Fimela.com, Jakarta Komitmen dalam mendukung sustainable fashion di Indonesia terus diperkuat oleh Asia Pacific Rayon (APR). Hal itu ditunjukkan oleh produsen serat viscose-rayon terintegrasi di Indonesia tersebut sejak memulai operasionalnya pada 2019. Salah satu caranya dengan mengajak desainer-desainer muda untuk menggunakan viscose-rayon dalam desain produk fashion mereka.
Nah, sebagai langkah nyata, hal itu pun diwujudkan oleh APR lewat kolaborasi dengan Lomba Perancang Mode (LPM), seperti apa?
Banyak Nama Besar Pernah Ikut Lomba Tersebut
Belum lama ini APR berkolaborasi dengan Lomba Perancang Mode (LPM), ajang kompetisi perancang busana tertua di Indonesia yang digelar dalam helatan Jakarta Fashion Week 2024. Hadir sejak 1979, LPM terbukti sebagai wadah pencetak perancang busana yang membawa dampak yang besar pada industri fashion di Indonesia.
Beberapa nama perancang yang pernah mengikuti ajang ini antara lain, Itang Yunasz, Carmanita, Billy Tjong, Tex Saverio, hingga Hian Tjen. Bagi APR, kolaborasi bersama LPM menjadi upaya nyata dalam mendukung sustainable fashion lewat penggunaan material viscose-rayon.
Tak hanya itu, kolaborasi ini juga turut mendukung eksplorasi bakat para desainer muda yang baru memulai karirnya di industri fashion Indonesia. “Kami percaya bahwa banyak talenta yang belum ter-discover. Harapannya melalui LPM ini kita dapat melihat banyak talenta baru di industri fashion Indonesia,” ungkap Zoey Rasjid, Head of Marketing Communications APR yang juga berperan menjadi salah satu juri LPM 2023.
Keluarkan Energi Kreatif Para Desainer Muda
Adapun tema utama Lomba Perancang Mode (LPM) tahun 2023 adalah “AUTHENTICITY” dengan tujuan untuk mengeluarkan energi kreatif para desainer muda, dengan memberikan wadah untuk mengekspresikan keaslian dan DNA desain yang kuat.
Peserta ditantang untuk dapat mengeksplorasi interpretasi orisinal terhadap gaya dan desain pakaian yang mencerminkan jati diri mereka, dengan mengeksplorasi perspektif baru dan bereksperimen dengan bahan, teknik, dan siluet yang tidak konvensional.
APR memperkenalkan viscose-rayon kepada para peserta untuk melihat bagaimana para desainer muda ini bereksperimen dengan bahan dan siluet yang baru. Harapannya, desainer dapat aware terhadap material yang mendukung keberlanjutan sekaligus mengembangkan kreasi untuk menggunakan bahan-bahan baru pada karya mereka.
Serat viscose-rayon yang mudah dicampurkan dengan berbagai bahan lain dapat menciptakan variasi yang tidak terbatas untuk kreasi para desainer. Sifatnya yang renewable (terbarukan) dan biodegradable (mudah terurai secara alami) menjadikannya salah satu material yang mendukung sustainable fashion di Indonesia.
Berikan APR Award Kepada Desainer yang Pakai Bahan Viscose-Rayon
Sebagai penghargaan kepada desainer yang merancang busana dengan bahan viscose-rayon terbaik, LPM juga memberikan APR Award di samping penghargaan utama. APR Award diperoleh oleh Nurfathyiah (23), yang membuat gaun vintage putih dari viscose-rayon.
“Rayon viscose memberikan sentuhan lembut, jatuh, dan adem pada koleksi yang saya tampilkan, dan itu sangat sesuai dengan ekspektasi saya saat mendesain karya saya,” ungkapnya. Penyelenggaraan penjurian kedua LPM 2023, yang meliputi serangkaian penilaian dan evaluasi dari para juri, diadakan di Jakarta Fashion Hub (JFH).
Zoey Rasjid selaku Head of Marketing Communications APR menjadi bagian dari panel juri, bersama dengan Sebastian Gunawan (desainer senior), Hian Tjen (desainer dan alumnus LPM 2007), Lisa Malonda (representatif Instituto Marangoni untuk Indonesia), dan Aldi Indrajaya (Fashion Editor Dewi).
Peserta yang berhadapan langsung dengan para juri merasa bahwa penjurian ini menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk bisa mendapatkan mentoring secara langsung dari desainer ternama industri fashion Indonesia.
Adapun, Jakarta Fashion Hub (JFH) merupakan ruang kolaborasi bagi para fashion enthusiast yang diinisiasi oleh APR, yang menyediakan tempat untuk berkarya dan berkreasi. Di co-working space ini, tersedia berbagai fasilitas di antaranya area workshop, foto studio, mini store. Keanggotaan JFH juga dapat belajar mengenai material kain dan sourcing viscose-rayon.
Hasilnya, desainer muda mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan skill baru dalam menggunakan material yang mendukung keberlanjutan. Selain itu, para desainer muda juga dibekali dengan wawasan baru mengenai strategi bisnis dan networking di industri fashion Indonesia yang terus berkembang. Itulah yang didapatkan para desainer muda lewat kolaborasi LPM dengan APR ini.