Fimela.com, Jakarta Dalam masa anak-anak, tentunya anak akan mengenal berbagai macam ekspresi serta perasaan yang dirasakannya. Baik senang, sedih, hingga marah sekalipun. Tentu saja, mereka belum sepenuhnya memahami makna dibalik perasaan tersebut.
Apa kamu pernah melihat anak kecil berteriak hingga menendang-nendang berbagai barang di ruang tamu karena tidak boleh pergi ke luar? Menggertak gigi hingga rahangnya bergetar, familiar dengan situasi ini? Tentu saja, hal tersebut merupakan reaksi yang normal.
Kemampuan anak dalam menunjukan amarah ini diakibatkan karena kurangnya pemahaman anak dalam mengemukakan amarahnya. Meri Wallace selaku pakar parenting juga mengatakan bahwa bayi hingga balita bahkan anak-anak sekalipun tidak dapat menyampaikan rasa negatif yang mereka rasakan ini. Maka dari itu mereka mengekspresikannya dalam bentuk kegiatan yang melibatkan fisik seperti menangis, berteriak, membanting barang, hingga menendang.
Anak-anak juga kurang untuk mengontrol emosi yang inpulsif terutama ketika merasa marah, ketika marah bereaksi dengan cara-cara di atas menjadi reaksi instan yang mereka lakukan karena mereka tidak dapat menyampaikan apa yang mereka rasakan.
Maka dari itu, sebagai orangtua kita harus mengajarkan anak bagaimana marah yang baik tanpa harus melukai diri dan orang lain. Berikut tips mengajarkan bagaimana anak mengekspresikan marah dengan baik dari Parents yang bisa kamu ikuti.
What's On Fimela
powered by
Berikut 5 tips untuk mengajarkan bagaimana marah yang baik pada anak
1. Dari sisi orangtua, kamu harus menerima kemarahan anak tanpa menjudgenya
Ketika akan menunjukkan amarahnya, kamu harus membiarkannya dan jangan mengekang anak untuk menyampaikan amarahnya. Kamu bisa mengatakan, "Ibu bisa melihat kamu sedang marah ya." Jika kamu tahu alasannya kamu bisa memberitahunya seperti "Karena kita harus pergi dari taman sekarang jadinya kamu marah?"
Biarkan anak mengekspresikan kemarahannya tanpa harus menjudge anakmu kurang ajar. Proses pembelajaran anak untuk mengenal dan mengendalikan emosinya memang harus dimulai sedini mungkin. Ke depannya, anak akan lebih mudah dalam menyampaikan amarahnya dengan cara yang benar tanpa harus menyakiti orang lain.
2. Mendukung anak untuk menyampaikan rasa marahnya
Secara usia yang masih anak-anak, sangat wajar jika anak tidak tahu cara untuk mengekspresiskan kemarahannya. Melalui kemampuan bersosialisasi, sedari dini aku bisa mengajarkan cara menyampaikan atau menunjukkan bahwa ia sedang marah. Kamu bisa mengatakan, "Jika kamu marah, kamu bisa bilang, aku marah." Sebagai orangtua, dengan anak berkata demikian, kamu akan mengerti dan dapat membantu anak untuk meredamkan amarahnya. Selain itu, anak juga terbantu untuk mengontrol amarah dan intensitas agresifnya.
3. Ajarkan anak untuk temukan tempat yang jauh dari keramaian untuk meredam amarahnya
Jika kamu mengalami kondisi anak marah di tempat umum, cobalah untuk cari tempat sepi. Fokus pada anak tanpa harus melihat adanya judgement dari orang lain. Dengan mencari tempat yang sepi, kamu dapat membantu anakmu untuk menyalurkan amarahnya dengan baik. Kamu bisa merentangkan tangan untuk memeluknya sembari berkata "Mau mengobrol dengan mama?" hingga kata-kata serupa lainnya.
4. Menenangkan diri dan mengajarkan anak untuk berdiskusi
Menghentikan amarah sebelum mengalami tantrum menjadi salah satu cara ampuh untuk mengajarkan anak bagaimana untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan bahwa dia sedang marah. Biasanya anak akan mengalami ini ketika sedang ingin mainan baru namun tidak dipenuhi keinginannya. Semisal anak marah, kamu bisa mengatakan: "Coba kita bicarakan dulu, kamu kan mau mainan baru."
Kamu bisa punya waktu untuk berpikir serta menolak keinginan tersebut dengan cara yang lebih 'baik' dibandingkan langsung berkata "Tidak". Tetap tenang dan mendiskusikan hal ini terlebih dahulu juga dapat membantu anak mengerti arti dari penolakan serta mengajarkan cara menerima yang tepat. Tentunya sebagai orangtua kamu ingin anak juga mendengarkan apa yang kamu inginkan, begitupula sebaliknya, sehingga anak tahu jika ia bisa mempercayaimu untuk diajarkan bagaimana menghadapi situasi seperti itu dalam kehidupannya.
5. Beri ketegasan namun tidak begitu memaksa pada anak ketika marah
Ketika kamu ingin membantu anak untuk memberikan kenyamanan serta kebebasan berekspresi dalam marah, pastikan kamu juga menyampaikan untuk tidak menyampaikan rasa marah dengan cara yang agresif atau dengan kekerasan fisik. Misalnya anakmu memukul saudaranya, kamu bisa mengatakan: "Kamu boleh saja marah, namun kamu tidak dapat menendang dan memukul seseorang.
Penulis: Tisha Sekar Aji
Hashtag: #Timeless