Di koleksi titik koma ini, Wilsen Willim ingin mendefinisikan kembali sosok-sosok perempuan di dalam hidupnya. [Foto: Document/FIMELA]
Baginya, melihat figur perempuan urban yang berani, cerdas, kuat, tegar, dan bebas dalam menjalani hidup menjadi inspirasi utama pada koleksinya kali ini. [Foto: Document/FIMELA]
Gaya para perempuan tersebutlah yang kemudian dituangkan oleh Wilsen Willim ke dalam 30 tampilan busana siap pakai. [Foto: Document/FIMELA]
Koleksinya kali ini memiliki potongan longgar dengan fokus siluet pada bagian pinggang ramping dan bahu yang kuat. [Foto: Document/FIMELA]
Nuansa warna putih dan hitam mendominasi koleksi ini, dengan beberapa sentuhan warna dan aksen biru denim pada beberapa potong busana. [Foto: Document/FIMELA]
Selain itu, untuk menutup koleksinya, Wilsen Willim juga menghadirkan beberapa potong busana berbahan batik. [Foto: Document/FIMELA]
Wilsen Willim memang beberapa tahun terakhir kerap mengeksplorasi wastra dalam karya-karyanya. [Foto: Document/FIMELA]
Material yang digunakan seperti jacquard, poplin, katun, tulle, renda, dan denim katun diolah menjadi potongan kemeja, celana, rok, blazer, mantel, atasan kebaya kontemporer, dan atasan asimetris. [Foto: Document/FIMELA]
Pengaplikasian teknik serut, lipit, potongan tinggi, sulaman jelujur, payet, dan cantuman pelintir juga membangun volume dan tekstur pada setiap rancangannya. [Foto: Document/FIMELA]
Layaknya sebuah cerita yang kadang terhenti dan bersambung oleh titik dan koma, Wilsen Willim ingin menghadirkan koleksinya kali ini untuk menemani para perempuan dalam hidupnya dengan tiap karya busana yang dibuatnya. [Foto: Document/FIMELA]