Perjalanan Panjang Jamu Menjadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO

Hilda Irach diperbarui 12 Des 2023, 18:56 WIB

Fimela.com, Jakarta Masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan minuman jamu. Dari kecil, kamu mungkin sudah disuguhkan jamu sebagai pengobatan tradisional.  Kini jamu pun masih dikonsumsi bahkan dikemas lebih modern agar kaum muda lebih tertarik.

Kata “Jamu” sendiri berasal dari bahasa Jawa kuno, yakni Jampi atau usodo yang berarti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa. Jamu adalah pengetahuan asli bangsa Indonesia yang telah digunakan dari generasi ke generasi, serta telah dikaji atas dasar pengalaman dan terbukti memberikan manfaat untuk menjaga kesehatan dan penyembuhan bagi masyarakat Indonesia.  

Budaya Sehat Jamu adalah suatu praktek menjaga kesehatan yang bersifat holistik, melibatkan body, mind,soul sehingga bersifat preventif sekaligus promotif. Secara empirik jamu telah menjadi bagian dari perjalanan masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatannya. Jamu adalah buah perjalanan sejarah peradaban masyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari tali-temali kebudayaan Nusantara.

Kabar baiknya, pada Rabu 6 Desember 2023, Komite Konvensi Warisan Budaya TakBenda (WBTB) UNESCO resmi menetapkan Jamu Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Namun, perjalanan jamu sebelum mendapat pengakuan dunia tentu tak semudah membalikkan telapak tangan, Sahabat Fimela. Ada upaya dan kerjasama dari berbagai pihak sampai akhirnya ditetapkanlah Jamu Indonesia menjadi warisan budaya dunia. Seperti apa perjalanannya? Yuk, simak selengkapnya berikut ini.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Perjalanan Panjang Jamu sampai Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Dunia

Bagaimana perjalanan Jamu Indonesia sampai mendapatkan pengakuan dunia? [Dok/Fimela/Hilda Irach]

Penetapan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda dunia adalah sebuah perjalanan panjang. Mulanya, rencana ini digagas oleh Prof. Jaya Suprana sejak tahun 1995. Dari sini, semangat untuk membawa Jamu ke internasional semakin berkobar.

Tahun 2013, Ivana Suprana, Ketua GP Jamu Jateng mengusulkan Jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke Dinas Pendidikan Jawa Tengah. Ia kemudian membentuk tim khusus di bawah koordinasi Stefanus Handoyo untuk mendaftarkan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang kemudian menjadi ‘tiket’ untuk melangkah ke UNESCO.

Lalu pada 2019, Ketua Umum GP Jamu, Ibu Dwi Ranny Pertiwi Zarman, mengarahkan pembentukan tim riset khusus yang dipimpin oleh Jony Yuwono sebagai ketua, untuk mengikuti alur dan seleksi penominasian dari UNESCO. 

Kemudian Jony Yuwono bersama tim mulai melakukan penyusunan dokumen nominasi form ICH 02 pada Juni 2019. Riset ini melibatkan komunitas jamu secara aktif di 4 Provinsi: Jateng, DIY, Jatim, dan DKI Jakarta. Riset melibatkan berbagai komunitas, dari Kampung Jamu Nguter, Komunitas Jamu Gendong Sumber Husodo di Mijen Semarang, hingga Laskar Jamu Gendong di DKI Jakarta. 

“Awalnya kita diberi form yang berisi 42 pertanyaan. Namun tiap-tiap pertanyaan itu ada batas kata. Jadi tantangannya adalah bagaimana kita menceritakan Budaya Sehat Jamu ini yang memiliki sejarah 1200 tahun hanya dalam 500 kata. Oleh karena itu, tim yang beranggotakan 22 orang melakukan survei kepada 420 anggota komunitas yang terdiri dari wanita usia 50 tahun ke atas, yang mayoritas dari mereka tidak bisa baca tulis, dan hanya fasih bahasa Jawa. Jadi bayangkan, kita perlu mengevaluasi berkas pertanyaan (dengan tantangan) tersebut,” cerita Jony Yuwono selaku Ketua Tim Roset GP Jamu dalam konferensi pers yang digelar di Grand Indonesia, Jakarta, (12/12).

Berdasarkan pengumuman Direktur Perlindungan Kebudayaan Tentang Hasil Seleksi Usulan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ke UNESCO pada tanggal 18 Februari 2022, Budaya Sehat Jamu menjadi nominasi Warisan Budaya Tak Benda yang diajukan oleh Indonesia ke UNESCO.

Pada tanggal 14 Maret 2022 Tim nominasi telah mengirimkan berkas dokumen seperti yang disyaratkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Budaya Sehat Jamu telah melalui evaluasi dan pengkajian oleh UNESCO. Dari situ, Budaya Sehat Jamu dinilai UNESCO layak ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia atau UNESCO Intangible Cultural Heritage. 

Keputusan tersebut ditetapkan dalam sidang komite ke-18 yang diselenggarakan pada tangga l4-9 Desember 2023 di Kasane, Botswana. Tim Nominasi Budaya Sehat Jamu yang diwakili oleh Erwin Skripsiadi dari Jamupedia dan Gaura Mancacaritadipura menghadiri sidang tersebut bersama perwakilan dari Duta Besar dan Perwakilan Tetap Indonesia di UNESCO serta perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Akhirnya, proses panjang ini membuahkan hasil, Budaya Sehat Jamu resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia pada pada hari ke-3 sidang, tanggal 6 Desember 2023. Tidak hanya menetapkan, UNESCO juga memuji dokumen nominasi Budaya Sehat Jamu karena dinilai melibatkan partisipasi aktif komunitas. 

3 dari 3 halaman

Pengakuan Dunia Bukan Akhir Perjuangan

Bagaimana perjalanan Jamu Indonesia sampai mendapatkan pengakuan dunia? [Dok/Fimela/Hilda Irach]

Penetapan Budaya Sehat Jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO ini tak lepas dari peran berbagai pihak. Dukungan dan arahan dari Putri Kus Wisnu Wardani selaku Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia sangat membantu kami dalam proses penominasian. Riset dan pengisian dossier tidak akan berhasil dengan baik tanpa partisipasi dari ratusan pelaku langsung Budaya Sehat Jamu dari berbagai komunitas di Indonesia. 

Tentunya juga dukungan dari ilmuwan dan budayawan yang terlibat seperti Ibu Dr. BRA Mooryati Soedibyo, Prof. Jaya Suprana, Dr. Martha Tilaar, Dwi Ranny Pertiwi Zarman (Ketua Umum GP Jamu), dan tokoh-tokoh lain yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.

Kini, nasib dari warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia ini ada di tangan kita bersama. Pengakuan dunia ini bukan akhir perjuangan, justru inilah yang menjadi awal mula untuk melakukan aksi nyata untuk melestarikan warisan Budaya Sehat Jamu. Penetapan Budaya Sehat Jamu terjadi dalam waktu yang tepat, di mana saat ini kondisi dunia sedang bangkit dari keterpurukan Pandemi Covid-19

“PR kita semua sekarang adalah melaporkan aksi pelestarian jamu di Indonesia ke UNESCO. Karena itu, dibutuhkan kerjasama dari semua pihak baik masyarakat, peneliti, dan Industri untuk mau sama-sama melestarikan jamu. Jamu terbaik adalah jamu yang kita buat dan minum setiap hari,”  pungkas Jony Yuwono.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia, Putri Kus Wisnu Wardani berharap setelah penetapan ini, akan lahir kesadaran, kecintaan, dan kebiasaan untuk menjadikan jamu sebagai bagian dari gaya hidup.

“.Jamu adalah upaya preventif yang khasiat atau manfaatnya tidak akan didapatkan secara instan dalam satu atau dua hari. Untuk itu jamu perlu dikonsumsi secara kontinyu, seperti apa yang telah dicontohkan Presiden Joko Widodo. Budaya Sehat Jamu adalah manifestasi kekayaan budaya Indonesia dalam hal kesehatan dan pengobatan. Bicara soal jamu, kita tidak sebatas bicara tentang minuman. Selain resep berbagai minuman jamu untuk kesehatan dan penyembuhan, naskah-naskah kuno peninggalan nenek moyang juga merekam pemanfaatan bahan alam sebagai perawatan kecantikan. Seyogyanya kebiasaan ini juga kita lanjutkan,” tandasnya.

#Breaking Boundaries