Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, dalam tahun-tahun pertama kehidupan, otak berkembang dengan cepat. Maka dari itu, diperlukan nutrisi yang cukup untuk perkembangan otak yang optimal, salah satunya adalah zat besi. Dilansir dari Psychology Today, zat besi adalah mikronutrien yang sangat penting untuk perkembangan otak karena membantu mengangkut oksigen ke sel-sel otak.
Otak yang berkembang dengan sangat cepat membutuhkan banyak zat besi. Sayangnya, banyak anak yang tidak mendapatkan jumlah zat besi yang dibuthkan untuk mendukung perkembangan otak mereka. Maka dari itu, orangtua perlu memberikan asupan zat besi yang cukup agar perkembangan otak anak tidak terhambat.
Dilansir dar World Health Organization, kekurangan zat besi pada anak-anak di bawah dua tahun dapat memiliki dampak yang signifikan dan tidak dapat diubah pada perkembangan otak. Hal tersebut dapat mengakibatkan konsekuensi negatif terhadap pembelajaran dan kinerja akademik di sekolah pada masa mendatang. Selain itu, perkembangan kognitif seorang anak juga dapat terpengaruh jika ibu mengalami kekurangan zat besi selama trimester terakhir kehamilan.
Berikut adalah dampak buruk dari kekurangan zat besi pada bayi dan anak-anak yang perlu orangtua waspadai. Simak informasinya baik-baik, ya.
What's On Fimela
powered by
Dampak kekurangan zat besi pada bayi dan anak-anak
Dilansir dari Psychology Today, kekurangan zat besi pada awal-awal tahun kehidupan dapat menyebabkan sejumlah masalah kognitif, emosional, dan sosial. Hal ini termasuk penurunan IQ dan fungsi kognitif yang buruk, gejala ADHD yang parah, masalah depresi dan kecemasan yang besar, serta masalah sosial yang banyak.
Masalah-masalah tersebut sering kali bertahan hingga masa remaja dan dewasa, bahkan setelah kekurangan zat besi diobati. Di samping itu, kekurangan zat besi pada anak-anak akan membuat mereka mudah lelah karena tubuhnya tidak dapat mengangkut oksigen dengan efektif.
Terdapat bukti bahwa zat besi yang disimpan dalam otak dapat habis sebelum kita dapat mendeteksi kekurangan zat besi dalam sampel darah. Sebagai akibatnya, mungkin tidak semua orang dengan kadar zat besi rendah dapat terdeteksi. Oleh karenanya, mengonsumsi suplemen zat gizi mungkin bisa membantu.
Tips menjaga dan meningkatkan kadar zat besi pada bayi dan anak-anak
Berikut adalah tips untuk menjaga dan meningkatkan kadar zat besi pada bayi dan anak-anak yang dilansir dari Psychology Today:
- Berikan suplemen zat besi yang sesuai petunjuk dari dokter jika anak memiliki kadar zar besi yang rendah.
- ASI memiliki sedikit kandungan zat besi. Untungnya, zat besi ditransfer dari orang tua yang sedang hamil ke bayi selama kehamilan, dan simpanan zat besi ini dapat bertahan sekitar 4-6 bulan (sekitar saat bayi mulai makan makanan selain susu). Penting bagi orangtua untuk memantau kadar zat besi bayi yang masih menyusui. Setelah bayi mulai makan MPASI, biasanya pada usia 4-6 bulan, disarankan bagi orangtua memilih makanan yang kaya zat besi untuk bayinya.
- Memberikan anak susu formula yang mengandung zat besi juga disarankan untuk menjaga kadar zat besinya. Jika anak minum susu formula yang diperkaya zat besi, mengonsumsi suplemen zat besi tambahan tidak diperlukan.
- Meskipun zat besi sangat dibutuhkan oleh anak untuk perkembangan otaknya, asupan zat besi yang berlebihan tidak disarankan. Maka dari itu, jika kadar zat besi anak sudah mencukupi, orangtua tidak perlu lagi memberikan suplemen zat besi tambahan. Kelebihan zat besi dapat menyebabkan gangguan pembengkakan hati, denyut jantung yang abnormal, gagal jantung, dan diabetes.
- Selalu rutin untuk memeriksakan anak pada awal perkembangannya oleh dokter anak. Hal ini penting untuk memastikan abhwaanak memiliki kadar zat besi yang sesuai. Kadar zat besi yang sehat penting untuk mempersiapkan otak anak untuk kesuksesan jangka panjang.
Penulis: Denisa Aulia.
#BreakingBoundaries