Dampak Limbah Tekstil pada Lingkungan yang Turut Menyumbangkan Emisi Karbon

Fimela Reporter diperbarui 16 Mei 2024, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Fast fashion adalah sebuah istilah yang semakin sering terdengar beberapa tahun ke belakang. Dilansir dari earth.org, fast fashion adalah sebuah istilah yang merujuk kepada industri mode yang kini memproduksi produk-produk tekstil secara cepat dan murah untuk memenuhi kebutuhan tren masa kini. Seperti namanya, fast fashion merupakan sebuah kondisi ketika proses desain, produksi, distribusi, hingga pemasaran dilakukan dengan cepat. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan konsumen kesempatan untuk membeli banyak produk yang beragam dengan harga yang murah. 

Mengutip dari Business Insider, produksi barang tekstil menyumbangkan 10% dari total emisi karbon. Proses produksi barang-barang tekstil ini menyumbangkan polusi air dan juga polusi udara, selain itu juga 85% dari limbah tekstil hanya berakhir di pembuangan sampah tanpa didaur ulang. Selain kualitas yang buruk akibat produksi yang dilakukan secara cepat, produk-produk fast fashion juga hanya akan menyumbangkan lebih banyak lagi limbah tekstil di pembuangan sampah. Hal tersebut disebabkan oleh tren pakaian yang terus berubah dengan cepat dan menyebabkan konsumen terus ingin membeli barang yang paling baru. Dilansir dari roadrunnerwm.com, inilah pengaruh limbah tekstil terhadap lingkungan.

2 dari 3 halaman

Pengaruh limbah tekstil terhadap lingkungan

Limbah tekstil akan menghasilkan gas rumah kaca dan berbagai zat kimia beracun yang berpotensi untuk mencemari lingkungan. (Foto: Pexels/MART PRODUCTION)

Perubahan tren yang semakin pesat tidak hanya membuat kita sering merasa tertinggal, tetapi ada hal besar lain yang turut terdampak karenanya. Siapa sangka bahwa lingkungan juga turut terdampak atas perubahan tren mode yang cepat ini? Akibat tren yang terus berubah, perputaran di industri tekstil terus berlangsung. Setiap orang—perlu maupun tidak—terus membeli pakaian baru yang lebih up-to-date. Demi tren, masyarakat rela mengeluarkan uang untuk membeli pakaian yang tidak terlalu dibutuhkan. Padahal, pakaian-pakaian lamanya masih baik dan bahkan mereka memiliki opsi untuk membeli pakaian-pakaian bekas pakai yang masih bagus alih-alih membeli produk baru dari retail fast fashion.

Berbeda dari faktor ekonomi, faktor lingkungan adalah faktor yang jarang dipertimbangkan oleh seseorang ketika membeli pakaian. Produksi produk tekstil sendiri membutuhkan bahan-bahan kimia, air, energi, dan berbagai sumber daya dalam jumlah yang sangat besar. Dikutip dari World Resources Institute, diperlukan sekitar 2,700 liter air untuk membuat satu kaos berbahan katun. 

Selain saat produksi, ketika seseorang membuang produk-produk tekstil, tidak hanya membuang-buang uang, tetapi juga dapat membuat tumpukan limbah tekstil semakin banyak. Limbah tekstil membutuhkan waktu lebih dari 200 tahun untuk dapat terurai sepenuhnya di tempat pembuangan sampah akhir. Pada saat proses penguraiannya, produk tekstil ini menghasilkan gas rumah kaca dan berbagai zat kimia beracun yang berpotensi untuk terserap ke dalam tanah dan juga mengontaminasi air tanah. Begitu besarnya pengaruh limbah tekstil terhadap lingkungan. Maka dari itu, diperlukan upaya dari pemerintah, para pelaku industri, dan juga masing-masing individu untuk mengurangi limbah tekstil.

3 dari 3 halaman

Upaya untuk kurangi limbah tekstil

Cobalah untuk menggunakan kembali pakaian-pakaian lama atau mendaur ulangnya menjadi hal lain yang dapat digunakan. (Foto: Pexels/cottonbro studio)

Dilansir dari environmental-action.org, inilah 5 cara sederhana untuk mengurangi limbah tekstil!

Hindari membeli pakaian yang tidak perlu

Upaya paling mudah dan sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah tekstil adalah dengan tidak membeli pakaian-pakaian yang tidak diperlukan. Tahan napsu untuk membeli barang baru dan pakailah pakaian yang ada di dalam lemari.

Beli pakaian bekas yang masih layak

Alih-alih membeli baju baru, Sahabat Fimela dapat melakukan thrifting mencari baju-baju bekas yang masih layak pakai. Walaupun bekas, masih banyak pakaian yang sebetulnya masih sangat layak dipakai. Selain faktor harga, Sahabat Fimela juga dapat membantu lingkungan agar menjadi lebih sehat.

Beli pakaian dari brand yang berkelanjutan

Ketika Sahabat Fimela perlu untuk membeli pakaian baru, usahakan untuk membeli dari brand yang berkelanjutan. Cobalah untuk membeli pakaian yang dibuat dari bahan-bahan yang dapat bertahan lama. Produk yang dihasilkan oleh industri fast fashion adalah produk-produk yang mudah rusak dan hal tersebut hanya akan memproduksi lebih banyak lagi limbah tekstil

Hindari membeli pakaian yang dibuat menggunakan bahan bakar fosil

Banyak sekali produk fast fashion yang menggunakan bahan bakar fosil di dalam produksinya. Sahabat Fimela dapat menghindari membeli pakaian-pakaian yang terbuat dari bahan sintetis, seperti nilon, polyester, dan juga spandex.

Gunakan kembali pakaian-pakaian lama

Cobalah untuk kembali membuka lemari penyimpanan. Sahabat Fimela dapat menggunakan kembali pakaian-pakaian lama atau Sahabat Fimela juga dapat menjualnya jika masih layak pakai. Alih-alih membuangnya, Sahabat Fimela dapat bertindak kreatif dengan memadupadankan satu pakaian dengan pakaian lainnya. Selain itu, Sahabat Fimela juga dapat mengubah bentuk, seperti mengubah jaket sweater yang sudah tidak terpakai menjadi kaus kaki.

 

Penulis: Karina Alya.

#Unlocking The Limitless