Fimela.com, Jakarta Ketika menjadi orangtua, ada beragam perasaan yang muncul seperti senang, bersyukur, bersemangat, ingin menjadi orangtua yang baik. Namun ada juga perasaan sedih, bersalah, kelelahan, dan butuh bantuan.
Menurut Marsha Tengker, B.A., M.Sc., M.Psi., Psikolog Amanasa Indonesia atau yang dikenal Caca Tengker, perasaan-perasaan tersebut sangat wajar dirasakan orangtua. Ia mengapa bukan suatu kesalahan jika kita bersyukur namun punya perasaan kelelahan.
“Boleh banget merasa bersyukur namun kelelehan sebagai orangtua di waktu bersamaan. Sebab, tidak selamanya mengalah itu menandakan kita tidak bersyukur. Nggak harus selalu positif, namun merasakan perasaan negatif tidak apa-apa tapi bisa mengelolanya lebih baik,” papar Caca Tengker dalam acara Anniversary ke-2 Amanasa di Cibis Park, (24/2).
Caca mengatakan mengelola perasaan negatif salah satunya dengan mengenal luka batin diri sendiri. Dengan begitu bisa mengontrol emosi dan evaluasi.
“Kita punya perasaan emosi atau kesal itu manusia banget tapi gimana caranya kita evaluasi. Emosi itu kaya caper kadang suka hadir di waktu yang salah. Rasanya ko gampang kesel, gampang sedih. Jika menyadari emosi tersebut kita bisa mengendalikannya, misal kalau sedih ya udah luangkan waktu untuk menangis tapi kita bisa mengendalikan diri kita,” paparnya.
Inner wound atau inner child ini menjadi pengalaman tidak menyenangkan dari kita kecil yang tidak kita sadari terbawa hingga dewasa yang menjadi salah satu alasan mengapa mudah emosi. Dan akan memengaruhi pola asuh kepada anak.
Penyebab inner wound seperti pengabaian, penolakan seperti merasa tidak diterima oleh orangtua atau lingkungan yang menyebabkan perasaan tidak berharga. Lalu pengkhianatan yang biasanya dilakukan orang terdekat.
Kemudian, pengabaian emosi seperti merasa kurang disayang, dipeluk hingga saat dewasa menjadi orang yang lebih kaku dan sulit mengekspresikan diri. Dan yang terakhir kekerasan, biasanya siklusnya akan terulang entah jadi korban lagi atau pelaku. Jadi sulit untuk membangun hubungan sehat.
“Maka penting untuk menyadarinya, setelah sadar akuo, lalu merawat,” kata Caca.
What's On Fimela
powered by
Cara Menyadari Inner Wound
Lalu bagaimana kita menyadari inner wound yang kita miliki? Caranya dengan reflection function, di mana kemampuan untuk memahami pikiran dan perasan sendiri serta pikiran dan perasaan orang lain.
“Jadi memiliki kemampuan merefleksikan diri. Kita mampu merespon emosi dan bereaksi,” papar Caca Tengker.
Caca mengatakan ini sangat penting dalam hubungan orangtua dan anak. Jadi lebih mampu memahami emosi dan motivasi anak.
Lalu Mindfulness, refleksi diri dengan bicara dengan diri sendiri, bisa journaling, lalu mendengarkan aktif seperti dengan orang lain, berlatih empati bisa memahami orang lain, dan terakhir konseling.
Lalu setelah menyadarinya apa yang harus dilakukan?
Setelah menyadarinya bisa dilakukan repair dan repairing. Psikolog Caca mengatakan, repair merupakan upaya memperbaiki hubungan. Repairing, kita bisa menjadi orangtua untuk diri kita sendiri.
“Inner wound tidak dirawat itu bikin trauma. Maka repairing itu penting. Saat kita dewasa, kita punya keberdayaan yang penuh, tanggung jawab, bisa memenuhi kebutuhan sendiri, jadi bisa jadi orangtua untuk diri kita sendiri. Jika waktu kecil orangtua ngga bisa kasih kebutuhan kita, saat dewasa kita bisa,”paparnya.
Lalu, self compassion, di mana kita harus berpikir diri kita berharga pantas dicintai apa adanya. Kemudian melakukan Inner child activity, misalnya waktu kecil kita suka apa, bisa dilakukan lagi. “Jadi bisa balik lagi merasakan bahagia,” kata Caca.
Membuat surat untuk “ngomong” ke diri sendiri. Memaafkan dan mengikhlaskan meski tidak harus terburu-buru.
“Memaafkan dan mengikhlaskan memang tidak mudah. Namun bisa dicoba, mulai dari menyadari, mengakui, dirawat, baru memaafkan dan mengikhlaskan inner child,” ujarnya,
Selanjutnya, memiliki hubungan dan lingkungan yang positif, membuat batasan jangan mengorbankan diri sendiri sebab sebelum merawat orang lain perlu merawat diri sendiri terlebih dahulu.