Kurangnya Zat Besi pada Makanan yang Dikonsumsi, Inilah Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada Bayi dan Anak!

Karina Alya diperbarui 14 Mei 2024, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Dilansir dari upk.kemkes.go.id, anemia adalah penyakit ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau ketika sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal tersebut menyebabkan organ tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Tidak hanya menyerang orang dewasa dan remaja, anak-anak dan bayi juga memiliki risiko terkena anemia. Terdapat berbagai jenis anemia, tetapi anemia yang paling sering ditemui adalah anemia defisiensi besi.

Seperti namanya, anemia defisiensi besi (ADB) adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya zat besi pada tubuh penderita. Anemia jenis ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah rendahnya asupan zat besi pada makanan anak. Anemia defisiensi besi sendiri merupakan defisiensi nutrien yang paling sering diderita oleh anak di seluruh dunia, terutama anak-anak di negara berkembang. Dilansir dari nationwidechildrens.org, inilah penyebab anemia defisiensi besi pada anak.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Penyebab anemia defisiensi besi pada bayi dan anak

Bayi dan anak harus dipastikan mendapatkan cukup zat besi dari makanan yang dikonsumsi. (Foto: Pexels/AMSW Photography -Alisha Smith Watkins)

Makanan yang rendah zat besi

Anak dapat mendapatkan zat besi dari makanan yang dikonsumsi. Namun, tentu zat besi yang terserap tubuh tidak akan banyak jika anak tidak mengonsumsi makanan yang tinggi akan zat besi. Untuk bayi yang lahir dari orangtua yang sehat, mereka mendapatkan zat besi dari 3 bulan terakhir masa kehamilan. Sementara itu, bayi yang lahir dari orangtua yang mengidap anemia mungkin tidak memiliki zat besi yang cukup dalam tubuh. The American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan untuk memberikan ASI pada anak selama 6 bulan pertama. Namun, bayi yang betul-betul hanya mengonsumsi ASI mungkin tidak memiliki banyak zat besi karena ASI sendiri tidak terlalu banyak mengandung zat besi.

Masalah pencernaan

Ketika anak-anak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, usus dua belas jari bekerja untuk menyerapnya. Namun, terkadang ada hal yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga zat besi tidak dapat terserap dengan baik. 

Perubahan tubuh

Ketika tubuh tumbuh, dibutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk membuat sel darah merah. Terkadang anak mengalami kekurangan zat besi ketika masa pertumbuhannya. Dilansir dari medlineplus.gov, bayi lahir dengan zat besi yang tersimpan di dalam tubuh. Akibat pertumbuhan tubuh bayi yang sangat cepat, bayi dan balita membutuhkan banyak zat besi untuk diserap setiap harinya. Maka dari itu, anemia defisiensi zat besi biasanya terjadi pada bayi berusia 9—24 bulan.

Kekurangan darah

Ketika anak kehilangan banyak darah, zat besi juga dapat berkurang. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pendarahan atau luka.

3 dari 3 halaman

Pengobatan dan pencegahan anemia defisiensi besi

Pemberian ASI eksklusif juga harus didampingi dengan pemberian suplemen zat besi dan makanan tambahan sesuai usia. (Foto: Pexels/MART PRODUCTION)

Dilansir dari mayoclinic.org, jika bayi diberi ASI, silakan berkonsultasi terkait dosis suplemen zat besi yang tepat untuk diberikan kepada anak. Terkadang juga zat besi sudah berada di dalam suplemen vitamin. Berikut adalah rekomendasi pengobatan anemia defisiensi zat besi pada bayi prematur dan bayi yang lahir tepat waktu.

  • Bayi yang lahir tepat waktu

Sahabat Fimela dapat memberikan suplemen zat besi ketika anak berusia 4 bulan. Berikanlah suplemen zat besi hingga anak dapat mengonsumsi dua porsi atau lebih makanan kaya zat besi dalam sehari. Hentikan pemberian suplemen jika Sahabat Fimela menyusui dan memberikan susu formula yang sudah mengandung zat besi di dalamnya, serta sebagian besar makanan anak berasal dari susu formula tersebut.

  • Bayi prematur

Sahabat Fimela dapat memberikan suplemen zat besi ketika anak berusia 2 minggu. Terus berikan suplemen zat besi sampai anak berusia 1 tahun. Namun, hentikan pemberian suplemen jika Sahabat Fimela menyusui dan memberikan susu formula yang telah mengandung zat besi di dalamnya, serta sebagian besar makanan anak berasal dari susu formula tersebut.

Selain dua cara tersebut, masih terdapat cara lain yang dapat ditempuh untuk mencegah defisiensi zat besi pada anak. Dilansir dari idai.or.id, pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan melalui pendidikan kepada masyarakat dan juga pemberian suplementasi besi bagi anak dan remaja. Diperlukan pendidikan terkait gizi dan jenis makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti ikan dan daging. Selain itu, diperlukan pendidikan terkait pemberian ASI eksklusif yang dibarengi dengan pemberian suplementasi zat besi dan makanan tambahan sesuai usia. Penyuluhan tentang kebersihan lingkungan juga diperlukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri yang dapat menjadi salah satu penyebab defisiensi besi pada anak.

Penulis: FIMELA Karina Alya

#Unlocking The Limitless