Fimela.com, Jakarta Brand fashion lokal yang sangat berfokus pada keberlanjutan SukkhaCitta memperkenalkan koleksi terbaru mereka yang diberi tajuk ANGKASA:Sinar. Koleksi ini untuk pertama kalinya diperkenalkan dan ditunjukkan di Grha Bimasena Dharmawangsa.
Koleksi ANGKASA:Sinar terdiri dari 12 pakaian formal dan evening wear yang bisa dipadu padankan untuk menghasilkan beragam tampilan di berbagai kesempatan. Koleksi ini menawarkan siluet unik dan potongan yang khas SukkhaCitta.
Setiap piece dari koleksi ANGKASA:Sinar ini merupakan bentuk eksplorasi dari beragam bahan tekstil, pewarna alami, dan kerajinan batik, serta bordir tangan. Koleksi Sinar lahir dari kebijaksanaan dan kearifan yang diwariskan dari nenek moyang dalam merajut harapan ke dalam setiap helai baju dengan proses yang panjang.
SukkhaCitta ANGKASA:Sinar
Koleksi ini terinspirasi dari makna filosofi "Urip Iku Urup," yang kemudian diinterpretasikan lewat garis kontras emas yang halus dan batik ANGKASA yang ditempatkan di tengahnya. Untuk mengumpulkan material, bereksperimen, hingga merancang siluet unik yang belum pernah terlihat dari koleksi-koleksi sebelumnya, tim SukkhaCitta membutuhkan waktu sekitar satu tahun.
"Panen musim ini terinspirasi dari para Ibu kami yang memiliki filosofi "Kita Hidup untuk Membawa Cahaya. Koleksi ini didominasi warna gelap dengan percikan cahaya di tempat yang tidak terduga, menunjukkan bahwa di momen tergelap sekalipun, ada secercah harapan, inspirasi, dan pengalaman positif," cerita Anastasia Setiobudi, selaku Creative Director SukkhaCitta.
Lewat proses farm to closet, pembuatan koleksi ANGKASA:Sinar ini sarat makna, yang menghargai setiap tahapan siklus produksi, untuk bisa menjadi sebuah koleksi yang fenomenal. Pewarnaan pertama Kuning Emas diperoleh dari Buah Jelawe, buah yang baru bisa diambil buahnya apabila sudah jatuh ke tanah secara alami setahun sekali pasca musim hujan.
SukkhaCitta ANGKASA:Sinar
Kedua, Batik Tulis untuk menitik setiap bintang dengan tangan, motif ANGKASA ini merupakan bentuk interpretasi dari motif PATOLA, sebuah simbol sarat makna dalam budaya Indonesia. Selanjutnya, pencelupan yang menggunakan Sweet Indigo, yang memerlukan kurang lebih 30 kali pencelupan untuk mencapai hasil warna gelap dan dilajutkan dengan lorod atau wax removal dari batik yang dilakukan di tahap sebelumnya.
Di tahap terakhir, setiap kain dijahit menjadi sebuah karya seni, yang akhirnya mengingatkan akan puluhan sentuhan tangan dan kehatangan para Ibu di desa. Koleksi ini pertama kali ditunjukkan di Bimasena, yang sekarang mengusung konsep baru, yaitu Home of the Future.
Kini, Bimasena berpartner dan berkolaborasi dengan para profesional muda sebagai penggerak industri. Kolaborasi ini menjadikan mereka sebagai member kehormatan atau Board of Social di Bimasena, yang bersama-sama berkomitmen menyelenggarakan secara reguler berbagai acara, diskusi, dan kegiatan yang menginspirasi.