Fimela.com, Jakarta Bulan Oktober menjadi semakin istimewa sejak ditetapkannya Hari Batik pada setiap tanggal 2 Oktober. Berbagai pihak beramai-ramai merayakan dan melestarikan dengan bermacam-macam cara. Tak ketinggalan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X dari Pura Mangkunegaran Solo. Ia menggelar acara apik penuh makna di akhir bulan Oktober 2023 yang lalu.
Dalam rangka membangkitkan kembali warisan dan keindahan batik khas Mangkunegaran, sebuah acara bernama “ANGŚUKAYANA”, dihadirkan. Berlokasi di Pracima Tuin Solo, “ANGŚUKAYANA yang berakar dari bahasa Jawa Kuno diambil sebagai tajuk acara. Angśuka berarti wastra atau kain, dan yana berarti perjalanan, sehingga Angśukayana bermakna lembar wastra yang sarat akan makna dan berkembang bersama dengan perjalanan waktu. Kejutan ini cukup istimewa dan membuat acara ini menjadi event yang dapat memberikan kesempatan tamu undangan dari luar untuk menikmati kebudayaan indah yang ada di dalam Pura Mangkunegaran.
Rangkaian acara yang disuguhkan begitu matang. Kegiatan berlangsung di Pura Mangkunegaran, utamanya di Pracima Tuin, atau Taman Pracima, terdiri dari acara seremoni pembukaan berupa Royal Heritage Dinner, Pameran Batik Angśukayana yang berlangsung dari tanggal 29 Oktober hingga 18 November 2023. Acara utama diawali dengan pagelaran busana Angśukayana, yang berlangsung di hari pembukaan pameran. Tak hanya itu, acara ini dimulai dengan Royal Heritage Dinner bersama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X yang menyajikan beragam menu istimewa fushion menu spesial yang menjadi khas kota Solo.
Penyajian makan malam ini dilakukan dengan gaya kerajaan. Mempersembahkan sederet hidangan warisan keluarga raja-raja Mangkunegaran, dalam sebuah momen yang memadukan kemegahan suasana Mangkunegaran dan dekap manis kebudayaan Jawa, diharapkan masyarakan kian mengenalnya lebih dekat.
Lampu-lampu sorot membuat suasana taman semakin dramatis. Makan malam berlangsung di tengah taman, menghadirkan pengalaman yang spesial. Para tamu undangan bersantap di tengah-tengah cantiknya tatanan area outdoor Pracima Tuin yang memanjakan mata, menghirup aroma beragam kembang, menikmati cita rasa hidangan dari Pracimasana, sambil mendengarkan alunan musik gamelan nostalgia Mangkunegaran persembahan Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran dan performance dari Endah Laras & Woro. Ada satu lagi yang begitu memikat telinga saya, lagu bertajuk Pura Mangkunegaran yang begitu indah, modern namun kental dengan pesan bermakna yang membuat kita ingin berkunjung kembali.
What's On Fimela
powered by
Pagelaran Busana Penuh Makna
Mungkin belum pernah kita saksikan sembelumnya, pagelaran busana yang dibawakan oleh keluarga Mangkunegaran. Sesuai dengan artinya, Angśukayana merupakan ekspresi dari perjalanan panjang budaya Batik Mangkunegaran yang tak lekang oleh waktu. Diperagakan oleh sejumlah anggota keluarga atau Sedherek Dalem dan Sentana Mangkunegaran yang dibuka oleh Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sudjiwo, lalu dilanjutkan dengan penampilan dari K.R.Ay Endang Yamin yang mengenakan kebaya dan kain batik motif Candi Mulya. R.Aj. Rania Ameera Moeljono, mengenakan kain batik motif Udan Liris Pethak. R.Ay. Shelomita Sulistiany Diah Hadju mengenakan kain batik motif Kukila Gringsing Latar Bledhag. R.Ay Andrini Kusumahapsari mengenakan kain batik motif Ukel.
Kain-kain yang dikenakan ini adalah koleksi Sedherek Dalem dan Sentono Mangkunegaran. Pagelaran busana Mangkunegaran ditutup oleh Gusti Pangeran Haryo Paundrakarna Jiwa Suryanegara, dilengkapi juga dengan peragaan busana koleksi batik Iwan Tirta Private Collection oleh para model. Mengenakan batik dengan motif-motif flora bagai kembang setaman yang terinspirasi dari keindahan Pracima Tuin Mangkunegaran dengan setiap stilasi bunganya dibuat berukuran besar. Koleksi ini cocok untuk dikenakan oleh generasi muda yang diharapkan dapat mencintai busana batik dan dipakai dalam beragam keseharian.
Mengenal Keindahan Batik Mangkunegaran
Di awal area acara, para tamu akan diarahkan memasuki ruang Pameran Batik Angśukayana berlangsung di Balai Sisworini, yang terletak di sisi timur Pracima Tuin. dengan tatanan yang teratur membuat pengunjung dapat menikmati pameran ini dengan jelas dan mendapatkan info edukasi sejarah batik yang menyeluruh.
Menurut info resmi yang disampaikan, pameran memaparkan sejarah batik Mangkunegaran yang tidak lepas dari sejarah batik Mataram Islam yang kemudian berkembang di dalam keraton Mangkunegaran. Perkembangan ini tak lepas dari peran istri-istri raja yang tengah memimpin. Seni batik dilakukan bersama-sama dengan para seniman batik yang berdedikasi tinggi terhadap seni batik Mangkunegaran. Mereka antara lain, Gusti Kanjeng Putri Mangkoenagoro VIII (1923 – 1978), permaisuri dari Mangkoenagoro VIII, ia sangat menggemari batik, koleksi batik-batik yang ia miliki mengilhami para seniman batik di kalangan Mangkunegaran untuk menciptakan motif-motif batik yang variatif. K.R.Ay. Praptini Patraningrat (1903-2004), seorang seniman batik Mangkunegaran yang melanjutkan tradisi batik Kanjengan yang dikenal dengan proses dan teknik pembuatan yang sangat halus.
Beliau banyak menghasilkan motif yang menjadi motif Mangkunegaran, seperti motif Semen Wijayakusuma Latar Cemeng, motif Semen Kokrosono Parang Kumudawati, dan motif Parang Rusak Mangkunegaran. Nyi Tumenggung Mardusari (1909-1993), salah satu Garwa Ampil, atau selir dari Mangkoenagoro VII. Ia memiliki keahlian dalam bidang seni tari, sinden, dan membatik. Ia telah menciptakan motif batik seperti motif Sari Ngrembaka, Pakis, Sari Madu, Peksi Huk, dan Gabah Sinawur.
Sosok ketiga wanita di atas menambah cerita perjalanan Batik Mangkunegaran, petikan cerita mereka terdapat di antara 26 helai batik yang dipamerkan. Kain-kain yang menjadi ciri khas batik Mangkunegaran, yaitu bentuk polanya yang kompleks dan didukung dengan penggunaan warna-warna yang cenderung cokelat kekuningan, warna memberi kesan anggun, elegan, dan kokoh. Batik Mangkunegaran peka terhadap modifikasi, kreasi yang telah dikenal antara lain motif Buketan Pakis, Parang Gondosuli, Grinsing Dahlia, Semen Wijayakusuma, Ceplok Gusti Putri, Sari Madu, dan lain-lain.
Seusai perhelatan Royal Heritage Dinner, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X, atau K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X berharap bahwa dengan kegiatan ini ia bisa mengajak masyarakat untuk semakin mengedepankan budaya negeri sendiri. “Batik merupakan budaya serta identitas kita, yang senantiasa perlu kita bentuk, lestarikan serta kembangkan. Angśukayana merupakan titik awal untuk membumikan kembali warisan budaya batik milik kita bersama,” ujar K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X. Beliau juga menyampaikan tidak menutup kemungkinan, diharapkan akan hadir motif-motif batik Mangkunegaran selanjutnya.