Fimela.com, Jakarta Indonesia memang masih menghadapi masalah stunting pada anak. Namun, kabar gembiranya permasalahan stunting ini mulai bisa teratasi seiring dengan fasilitas kesehatan yang semakin mudah diakses. Terlihat dalam program kesehatan yang dilakukan Darya-Varia di desa Cibatok II, Kabupaten Bogor.
Melalui program Generasi Sehat Bebas Stunting, desa Cibatok II mengalami penurunan angka stunting sebesar 80% secara bertahap selama lima tahun. Saat dijalankan pertama kali pada 2018, desa Cibatok II memiliki 68 anak yang mengalami stunting. Namun dengan program pencegahan dan edukasi, angka ini berhasil ditekan dan kini hanya 13 anak pada 2023.
“Stunting telah menjadi isu kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus di Indonesia. Perlawanan terhadap stunting memerlukan pendekatan dan intervensi sistematis terhadap ekosistem, selain pemenuhan gizi yang optimal. Upaya mengentaskan stunting di Indonesia bukan hanya masalah fisik, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesejahteraan bangsa”, kata dr. Ian Kloer, Presiden Direktur PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.
Stunting sendiri menjadi sebuah kondisi di mana anak mengalami gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupannya. dr. Boy Abidin, Sp. OHG (K) menjelaskan ada begitu banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi stunting. Mulai dari permasalahan asupan gizi, status sosial, hingga kebersihan lingkungan tempat ia tinggal.
What's On Fimela
powered by
Program untuk menekan stunting
Untuk bisa mencegah hal tersebut, dibutuhkan pendekatan sistematis untuk menciptakan ekosistem kehidupan yang sehat secara fisik maupun mental bagi anak. Oleh karena itu, Darya-Varia menjalankan beberapa program, mulai dari edukasi kesehatan secara umum kepada kader Duta Sehat, Pelatihan Peningkatan Kompetensi Bidan, Pemberdayaan Posyandu melalui pengadaan bahan makanan sehat dan peralatan kesehatan, dan pengecekan kesehatan gratis.
Program ini juga mendukung pembangunan infrastruktur kesehatan seperti pembangunan Unit Kesehatan Sekolah, edukasi perilaku hidup sehat dan budaya cuci tangan di beberapa SD sekitar, edukasi tentang pemenuhan gizi pada anak, edukasi keterampilan orangtua mengasuh anak (parenting), dan edukasi seks dan kesehatan reproduksi dengan target siswa/i SMP untuk menekan angka pernikahan usia remaja.
Edukasi seks yang matang
Ya! Edukasi seks dan reproduksi pada remaja menjadi langkah penting dilakukan di rumah maupun di sekolah untuk mencegah terjadi stunting di generasi mendatang. Tidak hanya bicara perihal sistem biologis melainkan juga penanaman keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, dan perencanaan keluarga.
"Pernikahan dini pada remaja dapat meningkatkan risiko seperti komplikasi kehamilan dan persalinan, kematian ibu dan bayi, infeksi menular seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kemiskinan, dan stunting pada anak”, ungkap dr. Boy Abidin.