Fimela.com, Jakarta Brand lokal perlahan menjadi pilihan utama masyarakat saat ini dalam memenuhi kebutuhannya. Selain harga yang bersahabat, kualitasnya pun tak perlu diragukan, salah satunya Sabine and Heem, brand fashion lokal untuk anak yang hadir dengan keunikan di mana kenangan masa kecil jadi ciri khas desain produksinya.
Adalah Nur Shabrina, sang Co-Founder yang jadi sosok di balik uniknya desain busana Sabine and Heem. Membangun brand tersebut sejak tahun 2018 usai resign dari pekerjaan sebagai Design Interior demi mengurus sang putri, sosok yang akrab disapa Bina ini menyebut dirinya memulai Sabine and Heem dengan cara sederhana dengan mengandalkan memori indah masa kecilnya.
"Kenapa saya bilang sederhana? Karena saat itu yang terpikirkan oleh adalah memori masa kecil saya, di mana waktu itu saya memiliki banyak sekali memori-memori indah bersama orang tua saya, bersama hal yang saya lakukan, kegiatan-kegiatan saya," kata Shabrina saat berbincang dengan Fimela pada 6 Maret 2024.
"Dan waktu kecil itu, banyaklah tontonan-tontonan saya yang meng-influence untuk men-create baju di Sabine and Heem ini. Jadi brand image itu awalnya saya bangun dari tontonan-tontonan masa kecil saya, yang dikreasikan ke baju anak dalam produk yang saya buat," tuturnya.
Dalam perbincangan hangat itu, pebisnis kelahiran 1993 ini pun menuturkan alasannya mantap terus menggunakan tema kenagan masa kecil dalam produk-produknya, salah satunya adalah karena ia telah menemukan dan mengetahui target market yang ia tuju. Shabrina pun mengatakan jika tema masa kecilnya sangat potensial untuk terus dieksplorasi.
Home Alone, Matilda, Richie Rich, dan Honey, I Shrunk the Kids adalah beberapa judul film yang menginspirasi koleksi-koleksi vintage Sabine and Heem. "Ternyata konsep yang saya buat, seperti mengenalkan tontonan masa kecil saya atau hal-hal yang sebenernya sederhana itu sampai ke hati para pelanggan," ujar Shabrina. "Jadi mereka merasa memori kecil mereka ikut di situ (dalam produk Sabine and Heem), walaupun sekarang bukan mereka yang pakai tapi anak-anak mereka," jelasnya berbinar.
Bercerita tentang brand Sabine and Heem yang hadir terinspirasi dari nama kedua anaknya, Shabrina pun mengutarakan alasan mengapa produk-produknya selalu hadir dalam kuantitas yang terbatas, bahkan seringkali para pelanggannya harus berebut untuk mendapatkan koleksi-koleksi baru yang dihadirkan.
Kepada Fimela, Shabrina menyebut itu bukan lah sesuatu yang disengaja, selain bahan baku yang terbatas, dalam prosesnya Sabine and Heem pun lebih mengedepankan kualitas dari pada kuantitasnya.
"Hal tersebut (rebutan) sebenernya di luar akspektasi kami karena Sabine and Heem itu mengutamakan sekali kualitas, jadi kita selalu mencari bahan-bahan yang limited atau barang-barang yang tidak mudah ditemukan," ujar Shabrina.
"Jadi sebenarnya bahan-bahan kami itu barang-barang yang bisa dibilang tersembunyi. Kami dengan susah payah mencarinya, jadi karena barang itu limited gitu jadi tercipta produknya pun secara tidak sengaja itu sangat terbatas. Kurang lebih kita membuat tuh selalu sekitar 5 lusin dan ternyata Alhamdulillah lagi itu cepat sekali habis, itu di luar ekspektasi kami," jelas sosok kreatif di balik desain Sabine and Heem itu.
Kualitas adalah Hal Utama
Enam tahun berjalan bersama brand Sabine and Heem, dalam prinsipnya Shabrina sangat mengutamakan kualitas, baik untuk produk juga tim yang bekerja besamanya. Ya, di balik Sabine and Heem yang makin luas dikenal publik, Shabrina hanya bekerja bersama lima orang untuk mengelola brand fashionnya.
"Balik lagi ya prinsip saya menjalani Sabine and Heem ini adalah quality over quantity. Jadi saya sangat senang dengan progress yang mengutamakan kualitas. Tidak hanya produk tapi dengan kualitas tim," tuturnya.
"Seiring berjalannya waktu saya yakin tim kami pun akan bertambah, tapi harus tetap sabar enggak buru-buru untuk hire orang. Apalagi ini bisnis yang menurut saya walaupun telihat mudah ini sebenernya tidak mudah, jadi kita harus benar-benar mencari tim Sabine and Heem yang mempunyai visi dan misi sama dengan kami," jelas perempuan 30 tahun itu.
Saat ditanya soal prinsipnya dalam menjalani bisnis, Shabrina meyebut dirinya juga memiliki standar mutu yang harus selalu ada pada dirinya. “Yang saya terapkan pada diri saya sendiri adalah harus selalu memiliki integritas, beretika, jujur, dan yang nggak kalah pentingnya adalah always to the best and let God do the rest," katanya.
Selain poin di atas, hal lain yang dilakukan Shabrina dalam mengelola Sabine and Heem adalah menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Namun cara yang dilakukan Shabrina cukup berbeda dan unik, di mana secara acak suka mengirimkan produk Sabine and Heem saat tak sengaja bertemu dengan pelanggannya.
"Ketika saya bertemu dengan anak yang memakai Sabine and Heem itu rasaya bahagia banget. Bahkan walaupun saya enggak kenal ibunya gitu, saya pasti (menyapa) 'Baju Sabine and Heem yaa?'," kata Shabrina bercerita dengan semangat di mana ia juga selalu menyampaikan terima kasih kepada pelanggan yang ditemui.
"Terus saya biasanya juga random, kayak nanya belinya kapan. Enggak sedikit ketemu di jalan pun akhirnya jadi teman. Saya tanya lagi Instagramnya apa? Terus karena tahu dia ternyata senang pakai baju Sabine and Heem biasanya saya kirim. Saya orangnya sangat random, jadi ketika saya melihat ada yang pakai Sabine and Heem itu hal yang buat saya happy, jadi saya enggak tanggung-tanggung gitu," kata ibu dua anak ini.
Plagiarisme
"Menurut saya plagiarisme itu ada dua sisi. Sisi positif, bisa dibilang positif atau hikmah yang bisa kita ambil gitu ya, dengan adanya plagiarisme berarti sedikit banyak produk yang kami buat itu diterima dengan baik di pasaran. Sehingga ada beberapa oknum yang secara sengaja terinspirasi untuk membuat produk serupa," ujarnya.
"Sisi negatifnya memang yang saya sangat sayangkan adalah pertandingan harga ya. Perang harga yang begitu nyata terlihat seperti tidak sehat," lanjutnya.
Meski begitu Shabrina percaya, pelanggannya tak akan terkecoh dan meninggalkan produk yang ia hadirkan, mengingat ia dan tim telah melakukan proses panjang dalam riset untuk menghadirkan produk yang nyaman dan berkualitas untuk anak.
"Saya percaya, saya merasa pelanggan kami sangat setia. Pelanggan kami tahu betul bagaimana brand identity kami dan perjalanan proses kami membuat produk dari R&D, trial error juga saya selalu terbuka terhadap pelanggan saya. Jadi saya yakin betul pelanggan saya tidak akan pergi juga ke oknum tersebut.”
Seperti yang dituturkan, Shabina menghadirkan beragam produk-produk Sabine and Heem dengan penuh integritas dan jujur kepada pelanggan. Ia bahkan melibatkan para pelanggan setianya dalam proses menghadirkan koleksi Sabine and Heem, maka tak heran jika kepuasan menjadi garansi pasti saat mereka menerima produknya di tangan.
Meski saat ini produksi masih terbatas, Shabrina berharap anak-anak di seluruh Indonesia bisa memiliki dan menikmati koleksi Sabine and Heem. "Kebahagiaan saya menjalankan Sabine and Heem itu adalah ketika saya tahu ada yang memakai baju saya tidak hanya di kota-kota besar tapi di kota-kota kecil pun gitu. Kota-kota yang namanya mungkin saya nggak pernah tahu selama ini ada mereka pun memakai baju Sabine and Heem," ucapnya.
Di bulan Ramadan ini, Sabine and Heem pun mengeluarkan koleksi busana Lebaran bersama brand lokal populer THENBLANK. Namun seperti sebelumnya, koleksi ini pun habis dalam sekejap.
"Di koleksi ini yang ditonjolkan adalah konsep nostalgia. Kalau biasanya Sabine itu (identik) dengan tontonan masa kecil atau hal-hal yang kita lakukan di masa kecil, THENBLANK dan Sabine and Heem mengeluarkan koleksi nostalgia yang mana itu adalah jajanan masa kecil. Jajanan masa kecil kita seperti Taro, terus permen kaca mata itu semua THENBLANK tuangkan dalam bentuk pattern dan Sabine and Heem ikut serta membuat koleksi untuk anak-anak," jelas Shabrina yang mengaku bangga bisa berkolaborasi bersama THENBLANK.