Penulis: Naela Marcelina 

#Unlocking The Limitless