Fimela.com, Jakarta Kanker payudara memang jadi salah satu musuh terbesar bagi kaum perempuan. Perkembangan kasus kanker payudara di Indonesia terbilang cukup pesat dan mengkhawatirkan. Berdasarkan data pada Globocan pada 2020, tercatat ada 68.858 kasus di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 22.000 jiwa akibat kanker payudara.
Seiring dengan perkembangan kanker payudara yang meningkat, metode pengobatan dan teknologi klinis pun juga mengalami kemajuan yang membuat kanker payudara dapat dideteksi lebih awal. Tentu hal ini menyebabkan angka kematian akibat kanker payudara dapat menurun sehingga kesempatan sembuh akan lebih tinggi.
Meski demikian, proses penyembuhan dari kanker payudara tidak berhenti pada pengobatan. Pasalnya, kanker payudara jadi penyakit dapat kembali kambuh meski telah menjalani pengobatan, hal ini disebut sebagai kanker rekuren.
Dr. Khoo Kei Siong, Konsultan Senior dan Ahli Onkologi Medis Parkway Cancer Centre mengatakan kanker yang berulang pada pasien sangat bergantung pada stadium dan jenis dari kanker tersebut. Untuk pasien dengan stadium nol yang non-invasive maka kemungkinan untuk mengalami kanker berulang akan sangat kecil, sedangkan pasien dengan stadium yang lebih tinggi maka potensi untuk kankernya kembali kambuh akan lebih besar. Apalagi jika sel kankernya memiliki agresivitas yang tinggi, yaitu kanker payudara triple negative. Dimana angka kejadian untuk jenis kanker ini mencapai sekitar 50%.
Gejala awal kanker yang kambuh
"Kanker payudara triple negative ini sangat agresif dan berkembang secara cepat sehingga memiliki kemungkinan untuk tumbuh kembali pasca operasi,” ujarnya dalam rilis yang diterima Fimela.com.
Menurutnya, ada dua skenario yang mungkin terjadi pada kanker berulang tersebut. Pertama, kanker lama muncul kembali karena adanya sisa jaringan di dalam tubuh dan kembali berkembang. Kedua, muncul jenis kanker baru yang tidak berhubungan dengan kanker sebelumnya.
Artinya, kanker tersebut tidak hanya terjadi pada payudara saja tetapi juga bisa muncul kanker baru yang menyerang organ tubuh lainnya mulai dari ovarium, paru-paru, liver, usus besar, tulang, kelenjar limfa, dan dalam beberapa kasus dapat menyerang otak.
Untuk mencegah risiko munculnya kekambuhan pada kanker, maka perlu dilakukan pengobatan yang menyeluruh mulai dari kemoterapi, radioterapi, terapi targeted, termasuk melakukan operasi pengangkatan payudara atau mastektomi. Dr. Khoo mengatakan setelah pasien melakukan terapi maka akan dilakukan pemeriksaan patologis apakah sudah tidak ada lagi sel kanker di payudara dan kelenjar limfa sehingga survival pasien akan meningkat.
Sementara itu, bila masih ada sel kanker yang aktif pada pemeriksaan patologis, maka kejadian berulang terkena kanker akan lebih tinggi sehingga pasien membutuhkan pengobatan yang lebih agresif dan menyeluruh. Selain itu, pasien juga harus tetap rutin melakukan pemeriksaan berkala ke rumah sakit untuk melindungi diri dari kekambuhan kanker, termasuk melihat adanya gejala-gejala munculnya kanker kedua.
Faktor risiko
Misalnya, muncul rasa nyeri tulang yang terus menerus di tulang maka terdapat kemungkinan sel kanker menjalar ke tulang. Jika muncul kanker paru-paru, bisa menimbulkan gejala batuk dan sesak nafas berkepanjangan, adanya pembesaran di kelenjar limfa di leher atau ketiak, serta adanya gejala penurunan berat badan dan nafsu makan.
“Untuk mencegah terjadinya kekambuhan kanker maka semua pasien kanker payudara harus melakukan pengecekan rekurensi. Khusus yang memiliki mutasi gen, harus dilakukan pemeriksaan yang lebih,” jelasnya.
"Pasien juga harus tetap melakukan gaya hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat, dan rutin berolahraga,” tambahnya.
Lantas hal apa saja yang memicu munculnya kanker kedua ini? Penyebab kanker kedua dapat beragam seperti kanker pertama. Mulai dari gaya hidup hingga waktu awal terdeteksi. Faktor-faktor seperti merokok, kelebihan berat badan atau obesitas, dan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker, baik pernah mengidap kanker atau tidak. Genetika dan riwayat keluarga juga berperan.
Sementara pada faktor waktu, jika diagnosis kanker pertama terjadi pada masa muda, terdapat sedikit peningkatan risiko terkena kanker kedua, mungkin karena efek pengobatan atau kecenderungan genetik.