Jangan Anggap Remeh: Melalui Seminar IDAI Ajak Kenali Tantrum Anak Lebih Dalam

Khrisna Ayu diperbarui 29 Apr 2024, 13:01 WIB

Fimela.com, Jakarta Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI kembali mengadakan seminar untuk memberikan infomasi yang edukatif seputar kesehatan anak-anak pada Selasa, 23 April 2024. Seminar kali ini menggandeng seorang ahli ilmu kesehatan anak dari Universitas Udayana, Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, SpA(K) sebagai narasumber. Kali ini IDAI mengambil tantrum anak sebagai topik utamanya.

Melalui tajuk "Tantrum: Bagaimana Mencegah dan Mengatasinya," IDAI mengajak masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut gejala tantrum pada anak. Mulai dari penyebab, tanda-tanda, cara mencegah, hingga cara mengatasi anak yang tantrum. Penting untuk mengetahui mengenali tantrum anak lebih mendalam agar mampu mencegah dan mengatasi anak tantrum, terutama untuk orang tua.

 

2 dari 6 halaman

Apa itu Tantrum?

Ilustrasi Anak Tantrum//copyright pexels/Teja J

Tantrum merupakan ledakan perilaku yang mencerminkan respon disregulasi  terhadap rasa frustasi anak. Anak akan menunjukkan perilaku agresif sebagai respon dari rasa frustasi atau kemarahan. Tantrum pada anak bisa meledak kapan saja dan dimana saja, tidak mengenal situasi dan kondisi.

Perlu diketahui tantrum bisa menjadi hal yang normal bagi anak. Tapi untuk beberapa kasus, tantrum bisa menjadi perilaku yang tidak normal. Tantrum yang dikatakan sebagai gejala perkembangan yang normal dialami oleh anak berusia 18 bulan-4 tahun. Tapi apabila tantrum berlanjut sampai anak bertambah usia, berarti tantrum tersebut menjadi perilaku yang abnormal dan perlu segera ditangani.

3 dari 6 halaman

Penyebab Anak Tantrum

Ilustrasi anak tantrum./Copyright shutterstock.com/id/g/MIAStudio

Tantrum pada anak bisa disebabkan berbagai faktor. Mulai dari faktor internal dan eksternal anak. Berikut adalah beberapa faktor penyebab tantrum pada anak:

  • Kondisi fisiologis anak, seperti saat anak merasa lapar, bosan, lelah, dan frustasi
  • Anak dengan kebutuhan khusus, seperti penderita ASD, ADHD, disabilitas intelektual, dan gangguan bahasa
  • Pola asuh orang tua, seperti sikap orang tua yang terlalu otoriter, permisif, mengekang, dan peraturan yang tidak konsisten
  • Masalah kesehatan, seperti gangguan tidur, ISPA, dan gangguan pendengaran
  • Temperamen anak yang sedang terganggu
  • Lingkungan sekitar, seperti adanya masalah sosial yang sedang terjadi, melihat kekerasan fisik, hingga orang tua yang depresi
  • Faktor internal anak, seperti anak menginginkan atau menolak sesuatu, mencari perhatian orang tua, rasa tidak berdaya, juga perubahan yang mendadak 
4 dari 6 halaman

Tanda dan Gejala Anak Tantrum

Ilustrasi anak tantrum. (Foto: Unsplash/Nathan Dumlao)

Agar lebih memahami tantrum, IDAI juga menginformasikan tanda dan gejala dari tantrum anak. Pertama anak akan berteriak-teriak. Kemudian jika tasa frustasi menjadi lebih besar, anak akan mulai melakukan penyerang fisik. Jika masih tidak mendapatkan apa yang diinginkan, anak akan mulai menangis dan merengek-rengek. Gejala tantrum yang terjadi secara terus menerus dalam waktu lama dapat dikategorikan sebagai tantrum berat. Tantrum berat ditandai oleh indikator irabilitas, yaitu gangguan internalisasi maupun eksternalisasi.

5 dari 6 halaman

Mengatasi Tantrum dengan Metode RIDD

Ilustrasi Anak Tantrum//copyright pexels/Jep Gambardella

Orang tua dapat menangani tantrum terlebih dahulu secara mandiri. Untuk mengatasi tantrum pada anak, IDAI merekomendasikan metode RIDD. Berikut adalah penjelasan lebih mendalam tentang metode RIDD:

  • Remain Calm: Saat anak tantrum, usahakan untuk tetap tenang. Jangan sampai ikut berteriak atau marah-marah. Gunakan nada suara yang tenang dalam menyikapi anak.
  • Ignore the Tantrum: Orang tua bisa mengabaikan terlebih dahulu tantrum anak. Langkah ini untuk menunjukkan bahwa tidak semua kemauan anak harus dituruti saat itu juga saat sedang tantrum.
  • Distract the Child: Mulai alihkan perhatian anak agar tidak terus menerus tantrum. Bisa dengan pergi sementara sambil menunggu anak berhenti. Atau mengajak anak ke tempat yang lebih kondusif agar lebih tenang.
  • Do Say "Yes" : Agar kondisi anak lebih aman, orang tua bisa mengatakan "ya" terlebih dahulu pada kemauan anak.  Tapi jangan langsung begitu saja menuruti kemauannya.
6 dari 6 halaman

Mencegah Tantrum dengan Metode CALM

Ilustrasi Kondisi Tantrum Credit: unsplash.com/Seimon

Untuk mencegah perilaku tantrum yang berlebihan pada anak, orang tua bisa melakukan metode CALM. Metode CALM agar membuat anak menjadi lebih mampu mengomunikasikan emosinya dan mampu mengontrolnya. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang metode CALM:

  • Communicate well: latih anak untuk berkomunikasi dengan baik sejak dini. Hindari berdebat dan berteriak di depan anak. Agar anak tidak menirunya dan memunculkan gejala tantrum
  • Attend to the child's need: orang tua juga harus peka pada kebutuhan anak. Lebih perhatikan lagi apa yang dibutuhkan anak. Juga berikan respon dan perhatian yang positif
  • Let the child share their feelings and listen: Berikan anak kesempatan mengungkapkan apa yang ia rasakan. Berikan perhatian dengan mendengarkan dengan seksama saat anak sedang mengungkapkan perasaannya
  • Make naptimes and mealtimes: Buat rutinitas untuk waktu tidur dan makan anak. Usakahakan semaksimal mungkin untuk menerapkannya sebagai rutinitas agar anak tetap mendapatkan nutrisi dan istirahat yang cukup dalam masa pertumbuhan. 

Tantrum merupakan bagian dari perkembangan yang normal pada anak. Orang tua perlu belajar mengidentifikasi tantrum yang masih bisa dianggap normal dan yang sudah abnormal. Jika sudah memasuki tantrum yang berat, lebih baik konsultasi pada ahlinya untuk mendapatkan penanganan yang tepat.