Fimela.com, Jakarta Sebagai salah satu grup hotel terbesar di dunia, Marriott Bonvoy memiliki komitmen kepedulian lingkungan yang cukup tinggi. Ha ini disampaikan Masri selaku Masri, Senior Area Director of Operations, Marriott International, Indonesia & Malaysia secara eksklusif kepada Fimela.
"Setiap portofolio kami punya karakteristik dan konsep yang unik, namun paling utama kami mempromosikan konsep ramah lingkungan. Bagaimana kami menggunakan teknologi terbaik untuk mengimplementasikan konsep ramah lingkungan tersebut," jelas Masri dalam Afternoon Tea Soiree with Marriott Bonvoy beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, seluruh properti di bawah naungan Marriott Bonvoy tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai. Mulai dari amenities di kamar, kunci kamar yang mobile keyless, kayu yang didaur ulang hingga proses pengolahan makanan dari sumber yang etis.
Ya! Sektor kuliner di Marriott Bonvoy turut menjadi salah satu sektor yang turut menggunakan konsep ramah lingkungan. Sederet properti di bawah naungan Marriott memiliki sajian kuliner terbaik. Namun tak hanya sekadar menyajikan makanan yang memanjakan lidah, Marriott Bonvoy memastikan setiap menu yang disajikan diolah dengan teknik dan sumber yang ramah lingkungan.
Gunakan bahan makanan lokal
"Sustainability saat menjadi inti dari bisnis yang kami miliki. Ketika pengunjung datang, hal pertama yang mereka lihat adalah sertifikasi sustainability yang kami miliki. Kami memiliki seafood dari sumber yang etis, kami punya energy, water, that has been there. Ini bukan lagi sesuatu yang advance, melainkan hal basic yang tamu inginkan. saya pikir Indonesia harus menerapkan hal tersebut," jelas Masri.
Sejalan dengan Masri, Executive Pastry Chef di The St. Regis Jakarta Chef Kevin Lee juga menerapkan hal serupa. Dalam wawancara yang sama, Chef Kevin Lee menuturkan dirinya sebagai chef harus berpikir secara kritis untuk meminimalisir bahan yang terbuang saat meracik menu yang hendak disajikan.
"Ketika membuat afternoon tea atau dessert, saya selalu melihat tart, choe, eclair, chocalte sesuatu yang fresh fruit, curnchy atau spongy cake. Namun saya rasa ada sesuatu berbeda yang bisa disajikan. Pertama, saya membuat visualnya lebih dulu dengan bentuk yang tidak pernah terpikir sebelumnya baru membuat resepnya hingga menemukan rasa yang ingin dihasilkan," kata Chef Kevin Lee.
Menurut Chef Kevin Lee, Indonesia memiliki segudang bahan makanan lokal yang bisa diolah menjadi hidangan internasional. Proses pengolahan bahan-bahan tersebut sebenarnya tidak sulit. Sebisa mungkin ia pun membeli dan menggunakan bahan lokal. Seperti vanilla yang dibeli dari Sulawesi dan Sukabumi.
Kurangi carbon print
Inisiatif ini bukan hanya sekadar mengangkat local pride dari setiap hidangan yang disajikan. Melainkan juga mendorong sektor ekonomi dari setiap petani yang menghasilkan bahan makanan terbaik.
"Di setiap negara yang saya kunjungi, saya mencoba mendukung petani lokal dan ekonomi lokal di waktu yang bersamaan. Membeli bahan di negara tersebut juga membantu mengurangi angka impor sehingga mengurangi carbon print," jelas Chef Kevin Lee.
Chef Kevin Lee sendiri merupakan orang dengan diabetes yang mendedikasikan hidupnya sebagai pastry chef. Oleh karena itu, ia sering menghadirkan menu-menu gluten free yang ramah bagi para penderita diabetes. Baginya, penderita diabetes tetap bisa menikmati dessert jika menggunakan bahan-bahan yang aman.
Salah satunya Manatee Cookies yang merupakan cookies asli asal Italia. Manatee Cookies jadi salah satu menu afternoon tea di The St. Regis Jakarta yang dibuat bebas gluten. Sebelum dimasak, adonan cookies di-press sedikit kemudian diberi selai asam jawa.
"Secara pribadi, saya hanya ingin membuat orang itu happy. ketika membuat dessert untuk siapapun, untuk keluarga, orangtua, anak, sebagai emosi. Tapi saya menyukai apa yang saya lakukan dan saya penderita diabetes yang seharusnya tidak konsumsi gula. Try to emotion people membuat saya bahagia. Melihat orang take a photo dengan wajah bahagia," tutup Chef Kevin Lee.