3 Muslimah Penggebrak Fashion Dunia

Fimela Reporter diperbarui 05 Mar 2024, 20:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Emansipasi perempuan terus berkembang pesat di era modern ini. Saat ini, perempuan memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan mengekspresikan diri mereka. Tidak jarang, kesuksesan perempuan lahir dari ketekunan dan kerja keras yang mereka tanamkan. 

Mereka membuktikan bahwa menjadi seorang perempuan bukanlah hambatan untuk meraih impian dan pencapaian dalam berbagai bidang, termasuk dalam dunia bisnis. Perempuan menjadi semakin berperan sebagai pelopor dan pendobrak dalam berbagai sektor industri, termasuk di dunia fashion

Ada 3 tokoh yakni, Hana Tajima, Iman Aldebe, dan Mawra Atik, perempuan yang sukses dalam mengukir prestasi di bidang fashion. Mereka tidak hanya menunjukkan bakat mereka dalam merancang busana, tetapi juga menjadi simbol bagi pergerakan fashion muslim global. Simak kisah lengkapnya berikut ini. 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Hana Tajima

Hana Tajima, desainer asal Inggris ini sudah sering berkolaborasi dengan brand UNIQLO. (Foto: Instagram/@hntaj)

Hana Tajima dilahirkan di Inggris dari keluarga non-Muslim, dengan ayah berkebangsaan Jepang dan ibu berkebangsaan Inggris. Selama masa kuliahnya, Hana tertarik dengan sudut pandang teman-temannya yang beragama Islam, dan terinspirasi oleh cara mereka menjalani kehidupan. Pengalaman ini menjadi awal dari perjalanan eksplorasi mendalam Hana terhadap agama Islam, yang akhirnya membawanya untuk memeluk kepercayaan tersebut.

Wawancaranya dengan goltune.com, Hana menyatakan bahwa dia telah terlibat dalam desain pakaian sepanjang yang dia ingat, menganggapnya sebagai cara untuk mengekspresikan kreativitasnya. Salah satu aspek menarik tentang Islam yang menarik perhatiannya adalah pandangan tentang kecantikan perempuan. Baginya, konsep kecantikan dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan seksualitas, tetapi lebih tentang ekspresi mendalam dari diri seseorang. Hana merasa bahwa konsep ini sejalan dengan pendekatan kreatifnya dalam desain, yang lebih menekankan pada menerjemahkan perasaan dari pada ide visual.

Karya-karya Hana Tajima ditandai dengan bahan-bahan ringan, bernapas, dan desain minimalis namun estetis yang menyenangkan. Gayanya yang khas telah menarik perhatian perusahaan besar dalam industri fashion, seperti Uniqlo, perusahaan ritel terkemuka asal Jepang yang terkenal dengan pakaian-pakaian yang terjangkau. Melalui kerja sama dengan merek-merek terkenal ini, Hana berhasil menyebarkan visinya kepada audiens yang lebih luas, membuat fashion sederhana menjadi lebih mudah diakses dan inklusif.

3 dari 4 halaman

Iman Aldebe

Iman Aldebe, menjadikan turban populer di kalangan Swedia. (Foto: Instagram/@imanaldebe)

Minat Aldebe dalam fashion tumbuh sejak masa remajanya di Sekolah Menengah Atas. Dia menghadapi tantangan untuk tetap modis sambil mempertahankan identitas dan keyakinannya sebagai seorang Muslim. Namun, dengan tekad yang kuat, Aldebe yakin bahwa dia dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Swedia tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agamanya.

Iman Aldebe awalnya merancang turban sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan budaya Barat yang mungkin melihat pakaian Muslim sebagai sesuatu yang aneh dan menakutkan. Namun, sorotan utama pada karirnya muncul ketika dia merancang seragam polisi pertama yang dilengkapi dengan topi hijab untuk Polisi Swedia pada tahun 2011. Sejak itu, Aldebe terus menciptakan karya-karya yang tidak hanya merefleksikan mobilitas budaya, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan.

Turban buatannya menjadi populer di kalangan wanita Muslim di Swedia dan menjadi salah satu gaya berhijab yang paling diminati hingga saat ini. Melalui perjalanannya, Aldebe telah membuktikan bahwa busana bukan hanya pakaian semata, tetapi juga merupakan sarana yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang keindahan, identitas, dan kesetaraan.

 

4 dari 4 halaman

Marwa Atik

Marwa Atik, telah terjun dalam dunia fashion sejak usia 18 tahun. (Foto: Instagram/@marwaatik)

Marwa Atik, seorang desainer keturunan Suriah-Amerika generasi pertama, telah membuat gelombang dalam dunia fashion dengan karyanya yang inovatif dalam membuat hiasan kepala untuk perempuan berhijab. Dilahirkan dan dibesarkan di Los Angeles, Atik mendirikan perusahaan jilbab buatan tangan pada usia 18 tahun, mengisi kesenjangan dalam pasar produk untuk wanita berhijab yang mencari gaya yang unik. Sejak saat itu, Atik telah menjadi juru bicara dan tokoh inspiratif dengan gaya sederhana dan berpikiran maju. Keasliannya dan sikap rendah hati menjadi sorotan di tengah keramaian influencer

Dilansir dari deseret.com, kisah Marwa Atik bermula saat memperkenalkan produknya sebuah masjid di California Selatan pada malam bulan Ramadan. Mengenakan jubah panjang berwarna merah anggur dan jilbab sifon arang yang dihiasi dengan resleting emas, Atik memperagakan kreasinya setelah shalat berjamaah, khutbah, dan pengajian.

Respons positif dari seorang wanita yang bersemangat untuk membeli karyanya menjadi bukti kesuksesan Atik dalam menghadirkan inovasi dalam desain jilbab. Atik memanfaatkan syal yang umum digunakan oleh perempuan Muslim dan mengubahnya menjadi kanvas untuk ekspresi kreatifnya, menggabungkan desain yang terinspirasi dari berbagai sumber, mulai dari butik high street hingga majalah mode ternama. Eksperimennya dengan hijab, yang sering kali dianggap sebagai simbol kesopanan, mencerminkan keberaniannya dalam merancang sesuatu yang berbeda dan berani.

 

Penulis: Miftah DK.

#Unlocking The Limitless