Melihat Keseruan Gulali Festival 2023: Meriah Sejak Pagi

Ayu Puji Lestari diperbarui 01 Nov 2023, 09:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Mungkin tidak banyak yang mengenal Gulali Festival. Salah satu kegiatan yang diinisiasi Papermoon Puppet Theatre dan Ayo Dongeng Indonesia ini sudah hadir sejak tahun 2021. Pertama kali dikenalkan secara daring dan untuk pertama kalinya, Oktober 2023 Gulali Festival hadir secara luring.

Gulali adalah nama lain dari kembang gula tradisional di Indonesia. Nama Gulali Festival sendiri dipilih karena ingin membagi dan mengajak penonton untuk mengalami keberagaman rasa, emosi bahkan citarasa yang berbeda selama festival berlangsung. Baik dengan menonton pertunjukan, mengikuti workshop dan aktivitas menyenangkan lainnya di alam terbuka.

Hadir secara luring untuk pertama kalinya, yuk lihat keseruan Gulali Festival 2023. Digelar selama 3 hari mulai tanggal 27-29 Oktober, tentu banyak keseruan yang bisa kamu dapatkan.

2 dari 2 halaman

Keseruan Gulali Festival 2023

Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun menikmati acara ini/copyright instagram/gulali festiva

Di Festival ini kamu akan menemukan berbagai keseruan yang menarik. Tiny Feat, sekelompok ibu, guru dan petualang dari Singapura mengisi Panggung Tenda Jamur dan mementaskan pertunjukan teater berjudul Beam. Pertunjukan yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak usia balita ini, menarik perhatian terutama karena Tiny Feat memainkan perjalanan cahaya dengan asyik. Selama pertunjukan, anak-anak diajak menikmati pertunjukan sambil juga diajak terlibat untuk bergerak dan menari bersama. Pergerakan cahaya selama pertunjukan, membawa penonton dalam perjalanan sensorial dan mendorong semua orang untuk melihat dunia tempat mereka tinggal dengan cahaya yang berbeda serta menghargai keindahan pada hal-hal kecil dalam kehidupan. 

Beda lagi sesi pertunjukan di Panggung Tenda Pakis. Ada Ow Ow Owa, salah satu pertunjukan pantomim dan teater yang dibawakan oleh Borneo Art Play. Pertunjukan mereka mengangkat cerita petualangan Owa kecil yang sedang mencari keluarganya. Owa kecil terpisah dari keluarganya akibat kebakaran hutan yang menyebabkan kabut tebal. Owa yang tadinya pandai bernyanyi, kali ini tidak dapat bernyanyi karena asap dampak dari kebakaran hutan semakin tebal. Anak-anak yang menonton terlihat senang dan menikmati pertunjukan ini. Di akhir, beberapa anak sangat antusias bertanya seputar teknis pertunjukan pantomim yang dibawakan oleh kelompok Borneo Art Play ini.

Selain menikmati kedua pertunjukan di atas, pengunjung Gulali Festival juga ada yang memilih untuk ikut workshop musik di Rumah Gulali dan melukis ilustrasi karakter Gulali Festival di depan area pendopo. 

Papermoon Puppet Theatre dan beberapa teman seniman lain membuat pertunjukan imersif dan mengajak anak-anak untuk mengikuti treasure hunt. Anak-anak dibagi dalam beberapa kelompok dan diajak untuk bertualang, mencari beberapa pos pemberhentian dan mengerjakan tugas yang diberikan di sana. 

Kegiatan yang juga sangat menarik perhatian pengunjung di hari kedua Gulali Festival Offline ini adalah pertunjukan kolaborasi Bagus Mazasupa dan Oscar Artunes yang mempersembahkan A Tribute to Ghibli. Mereka membawakan lagu-lagu yang menjadi soundtrack beberapa film Ghibli. 

Sebagai penutup, ada Usaginingen asal Jepang, duo pertunjukan audio visual yang dikenal karena instrumen buatan tangan mereka yang unik. Mereka membawakan karya yang berjudul Black Kite: Pulsation of Souls. Karya mereka mendapat banyak pertanyaan menarik dari anak-anak yang menonton. Ketertarikan terhadap karya Usaginingen membuat anak-anak bertanya tentang bagaimana cara bikin peralatan dan perlengkapan pertunjukan. Anak yang lain juga bertanya tentang mengapa memilih pertunjukan dengan hanya visual dan musik tanpa suara/kata-kata. Sampai durasi pertunjukan selesai pun, anak-anak masih terus berusaha menuntaskan rasa penasarannya bergantian mengangkat tangan untuk bertanya. 

Bagaimana, seru kan?