Fimela.com, Jakarta Traumatis adalah peristiwa yang menakutkan, berbahaya, atau penuh kekerasan yang mengancam kehidupan atau integritas tubuh seorang anak. Menyaksikan peristiwa traumatis yang mengancam nyawa atau keamanan fisik orang yang dicintai juga bisa menimbulkan trauma. Hal ini sangat penting bagi anak-anak kecil karena rasa aman bergantung pada rasa aman dari figur keterikatan mereka.
Pengalaman traumatis dapat memicu emosi dan reaksi fisik yang kuat setelah kejadian tersebut. Anak-anak mungkin merasa takut, tidak berdaya, serta reaksi fisiologis seperti jantung berdebar kencang, muntah, atau kehilangan kendali atas usus atau kandung kemih. Anak-anak mengalami ketidakmampuan untuk melindungi diri mereka sendiri atau kurang perlindungan dari orang lain untuk menghindari konsekuensi dari pengalaman traumatis mungkin juga merasa terbebani oleh intensitas respons fisik dan emosional.
Meskipun orang dewasa berupaya keras untuk menjaga keselamatan anak-anak, kejadian berbahaya masih saja terjadi. Bahaya ini dapat datang dari dalam keluarga, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan fisik atau seksual, atau kematian mendadak dari orang yang dicintai. Selain itu, kekerasan juga dapat datang dari luar keluarga, seperti bencana alam, kecelakaan mobil, penembakan di sekolah, atau kekerasan dalam forum dan komunitas. Menyadur dari Child Mind Institute, di bawah ini adalah cara mengatasi trauma pada anak korban kekerasan.
What's On Fimela
powered by
1. Membantu anak setelah peristiwa kekerasan
1. Buatlah anak merasa aman
Berikan mereka pelukan ekstra atau sekadar tepukan yang menenangkan di punggung, tentu hal ini akan memberi mereka rasa aman.
2. Bersikaplah tenang
Anak-anak mencari orang dewasa untuk mendapatkan kepastian setelah peristiwa traumatis terjadi. Jangan bicarakan kekhawatiran kamu dengan anak dan waspadai nada suara yang tinggi, karena anak-anak akan dengan cepat merasakan kecemasan tersebut.
3. Bantu anak bersenang-senang
Dorong anak untuk beraktivitas dan bermain dengan orang lain. Pengalih perhatian ini baik bagi mereka dan dapat memberinya perasaan normal.
4. Bantu anak rileks dengan latihan pernapasan
Pernapasan menjadi rendah ketika kecemasan muncul. Napas perut yang dalam dapat membantu anak menjadi tenang.
5. Ketahuilah bahwa tidak apa-apa untuk menjawab “Aku tidak tahu”
Yang paling dibutuhkan anak-anak adalah seseorang yang mereka percaya untuk mendengarkan pertanyaannya, menerima perasaannya, dan selalu ada untuk mereka. Jangan khawatir untuk mengetahui hal yang benar untuk dikatakan, lagi pula tidak ada jawaban yang bisa membuat semuanya baik-baik saja.
2. Membantu anak pulih dari trauma dengan cara sehat
1. Tanggapi pertanyaan dari anak
Beri tahu mereka bahwa kamu siap berbicara kapan saja. Anak-anak perlu mencerna informasi sesuai jadwal mereka sendiri dan pertanyaan mungkin muncul begitu saja.
2. Jangan memberi anak terlalu banyak tanggung jawab
Sangat penting untuk tidak membebani anak-anak dengan tugas yang berat, karena hal ini dapat membuat mereka terlalu stres.
3. Ketahui kapan harus mencari bantuan
Meskipun kecemasan dan masalah lainnya dapat berlangsung selama berbulan-bulan, segera dapatkan bantuan dari dokter atau ahli kesehatan mental jika masalah tidak mereda atau anak mulai mendengar suara-suara, melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada, menjadi paranoid, mengalami serangan panik, atau mempunyai pemikiran ingin mencelakai dirinya sendiri atau orang lain.
4. Jaga dirimu sebagai orangtua
Usahakan makan dengan benar, minum cukup air, patuhi rutinitas olahraga, dan tidur yang cukup. Kesehatan fisik melindungi dari kerentanan emosional. Kenali kebutuhanmu dan dapatkan bantuan jika diperlukan. Lakukan hal itu demi anak.
3. Cara mengatasi trauma anak usia 0-2 tahun
1. Cobalah yang terbaik untuk bersikap tenang
Meskipun Sahabat Fimela merasa stres atau cemas, bicaralah dengan bayi kamu dengan suara yang menenangkan.
2. Tetap beri ASI
Penting untuk terus menyusui anak agar mereka tetap sehat dan terhubung dengan orangtua. Sahabat Fimela harus tetap sehat untuk menyusui, jadi usahakan yang terbaik untuk makan dan minum yang cukup.
3. Selalu berikan sentuhan
Penelitian menunjukkan bahwa kontak mata, sentuhan, dan berada di hadapan Ibu membantu menjaga keseimbangan emosi bayi.
4. Cara mengatasi trauma anak usia 2-5 tahun
1. Buatlah anak merasa aman
Pegang dan peluklah anak sesering mungkin. Katakan pada mereka bahwa kamu akan menjaga ketika mereka merasa sedih atau takut.
2. Perhatikan apa yang kamu katakan
Anak-anak kecil mempunyai telinga yang besar dan mungkin menangkap kecemasan orangtuanya ketika salah menafsirkan apa yang mereka dengar, atau menjadi takut karena hal-hal yang tidak mereka pahami.
3. Berikan dukungan ekstra pada waktu tidur
Anak-anak yang mengalami trauma sering kali menjadi cemas di malam hari. Saat kamu menidurkan anak, luangkan waktu lebih banyak dari biasanya untuk berbicara dan bercerita.
4. Dorong anak untuk berbagi perasaan
Cobalah beri pertanyaan sederhana seperti, “Bagaimana perasaanmu hari ini?”. Ikuti percakapan apa pun tentang kejadian terkini dengan cerita favorit atau aktivitas keluarga untuk membantu anak-anak merasa lebih aman dan tenang.
5. Bicarakan tentang hal-hal yang berjalan baik
Bahkan di saat paling sulit sekalipun, penting untuk mengidentifikasi sesuatu yang positif dan mengungkapkan harapan di masa depan guna membantu anak pulih.
5. Cara mengatasi trauma anak usia 6-11 tahun
1. Yakinkan anak bahwa mereka aman
Untuk anak-anak seusia ini, pengetahuan memberdayakan dan membantu menghilangkan kecemasan.
2. Jagalah segala sesuatunya senormal mungkin
Rutinitas waktu tidur dan waktu makan membantu anak-anak merasa aman dan tenteram. Hal ini memberi anak rasa kendali selama waktu yang tidak pasti.
3. Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak
Biarkan mereka tahu bahwa mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan kekhawatiran atau kesedihan adalah hal yang wajar.
4. Jawablah pertanyaan dengan singkat namun jujur
Setelah anak mengemukakan sesuatu, tanyakan terlebih dahulu agar kamu dapat memahami dengan tepat apa yang menjadi kekhawatirannya.
6. Cara mengatasi trauma anak usia 12-18 tahun
1. Buat anak remaja kamu merasa aman kembali
Meskipun mereka mungkin menolak pelukan, sentuhan Sahabat Fimela dapat membantu mereka merasa aman. Kamu bisa mengatakan sesuatu seperti, “Aku tahu kamu sudah dewasa sekarang, tapi aku hanya ingin memelukmu.”
2. Bantu anak remaja merasa terbantu
Beri mereka tugas dan tanggung jawab kecil dalam rumah tangga, lalu pujilah mereka atas apa yang telah dilakukan dan bagaimana cara mereka menangani diri sendiri.
3. Buka pintu untuk berdiskusi
Sangat umum bagi remaja untuk mengatakan bahwa mereka tidak ingin berbicara. Usahakan memulai percakapan saat kamu sedang melakukan aktivitas bersama, agar percakapan tidak terlalu intens.
4. Pertimbangkan perkumpulan teman sebaya
Beberapa remaja mungkin merasa lebih nyaman berbicara dengan teman-teman sebayanya, jadi pertimbangkan untuk mengadakan pertemuan antara anak dengan teman-temannya.
5. Batasi paparan terhadap internet dan media sosial
Meskipun remaja dapat menangani berita dengan lebih baik dibandingkan anak-anak yang lebih muda, tetap bicarakan dengan anak tentang hal-hal yang baik untuk mereka lihat dan dengar melalui internet dan media sosial.
6. Waspadai penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang
Remaja sangat berisiko beralih ke alkohol atau obat-obatan terlarang untuk menghilangkan kecemasan. Jika anak remaja berperilaku diam-diam atau tampak mabuk, segera hubungi dokter. Kemudian bicaralah dengan anak remaja secara baik.
Penulis: Miftah DK.
#Unlocking The Limitless