Fimela.com, Jakarta Perempuan adalah pemimpin hebat yang mampu memiliki semangat, kasih sayang, gaya manajemen yang fleksibel, dan bimbingan yang efisien. Mereka membentuk masa depan yang lebih cerah, membantu menutup kesenjangan gaji, dan menjadi teladan bagi generasi muda.
Pengusaha perempuan merupakan pencipta lapangan kerja utama di berbagai sektor. Bisnis mereka sebagian besar meningkatkan peningkatan partisipasi angkatan kerja, sehingga mengurangi tingkat pengangguran. Meskipun hal-hal tersebut mengesankan dan menginspirasi, pengusaha dan pemimpin perempuan masih menghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dihadapi oleh laki-laki.
Berikut adalah 5 hambatan terbesar yang sering dihadapi oleh perempuan ketika berbisis dan berjalan menuju kesuksesan, serta solusinya.
What's On Fimela
powered by
1. Kurang percaya diri
Tantangan ini mungkin terasa kecil jika dibandingkan dengan hambatan lainnya, namun ini sangat nyata. Keyakinan adalah kualitas penting yang membantu melawan rasa takut akan kegagalan, mengambil risiko, dan membuat keputusan yang berani. Hal ini sangat diperlukan, tetapi kurang dimiliki oleh banyak perempuan.
Kepercayaan diri dapat dikembangkan di masa dewasa melalui latihan, pengetahuan, dan pengalaman. Namun, yang penting adalah kenyataan bahwa kepercayaan diri berasal dari masa kanak-kanak dan didasarkan pada apa yang diajarkan, jumlah panutan, dan mentor yang tersedia.
Jadi, cara terbaik untuk memberdayakan perempuan adalah dengan mendukung anak perempuan sejak usia dini, menjadikan pemimpin perempuan lebih terlihat, dan memberikan lebih banyak peluang untuk mencoba dan unggul dalam bidang dan disiplin ilmu yag biasanya didominasi laki-laki.
2. Akses terbatas terhadap pengetahuan
Hal ini mungkin terdengar aneh, karena sebenarnya perempuan memiliki tingkat pencapaian pendidikan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Masalahnya terletak pada kenyataan bahwa perempuan dan laki-laki memilih bidang pendidikan yang berbeda. Meskipun sebagian besar laki-laki mengejar gelar di sektor sains, teknologi, teknik, dan matematika, yang lebih populer dan menjanjikan. Tak kalah, perempuan muda juga cenderung memilih sendiri bidang tersebut. Permasalahannya, bahwa cara perempuan dibesarkan masih secara tradisional, kurangnya rasa percaya diri, dan bidang-bidang tersebut masih didominasi laki-laki.
Ini adalah masalah besar, karena ilmu komputer dan teknologi merupakan inti dari kewirausahaan dan memberikan banyak peluang bisnis yang menguntungkan. Perempuan cenderung menghindari hal-hal tersebut dan memilih untuk fokus pada e-commerce, layanan kesehatan, dan pendidikan, yang mengakibatkan segregasi gender dan ketidaksetaraan upah.
Masalah ini dapat diatasi dengan mendorong anak perempuan masa kini untuk mengejar karir yang mereka inginkan, bukan karir yang diharapkan. Agar hal ini dapat terwujud, tidak hanya sistem pendidikan yang harus diubah, namun para pembuat kebijakan dan pendidik juga harus menyadari pentingnya mendorong lebih banyak perempuan ke sektor-sektor tersebut.
3. Bias gender
Bias dapat berarti bahwa sebagian besar masyarakat masih menganggap menjalankan bisnis sebagai atribut maskulin. Oleh karena itu, pengusaha perempuan sering kali kesulitan untuk dianggap serius dan mendapatkan rasa hormat, juga dapat dianggap agresif ketika menunjukkan sifat-sifat yang terkait dengan kecerdasan bisnis.
Masyarakat akan mempunyai pendapat yang berbeda-beda, jadi penting untuk melawan stereotip gender dan mengatasi segala pembicaraan negatif tentang diri sendiri. Hanya dengan cara inilah pengusaha perempuan dapat mencapai potensi maksimalnya dan mengundang lebih banyak perempuan untuk terjun ke bidangnya.
4. Dukungan terbatas
Pendampingan, sponsorship, serta jaringan, merupakan alat yang sangat diperlukan untuk membangun bisnis yang sukses. Lingkungan kewirausahaan mungkin berbahaya, dan tanpa bimbingan, pemilik bisnis pasti akan melakukan kesalahan yang merugikan.
Sayangnya, jauh lebih sulit bagi perempuan dibandingkan laki-laki untuk mendapatkan dukungan yang mereka perlukan. Dengan sistem dukungan yang mahal dan kurangnya perempuan dalam peran kepemimpinan, pengusaha perempuan cenderung kehilangan peluang bimbingan dan jaringan.
Untuk mengatasi tantangan ini, lebih banyak peluang pendanaan harus disediakan bagi pengusaha perempuan. Selain itu, program pendampingan, acara networking, dan layanan dukungan bisnis yang disesuaikan dengan kebutuhan perempuan pengusaha harus dibentuk.
5. Keseimbangan kehidupan kerja
Secara tradisional, perempuan mempunyai tanggung jawab sosial yang lebih besar dari pada laki-laki. Mereka dipandang sebagai pengasuh utama bagi anak-anaknya, mereka diharapkan untuk mengurus rumah tangga dan mencurahkan waktu untuk keluarga. Jika seorang perempuan juga ingin maju dalam karir yang menantang dan menuntut fokus atau membangun bisnisnya sendiri, dia mungkin akan kesulitan untuk mengejarnya. Apalagi jika perempuan tidak memiliki jaringan dukungan sosial dan harus menangani semua tugas sendirian.
Memasuki jalur kewirausahaan sambil memikul seluruh beban tanggung jawab lain mungkin terdengar berisiko dan tidak bijaksana, namun kenyataannya, ini adalah cara yang bagus untuk mengatur jam kerja yang lebih fleksibel dan mendapatkan lebih banyak kebebasan. Jadi, perempuan tidak boleh putus asa untuk membangun usaha sendiri karena tuntutan sosial.
Penulis: Miftah DK
#Unlocking The Limitless: Womenpreneurship