Fimela.com, Jakarta Nggak bisa dipungkiri, makanan menjadi bagian yang penting untuk menjaga kehidupan manusia. Sayangnya, nggak semua makanan yang diproduksi sampai ke meja makan berhasil diolah dengan maksimal dalam prosesnya. Makanan melalui perjalanan yang panjang, mulai dari ladang; kebun; atau sawah--menyisakan banyak jejak yang akhirnya berakhir di tempat sampah.
Secara perlahan tapi pasti, fenomena tersebut telah menjadi salah satu masalah serius yang menghadang keberlanjutan sistem pangan. Yuk, coba uraikan sebentar jejak makanan dari asalnya hingga ke tempat sampah yang mungkin saja nggak disadari prosesnya, serta dampak negatif yang timbul.
What's On Fimela
powered by
Berawal dari Ladang
Cerita perjalanan bahan makanan pada awalnya dimulai dari ladang, kebun, atau sawah. Pada beberapa negara, petaninya menghadapi tantangan besar untuk bisa menghasilkan panen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus meningkat. Sementara itu, ternyata sebagian besar makanan yang dihasilkan nggak pernah mencapai konsumen akhir.
Jika mengulik lebih dalam, salah satu alasan utamanya adalah kerugian hasil panen yang disebabkan oleh hama, penyakit, atau cuaca yang nggak menguntungkan. Misalnya, ketika hama serangga dan penyakit tanaman dapat tiba-tiba merusak sebelum waktu panen tiba, atau cuaca ekstrem (banjir dan kekeringan) yang bisa membuat hasil dan kualitas panen menurun. Hal ini ternyata membuat banyak hasil panen terbuang sia-sia sebelum bisa dijual ke tangan konsumen.
Transportasi Hasil Panen
Tahukah kamu, proses transportasi hasil panen ternyata juga memegang peranan besar dalam menciptakan jejak makanan terbuang ini lho. Bahan makanan yang dipanen jelas harus dikirim dari tempat produksi ke pasar atau gudang penyimpanan.
Kurang efisiennya sistem transportasi atau infrastruktur yang nggak memadai bisa menyebabkan kerugian hasil panen yang signifikan. Selain itu, perkara makanan yang rusak dan tercemar selama proses perpindahan ini juga dianggap nggak layak dikonsumsi sehingga akhirnya terbuang percuma.
Pasar dan Penyimpanan
Ketika bahan makanan sudah mencapai pasar atau gudang penyimpanan, ternyata masalah tidak berhenti sampai di situ. Kemungkinan di level tersebut juga bisa terjadi pemborosan karena banyak tempat yang punya sistem distribusi makanan yang kurang baik, fasilitas penyimpanan tidak memadai, hingga kurangnya pengelolaan rantai pasokan.
Faktor ini tadi yang bisa menyebabkan makanan jadi kedaluwarsa dan tidak terjual habis karena penurunan kualitas dan dianggap kurang layak. Lagi-lagi akhirnya harus dibuang ke tempat sampah.
Jejak Sampah Konsumen
Ketika sudah sampai di konsumen, jejak terbuang makanan juga masih terus berlangsung. Sadar nggak sih kalau ada banyak rumah yang sering membuang makanan dengan alasan tertentu? Misalnya saja pembelian makanan dalam jumlah berlebihan atau tidak tepat.
Ketika makanan yang sudah dibeli sampai pada masa kedaluwarsa atau tidak menarik secara visual, banyak yang membuangnya tanpa mempertimbangkan terlebih dulu. Kesadaran yang kurang dalam menghargai makanan juga jadi faktor yang berkontribusi pada pemborosan di tingkat konsumen.
Jika dipikirkan dengan serius, dampak dari jejak sisa makanan yang terbuang sia-sia ini bisa merugikan berbagai pihak. Salah satu yang paling nyata adalah pembuangan makanan akan langsung berdampak pada lingkungan, misalnya saja membuat sampah menumpuk. Bau busuk yang menyengat dari gunungan sampah juga bisa membuat tidak nyaman yang mengganggu aktivitas sehari-hari.